Krisis Penduduk, Lebih dari 10 Persen Warga Jepang Berusia 80 Tahun

Jepang semakin mengalami krisis penduduk. Baru-baru ini, pemerintah Jepang melaporkan bahwa penduduk yang berusia 80 tahun ke atas mengalami peningkatan.
Jepang memang dikenal dengan negara yang populasinya menyusut, sementara generasi baby boomer-nya semakin banyak.
Pemerintah Jepang mengeluarkan data bahwa 1 dari 10 orang Jepang berusia lebih dari 80 tahun ke atas. Bagaimana informasi lengkapnya?
Berikut Popmama.com telah merangkum infromasi seputar krisis penduduk, lebih dari 10 persen warga Jepang berusia 80 tahun. Simak di bawah ini.
1. Meningkatnya lansia menurut data terbaru

Kementerian Dalam Negeri Jepang merilis laporan data resmi terbaru terkait penduduk mereka. Melansir Japan Today, lebih dari 10 persen penduduk Jepang telah mencapai usia 80 tahun ke atas untuk pertama kalinya.
Laporan yang dirilis menjelang Hari Penghormatan terhadap Lansia ini mengungkapkan persentase penduduk Jepang yang berusia 65 tahun atau lebih telah mencapai rekor 29,1 persen.
Angka tersebut naik dari 29,0 persen di tahun sebelumnya. Ini menjadikan Jepang berada di peringkat kedua bersama Italia sebesar 24,5 persen dan Finlandia di peringkat ketiga sebesar 23,6 persen.
"Jepang mempunyai persentase populasi lansia tertinggi di dunia," ungkap Kementerian Dalam Negeri Jepang dalam siaran persnya.
2. Banyaknya generasi baby boomer

Selama beberapa dekade terakhir, Jepang menghadapi penuaan penduduk akibat generasi mudanya yang menunda pernikahan dan memiliki anak akibat ketidakstabilan pekerjaan dan ekonomi.
Hal ini mengakibatkan meningkatnya biaya perawatan lansia di Jepang karena kurangnya jumlah generasi muda yang dapat mendukung program-program sosial serta kesejahteraan.
Melansir Japan Today, Jepang didominasi generasi baby boomer yang mencapai usia 75 tahun atau lebih, jumlah penduduk Jepang yang lanjut usia tersebut terus meningkat hingga mencapai 124,4 juta orang.
Saat ini, sekitar 12,59 juta orang berusia 80 tahun ke atas, sementara 20 juta orang berusia 75 tahun ke atas di negara Jepang, lho!
3. Populasi semakin menyusut

Melansir The Guardian, populasi Jepang mengalami penurunan hampir 800.000 jiwa di seluruh 47 prefektur pada tahun 2022. Perdana Menteri Jepang menggambarkan situasi ini sebagai krisis kependudukan.
Meskipun ada peningkatan jumlah penduduk asing sebanyak 2,99 juta jiwa (lebih dari 10%), jumlah total penduduk Jepang terus menurun selama 14 tahun berturut-turut menjadi 122,42 juta pada tahun 2022.
Angka kematian di Jepang mencapai rekor tertinggi melebihi 1,56 juta, sementara angka kelahiran hanya mencapai 771.000 pada tahun tersebut.
Populasi yang menua telah memengaruhi banyak aspek masyarakat Jepang, dari mulai distrik yang tidak berpenghuni, penutupan sekolah, dan pemilik usaha kecil yang usianya sekitar 70 tahun tanpa memiliki penerus.
4. Angkatan lansia masih aktif bekerja

Berbeda dengan Indonesia, Jepang mengandalkan angkatan kerja lansianya yang masih aktif. Melansir Japan Today, lebih dari 9 juta atau sebesar 13,6 persen lansia di Jepang merupakan pekerja.
Meskipun seperempat lansia Jepang memiliki pekerjaan, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan Korea Selatan (36,2 persen), tetapi lebih tinggi daripada negara-negara maju lainnya seperti Amerika Serikat dan Perancis.
Data juga menunjukkan, lebih dari sepertiga orang berusia 70 hingga 74 tahun masih bekerja di Jepang. Proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2040, populasi lansia di Jepang akan mencapai 34,8 persen dari total populasi.
5. Menurunnya jumlah anak di Jepang

Melansir Japan Today, menurut laporan Institut Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial Nasional (IPSS), sepertiga perempuan Jepang berusia 18 tahun yang lahir pada tahun 2005 tidak akan pernah memiliki anak.
Data tersebut menjadi tantangan serius pemerintah Jepang dalam menaikkan populasi penduduk. Perdana Menteri Fumio Kishida sendiri telah berjanji untuk mengatasi masalah ini.
Alhasil, pemerintah Jepang memberlakukan berbagai cara, termasuk memberikan dukungan finansial lebih besar kepada keluarga dengan tiga anak atau lebih.
Walaupun begitu, sekitar dua pertiga masyarakat Jepang meragukan efektivitas kebijakan tersebut. Penurunan jumlah anak di Jepang pun telah berlangsung selama lebih dari empat dekade.
6. Banyak yang tidak ingin menikah

Melansir The Guardian, berdasarkan survey Institut Nasional Kependudukan dan Jaminan Sosial Jepang, sebesar 17,3% laki-laki dan 14,6% perempuan berusia antara 18 dan 34 tahun tidak berniat untuk menikah.
Survey tersebut dilakukan tepat sebelum munculnya bubble economy pada pertengahan tahun 1980-an, hanya 2,3% laki-laki dan 4,1% perempuan mengatakan mereka tidak akan pernah menikah.
Menurunnya jumlah perkawinan berdampak pada angka kelahiran di Jepang karena negara satu ini menghadapi kemungkinan depopulasi yang ekstrem serta menyusutnya angkatan kerja dan perekonomian.
7. Bagaimana dengan Indonesia?

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), persentase lansia di Indonesia pada tahun 2022 adalah 10,48 persen. Angka ini mengalami penurunan sebesar 0,34 persen poin dibandingkan tahun sebelumnya.
Akibat penurunan ini, rasio ketergantungan lansia juga berkurang menjadi 16,09 pada tahun 2022. Dilihat dari jenis kelamin, 51,81 persen dari lansia di Indonesia adalah perempuan, sementara laki-laki sebesar 48,19 persen.
Persentase perempuan yang menjadi lansia lebih tinggi daripada laki-laki, mirip dengan situasi di Jepang. Namun, Indonesia tidak mengalami krisis penduduk layaknya Jepang.
Nah, itu dia informasi seputar krisis penduduk, lebih dari 10 persen warga Jepang berusia 80 tahun. Semoga bermanfaat untuk kamu.



















