Metode Dopamine Detox supaya Lebih Produktif dan Lebih Fokus
Biar pikiran tetap fokus dan tak bercabang, atasi dengan metode ini yuk, Ma!
28 Oktober 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ketika berhadapan dengan suatu pekerjaan, beberapa dari kita sering kali mudah terdistraksi dengan hal-hal di sekitar-khususnya pada gadget.
Misalnya ketika Mama baru saja hendak melakukan pekerjaan rumah atau kantor, keberadaan gadget di dekat Mama berhasil memecah konsentrasi Mama. Awalnya mungkin hanya membuka Tiktok 1-5 menit, namun secara tak sadar Mama akan terus scrolling Tiktok selama 1-2 jam, bahkan di atasnya.
Nah kesenangan yang Mama dapat dari scrolling TikTok inilah yang akhirnya membuat otak memproduksi hormon dopamine, yang pada akhirnya membuat Mama kecanduan terhadap rangsangan tersebut.
Hal ini juga berlaku dengan kegiatan lain yang menghasilkan rasa kecanduan, misalnya scrolling media sosial, mendapat notifikasi like, game online, hingga menonton pornografi.
Jika Mama sering mengalami hal tersebut, salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menerapkan dopamine detox, guna menyeimbangkan hormon dopamine dalam diri.
Untuk lebih jelasnya, yuk Ma kita cari lebih jauh soal dopamine detox. Mulai dari pengertian, gejala, dan cara mengatasinya bareng Popmama.com Simak sampai tuntas ya, Ma!
1. Apa itu dopamine detox?
Dopamine detox merupakan suatu cara untuk membatasi aktivitas yang dapat memicu pelepasan hormon dopamine, yaitu hormon dalam otak yang berperan dalam menciptakan suasana hati, perilaku, kesenangan, konsentrasi, keinginan, hingga motivasi hidup.
Selain itu, pengertian dopamine detox juga bisa diartikan sebagai cara untuk mengatur ulang atau mereset ulang otak dari aktivitas yang memunculkan rasa senang.
Editors' Pick
2. Hubungan dopamine dengan hilang fokus
Dikutip dari IDN Times serta Cimsa, Cameron Sepah-seorang psikolog mengatakan bahwa terdapat beberapa perilaku kecanduan yang melatarbelakangi hadirnya dopamine detox ini.
Perilaku tersebut mulai dari hal yang remeh seperti scrolling TikTok dan media sosial, makan untuk menghilangkan emosi, hingga ke hal yang cukup serius seperti menonton porno dan masturbasi, serta narkoba.
Akibat perilaku-perilaku itulah yang akhirnya memunculkan rasa candu, yang memberikan instant gratification atau kesenangan instan, yang membanjiri otak dengan dopamin.
Akibatnya, otak pun akan lebih memilih untuk terus melakukan hal-hal yang membuatnya senang dibandingkan aktivitas lainnya.
Maka tak heran jika hal ini juga berlaku pada Mama yang lebih senang terus menggulir media sosial dibanding mengerjakan urusan kantor ataupun rumah.