Kasus Obesitas Ekstrem di Indonesia dan Cara Mencegahnya
Waspada! Sudah banyak kasus obesitas yang menjadi masalah serius di Indonesia
7 November 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Obesitas atau kelebihan berat badan menjadi masalah serius di Indonesia. UNICEF mencatat bahwa pada tahun 2018, 7,6 juta anak-anak usia sekolah di Indonesia sudah mengalami obesitas. Pada remaja sebanyak 3,3 juta dan orang dewasa sebanyak 64,4 juta.
UNICEF juga mencatat bahwa makanan dan lingkungan fisik di Indonesia berkontribusi besar semakin tingginya angka obesitas. Ketersediaan air bersih di mana 9 dari 10 rumah tangga di Indonesia masih kurang memiliki akses air minum yang aman.
Sama halnya dengan di lingkungan sekolah yang mencapai 20% hingga 30% sekolah kurang mendapatkan akses air minum yang aman. Sehingga, kasus-kasus obesitas di Indonesia kerap muncul dan menjadi perbincangan publik.
Berikut Popmama.com telah merangkum informasi seputar 4 kasus obesitas ekstrem di Indonesia dan cara mencegahnya yang dapat disimak di bawah ini.
1. Sumarlan berbobot 200 kg
Baru-baru ini media sosial viral karena adanya kasus Sumarlan, pria berbobot 200 kg asal Grobogan, Jawa Tengah. Akibat bobot tubuhnya, Sumarlan tidak bisa berjalan hingga mengalami penyakit diabetes melitus dan hipertensi.
Pria berusia 55 tahun ini awalnya enggan dirawat di rumah sakit, namun berkat bujukan dari Dinas Sosial Kabupaten Grobogan, Sumarlan berhasil mendapatkan perawatan dan kini kondisinya dalam pengawasan.
Dilansir Healthline, obesitas meningkatkan risiko banyak kondisi kesehatan termasuk penyakit jantung, diabetes, dan hipertensi. Kondisi ini sangat berhubungan satu sama lain di mana hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, masalah otak dan kognitif, serta risiko demensia yang lebih tinggi.
Editors' Pick
2. Bayi Kenzie berbobot 27 kg
Pada awal 2023, media sosial sempat viral dengan kemunculan bayi berbobot 27 kg asal Bekasi bernama Kenzie. Di usianya yang baru satu tahun, Kenzie sudah memiliki berat badan di luar bayi pada umumnya.
Orang tua Kenzie mengungkap bahwa sering memberikan susu kental manis kepada sang anak, sebagai pengganti ASI. Dilatar belakangi oleh riwayat batu empedu yang membuat kesulitan memproduksi ASI menjadi penyebab dirinya memberikan susu kental manis.
Dilansir National Library of Medicine, susu kental manis tidak boleh diberikan kepada anak kecil (1-3 tahun) terutama bayi karena rendahnya nilai gizi dan kandungan gula yang tinggi. Faktor ekonomi dan rendahnya pengetahuan orang tua akan kebutuhan gizi anak menjadi penyebab dari tidak tercukupinya gizi anak dengan baik hingga mengalami berbagai risiko penyakit, salah satunya obesitas.