Buah Bibir Minggu Ini: Hari Anak Nasional dan Pria dalam Bungkus Rokok
Mana kabar yang paling menarik perhatian Mama?
27 Juli 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ma, Minggu ini dipenuhi banyak kabar yang cukup menyenangkan maupun memilukan. Salah satu yang hangat pada Minggu ini adalah perayaan Hari Anak Nasional yang jatuh pada Senin (23/7) lalu.
Satu lagi yang paling banyak dibicarakan adalah kemunculan laki-laki asal Kuningan yang selama ini dikenal dengan fotonya memegang rokok sambil menggendong bayi terpampang dalam bungkus rokok.
Kali ini Popmama.com mencoba merangkum kedua highlight tersebut. Yuk, kita cermati bersama!
Jangan Hanya Saat Hari Anak Nasional, Mari Apresiasi Prestasi Anak-anak Setiap Hari
Senin, (23/7) Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Republik Indonesia (RI), Imam Nahrawi menerima tiga anak berprestasi di Kantornya, Senayan, Jakarta Pusat.
Menpora memberikan apresiasi terhadap tiga anak negeri yang sudah berprestasi mengharumkan nama bangsa di kancah internasional sekaligus merayakan Hari Anak Nasional.
Ketika itu hadir Tim Wushu Junior Indonesia yang menjuarai Kejuaran Dunia Wushu Junior di Brasil, juga pada Fauzan Noor yang berhasil berprestasi di Kejuaraan Dunia Karate Tradisional Praha, Republik Ceko (Desember 2017) dan Edithso yang berhasil meraih prestasi terbaik di FIDE World Championship 2018 U-10 di Belarusia (Juli 2018).
Atas pencapaian ketiganya, Menpora memberikan uang pembinaan sebesar Rp200 juta kepada tim Wushu Junior Indonesia.
Sementara Fauzan sang juara Dunia Karate Tradisional di Praha, Republik Ceko, mendapat uang pembinaan Rp40 Juta.
Sedangkan Pecatur Muda Samantha Edithso yang berhasil meraih prestasi terbaik di FIDE World Championship 2018 U-10, mendapat apresiasi sebesar Rp40 juta.
Ketiganya hanya segelintir sosok penerus bangsa yang mampu kita banggakan dan pantas kita tunggu kembali prestasinya dikemudian hari.
Masih ada segudang talenta muda negeri ini yang layak ditunggu aksinya,sebut saja Joey Alexander yang berhasil mengejutkan dunia dengan penampilannya di Grammy Award di usianya yang ketika itu baru 12 tahun, tak kalah apik juga The Resonanz Children’s Choir (TRCC), kelompok paduan suara anak-anak, yang menjadi juara umum di kompetisi internasional, Claudio Monteverdi International Choral Festival and Competition, yang berlangsung di Venesia, Italia (10 Juli), serta masih banyak lagi.
Sekali lagi merekalah para generasi muda yang nantinya kelak melanjutkan tonggak sejarah panjang negeri dan bangsa ini.
Berbicara generasi penerus pastilah berbicara nasib seluruh anak - anak Indonesia. Ir. Soekaro (Bung Karno), sang Bapak bangsa, pernah berucap mengenai generasi penerus (anak indonesia), “Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat dan menggelorakan samudra. Agar tidak jadi bangsa yang hidup dari dua setengah sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa yang tempe, bukan bangsa kuli. bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita.” demikian sang orator membanggakan generasi penerusnya melalui sebuah kalimat penyemangat yang kelak didengar dan tertanam di hati sanubari anak - anak negeri ini.
Oleh karena itulah dibawah Presiden kedua Republik Indonesia Ir. Soeharto, semangat ini dilanjutkan dengan mendaulat tanggal 23 Juli sebagai Hari Anak Nasional.
Soeharto melihat anak-anak sebagai aset kemajuan bangsa memerlukan perhatian dan apresiasi sehingga melalui Keputusan Presiden RI No 44 tahun 1984, ditetapkan menjadi Hari Anak Nasional (HAN).
Editors' Pick
Kisah laki-laki Dalam Foto Bungkus Rokok Jadi Perbincangan Warganet
Belum berakhir kebahagiaan kita semua merayakan perayaan HAN yang ditunggu oleh anak - anak di seluruh Indonesia, euphoria seperti festival seni-budaya, festival mainan tradisional, hingga para insan kecil lucu nan imut yang menunggu Bapak Presidennya untuk bermain bola bersama di istana negara, semua itu menjadi rangakaian semarak Hari Anak Nasional 2018.
Namun, ada yang menjadi fenomena berbau ‘miring’ yang juga terjadi di hari yang sama. Tepat di tanggal itu juga seorang laki-laki berusia 42 tahun dengan nama Dadang Mulya asal Desa Pancalang, Kecamatan Pancalang, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, menghebohkan jagat maya dan nyata.
Di hari Selasa (24/7), foto Dadang mulai menghiasi halaman teratas setiap penyedia layanan berita, foto dirinya diperbandingkan dengan foto bungkus rokok bergambar mirip dirinya tengah menggendong bayi sembari menghembus asap rokok dengan dibubuhi teks yang rata - rata berisikan tulisan berbunyi “pria yang selama ini fotonya berada di bungkus rokok”.
Tentunya bagi para perokok ataupun yang kerap memperhatikan gambar peringatan ini, tak akan asing dengan foto pria yang merokok sambil menggendong bayi itu. Sontak sehari setelah perayaan Hari Anak Nasional, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan kabar mengenai sosok bapak tersebut.
Dadang mengklaim bahwa foto yang pernah menjadi peringatan bahaya merokok (foto seorang pria berdekatan dengan anak kecil tengah menghembus asap rokok), yang terdapat dalam tiap bungkus rokok, itu adalah dirinya.
Bahkan ironisnya Dadang juga memperjuangkan haknya agar pihak yang terkait dalam industri ini memberikan royalti, sebagai bentuk penggantian izin publikasi yang selama ini tidak diberitahukan pada dirinya.
Pada awak media, Dadang menyatakan dirinya baru menyadari foto tersebut ada pada bungkus rokok ketika seorang tetangga memberi tahu.
Namun saat itu, hingga bertahun-tahun kemudian, Dadang tidak tahu harus melapor ke mana.
Sehingga foto dirinya di bungkus rokok tetap beredar seiring berjalannya waktu hingga enam tahun.
Barulah setelah itu Dadang bertemu anggota Polsek Pancalang dan membantunya membawa persoalan ini ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). "Saya enggak menuntut apa-apa, hanya minta perhatian dari perusahaan ataupun pemerintah atas dimuatnya foto saya ini," kata Dadang Mulya pada salah satu media regional di Jawa Barat.
Klaim Bapak empat orang anak ini dikuatkan juga melalui pernyatannya sendiri, bahwa kala itu dirinya diminta oleh salah seorang sales rokok untuk berpose menggendong anak bayi (anak keduanya) pada dada sisi kanan dan di sisi kiri memegang rokok sembari mengepulkan asap.
Hal ini disinyalir oleh Dadang, terjadi ketika Bapak berambut hitam berombak berkumis tipis ini tengah dalam suasana menonton pertandingan sepak bola dekat rumahnya.
Awalnya, pria yang sehari-hari bekerja serabutan itu tak mengerti tujuan diambilnya foto itu untuk kepentingan apa, oleh karena itulah dirinya merasa pihak terkait pengedaran foto tersebut harus memberikan royalti.
Foto tersebut dimuat dan diedarkan oleh pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada bungkus rokok sebagai peringatan akan bahaya asap rokok bila terpapar pada anak-anak.
Menanggapi peristiwa ini, melalui media massa, Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes, Riskiyana Sukandhi Putra, memastikan bahwa foto yang digunakan sebagai peringatan di bungkus rokok itu memiliki legalitas yang jelas. Dia pun meminta polemik ini agar tidak dijadikan sebagai celah dalam memperoleh keuntungan pribadi.
"Nggak mungkin kita masang foto yang nggak ada legalitas izinnya. Jadi harus dipastikan dulu, belum tentu yang mengatakan itu punya bukti yang benar. Tanyakan saja diambil kapan, apa benar orangnya itu," kata Riski pada salah satu media nasional.
Dirinya juga menegaskan pihak Kemenkes sudah tak lagi memajang foto itu, dan apabila memang benar pria dalam foto itu adalah Dadang, pihaknya menyatakan siap mengambil langkah hukum.
"Itu foto kan sudah tidak terpakai lagi, makanya saya tanya apa benar. Makanya, kalau benar, nanti biro hukum kami yang menyelesaikannya. Karena itu mengganggu," tegasnya kembali pada awak media.
Dampak merokok di dekat anak
Bila ditinjau dari sisi kesehatan, jelas jurnal kesehatan manapun mengenai hubungan rokok dengan kesehatan anak, akan memproyeksikan hal yang sama.
Layaknya bercermin, seluruh bayangan akan dipantulkan dengan sebenar-benarnya, bahwa paparan sisa bakaran nikotin plus tar linting ini sangat buruk bagi kesehatan anak.
Dilansir dari Cancer Institute NSW, anak-anak sangat berisiko mengalami masalah kesehatan akibat menghirup asap rokok dari perokok.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa anak-anak dari orang tua yang merokok mungkin akan memiliki:
- peningkatan resiko Sindrom Kematian Bayi Mendadak (SIDS atau cot death).
- Infeksi pernapasan yang lebih besar, seperti bronkitis, bronchiolitis, dan pneumonia.
- Peningkatan risiko pertumbuhan paru-paru lebih lambat.
- Peningkatan risiko penyakit telinga tengah.
- Peningkatan risiko mengi, batuk dan sesak napas.
- Hingga berkemungkinan besar untuk menjadi perokok selanjutnya.
Sumber yang sama juga menjelaskan tak ada yang lebih baik antara merokok bersama anak di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
Keduanya memiliki kadar buruk yang sama tidak baik bagi kesehatan anak.
Maka membuat keputusan untuk berhenti merokok adalah pilihan terbaik untuk kamu dan keluarga.
Kembali pada permasalahan yang sempat viral tentang Dadang yang menuntut adanya royalti mengenai foto dirinya sedang merokok sembari menggendong anak bayinya, yang diedarkan tanpa izin ini.
Adapula warganet yang berkomentar pada sebuah halaman berita yang memuat kabar ini dengan tidak membelanya sama sekali.
Warganet yang tak membela mempermasalahkan moral si bapak yang sudah merusak kesehatan anaknya sendiri dengan menjadikannya keuntungan berbalut royalti.
Ada juga yang tak membela dengan alasan meragukan kebenaran pernyataannya tersebut dan menyuruhnya agar tidak perlu mengambil keuntungan yang berasal dari kantong para pecandu rokok.
Namun tak sedikit pula yang ingin agar hukum ditegakkan. Karena bagaimanapun bila pemakaian sebuah foto tanpa izin sang 'model’ katakanlah, untuk disebarluaskan pada khalayak merupakan sebuah pelanggaran.
Pihak warganet bahkan banyak yang membela Dadang justru dengan meragukan pernyataan Kemenkes, mengenai izin legalitas yang harusnya bisa segera ditunjukkan bila memang benar adanya izin keabsahan foto tersebut.
Bila mengacu pada prespektif anak sebagai generasi penerus bangsa, hal seperti ini sebetulnya amat sangat ironi mengingat polemik 'lucu’ ini menjadi buah bibir dan kajian viral di tengah euphoria Hari Anak Nasional 2018.
Rokok dengan sejumlah efek bahaya langsung dan tidak langsungnya harus dikarantina dari anak-anak, bahkan dimasukkan dalam jajaran edukasi mengenai bahaya yang terdapat didalamnya, juga keburukannya harus dijadikan kurikulum wajib orangtua dalam menjaga kesehatan anak, karena bagaimanapun anak adalah segalanya yang harus didukung oleh kita semua sebagai orang yang lebih tua dan pamong generasi penerus bangsa.
Dalam semboyan ajaran Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, ada dua hal yang dapat dikaitkan dengan peristiwa anak dan rokok ini yakni, IngNgarsoSungTulodo yang artinya menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan teladan bagi orang – orang disekitarnya, dalam hal ini mari kita sama sama tidak menjadi contoh kebiasaan buruk merokok bagi anak - anak.
Demikian pula dengan kata Tut Wuri Handayani yang dapat diartikan harus memberikan dorongan moral dari belakang.
Dorongan moral ini sangat dibutuhkan oleh anak - anak disekitar kita agar tidak menjadi pecandu - pecandu hisapan ‘penuh racun’ selanjutnya.