Millennial Family of the Month Edisi Mei 2019: Tarra Budiman dan Gya
Apa pendapat mereka mengenai orangtua millennial?
10 Mei 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat ini hampir sebagian besar generasi millennial yang lahir diusia 1980-an sampai 1996 sudah memutuskan untuk membina rumah tangga.
Ya, kini Millennials lebih terbuka untuk menjalin sebuah hubungan pernikahan. Bukan hanya untuk mengekspresikan kasih sayang, namun juga menjadi cara untuk berkomitmen satu sama lain hingga akhirnya mereka menjadi orangtua.
Nah, merayakan Hari Keluarga Internasional yang jatuh pada 15 Mei nanti, Popmama.commempersembahkan edisi khusus keluarga pada bulan ini lho, Ma.
Tarra Budiman dan Gya Sadiqah bersama sang Buah Hati, Kalea Jada Agyra menjadi salah satu keluarga millennial yang sangat menginspirasi.
Bagaimana Tarra dan Gya menjalin hubungan keluarga hingga kini menjadi orangtua? Please welcome our millennial family of the month!
Pendapat Tarra dan Gya Mengenai Orangtua Millennial
Seperti kita ketahui bahwa orangtua millennial mengambil peran yang lebih intim, tidak keras dengan anak-anak mereka daripada orangtua dari generasi sebelumnya, mereka cenderung lebih terbuka dengan perkembangan teknologi dan lebih literasi terhadap informasi seputar pola asuh.
Lalu, bagaimana pendapat kedua pasangan yang menikah pada 22 April 2018 ini mengenai orangtua millennial ya, Ma.
Menurut Gya, orangtua millennial itu perlu memiliki pikiran dan pandangan yang terbuka mengenai banyak hal, termasuk yang paling penting adalah pola asuh yang modern.
Tarra menambahkan bahwa saat ini perkembangan digital pun sangat luas sehingga mendukung asupan informasi yang harus dimiliki orangtua baru.
“Konten-konten yang sangat mudah kita dapatkan itu membantu orangtua millennial untuk lebih mengerti bahwa ternyata banyak pemahaman terkait pola asuh di zaman terdahulu yang bisa kita ubah menjadi lebih relevan untuk diaplikasikan di era sekarang,” kata Tarra.
Menanggapi pendapat Tarra, Gya mengatakan bahwa meskipun banyak sekali informasi yang didapatkan, keluarga millennial sebaiknya harus lebih baik dan pintar lagi dalam meliterasi asupan informasi tersebut.
“Kita harus pintar dalam menyaringnya, mana yang benar dan tidak, cocok atau nggak diaplikasikan, dan harus tahu mana yang penting, mana yang genting,” ungkap Gya.
Apakah Kalian Merasa Sudah Menjadi orangtua Millennial?
“Bisa juga! Mungkin kalau dulu orangtua banyak banget melarang anaknya. Tapi, kita bisa lebih membebaskan anak untuk eksporasi, tapi tetap memperhatikan kenyamanan dan keamanannya juga,” kata Tarra.
Contohnya, Tarra dan Gya sudah melatih Kalea berenang sejak Kalea berusia 3 bulan lebih 2 minggu.
Pastinya dengan memperhatikan bentuk kenyamanan dan keamanan Kalea. “Bahkan, Kalea sekarang suka susah diangkat kalau sudah keasyikan diajak berenang,” ungkap Tarra.
Apakah Tarra dan Gya Tetap Berlakukan Pola Asuh Orangtua Terdahulu?
Meskipun usia Kalea baru menginjak 4 bulan, Tarra dan Gya sudah mulai merasakan kesempurnaannya menjadi orangtua. Mereka memiliki beberapa pola asuh yang diadaptasi dari gaya orangtuanya.
“Yang paling relevan untuk diadaptasi adalah jam tidur, karena orangtua saya dulu sangat teratur dalam mengatur jam tidur dan ia ingin segala bentuk kedisiplinan yang ” kata Gya.
Sedangkan untuk pola asuh yang mereka kurang sepakati dari orangtua terdahulu adalah istilah ‘bau tangan’. Bau tangan diidentikkan dengan bayi baru lahir yang selalu ingin digendong dan merasa gelisah bahkan terus menangis ketika tidak digendong.
Bedasarkan buku yang ia baca dan konsultasi dengan dokter, Gya menganggap istilah ‘bau tangan’ cukup bertentangan baginya.
“Bagi saya, bayi itu di dalam kandungan selama 9 bulan, dia biasa dekat dengan Mamanya, sehingga ia butuh waktu untuk adaptasi dengan dunia di luar kandungan. Kalau menurut dokter, itu bukan bau tangan tapi bayi memang butuh dalam dekapan Mamanya sebagai bonding juga antara bayi dan Mamanya,” kata Gya.
Sebagai Orangtua Baru, Bagaimana Kalian Menentukan Gaya Pola Asuh untuk Kalea?
Saat ini, gaya parenting sangat beragam. Apalagi media sosial dan informasi dari internet menjadi salah satu pengaruh terbesar banyak orangtua millennial dalam menentukan gaya pola asuh mereka dalam menumbuhkan anaknya.
Bagi Gya, sejak masa kehamilan ia tak begitu banyak browsing informasi di Internet.
“Saya dan Tarra mencari informasi di internet atau buku, tapi bagi kami bertanya kepada orangtua, saudara, atau orang yang sudah berpengalaman terasa lebih baik dan bisa diikuti. Kami juga selalu melakukan diskusi ketika menemukan informasi baru. Ini juga berlaku hingga Kalea lahir, ketimbang browsing di internet. Kami lebih senang sharing langsung dengan yang berpengalaman,” ungkapnya.
Menurut Gya, saat sudah mendapatkan informasi mengenai cara mengasuh Kalea, mereka tak langsung menerapkannya sendiri-sendiri.
“Komunikasi dengan pasangan adalah kunci utama untuk menentukan gaya pola asuh buat anak. Harus dipertimbangkan, cocok atau nggak buat Kalea. Kami nggak mau memaksakan jika memang nggak cocok buat diterapkan,” tambah Gya.
Bagaimana Jika Menemukan Perbedaan Pendapat?
Bagi Gya dan Tarra, perbedaan pasti akan ditemukan dalam setiap pasangan.
Menurut Gya, untungnya Tarra sangat percaya dengan keputusan Gya, karena Tarra menganggap bahwa seorang Mama akan lebih mengerti anaknya dan apalagi hampir seharian Kalea bersamanya.
“Tapi, hampir 95% kami jarang menemukan perbedaan pendapat yang sangat parah, apalagi hingga mengundang keributan. Dengan komunikasi yang baik, saya rasa perbedaan pendapat bisa diminimalisir,” ucap Gya.
Editors' Pick
Bagaimana dengan Orangtua, Apakah Juga Ikut Andil Mengasuh Kalea?
Bagi Gya, Mamanya sangat terbuka dengan gaya asuh yang ia terapkan. Sang Mama memberi beberapa saran, namun tidak keras menuntut untuk menirunya.
“Mama saya sempat ada disini selama satu bulan pertama setelah melahirkan. Namun, Mama saya sangat terbuka dengan pola asuh yang saya terapkan. Ia sama sekali tidak memaksa untuk mengikuti gaya asuhnya. Mama saya selalu tanya, bagaimana maunya saya sambil memberikan contoh yang ia terapkan pada anak-anaknya saat masih kecil. Jadi, Mama sangat koorperatif dan terbuka dengan gaya asuh yang saya terapkan pada Kalea,” ungkap Gya.
Pendapat Gya dan Tarra Mengenai Keluarga yang Bahagia?
Arti keluarga bahagia bagi Gya dan Tarra adalah setiap anggota keluarga yang ada di dalamnya dapat memiliki komunikasi yang baik, jujur, dan harmonis. Pastinya, apa adanya dan tanpa pencitraan.
“Keluarga yang harmonis itu ya keluarga yang saling melengkapi dan mengungkapkan kasih sayang satu sama lain. Bukan pecitraan saja di hadapan orang, kelihatannya bahagia tapi belakangnya berantem terus atau nggak hangat. Jadi bagi saya keluarga yang merasa bahagia ya memang happy untuk dirasakanbersama, bukan bahagia hanya untuk dilihat orang lain saja,” ucap Gya.
Masuk Usia 4 Bulan, Bagaimana Gya dan Tarra Melihat Perkembangan Kalea?
“Saya merasa sepertinya baru kemarin saya hamil, sekarang Kalea sudah 4 bulan dan saya dan Tarra kagum banget dengan perkembangan Kalea diusianya ini. Bahkan, kalau dibandingkan dengan bayi zaman dulu, Kalea termasuk sangat cepat perkembangannya,” ungkap Gya.
“Bayi zaman sekarang hebat-hebat sih, belum masuk 4 bulan saja sudah bisa angkat kepalanya sendiri. Saya dan Gya merasa bahwa cerdasnya Kalea itu sangat luar biasa untuk anak seusianya. Misalnya, kalau kita ajak dia ngobrol, dia sudah menanggapi kita seakan mengerti apa yang kita sampaikan,” tambah Tarra.
Sebagian Orangtua di Era Millennial, Banyak yang Tertarik untuk Menyekolahkan Anaknya Bahkan Sedari Bayi. Bagaimana Tanggapan Gya dan Tarra?
Menanggapi hal ini, Gya merasa belum tega jika harus menyekolahkan Kalea terlalu dini.
“Menurut saya, saya ingin menghabiskan banyak waktu Kalea semasa bayinya dengan saya, karena waktu itu nggak akan terasa, tiba-tiba anak sudah besar dan duduk di bangku sekolah yang sesungguhnya. Mungkin, nanti kalau dia mulai besar baru ada pertimbangan untuk sekolah yang melatih motoriknya, tapi buat sekarang, nggak dulu deh,” katanya.
Gya menambahkan selama menjadi full time mama, Mama bisa melatih motorik anak dengan cara yang kreatif.
“Jadi, saya punya cara untuk melatih Kalea tanpa harus dia ikut kelas. Misalnya, seperti menaruh soft book disekitarnya, dia akan melihat satu-satu bukunya. Lalu, dia merangkak menuju buku yang ia mau terus diambil sama dia,” kata Gya.
Menurut Tarra, perkembangan Kalea cukup cepat, ia sudah bisa membalikkan badannya sendiri, merespon candaan orang lain, dan bahkan suka tiba-tiba mau berdiri.
“Mungkin hal ini karena kami aktif merangsang kemampuan motorik Kalea di rumah. Biasanya kami melatih perkembangannya dengan mainan dan soft book. Lalu, kami juga aktif bercerita dan bernyanyi. Meskipun masih 4 bulan, ia terlihat sangat penasaran dengan cerita-cerita dan lagu yang kami berikan. Salah satu lagu favoritnya You are My Sunshine, dia kalau dengar lagu itu bisa sangat senang sekali, lucu banget,” tambah Tarra.
Bagaimana Gya Menilai Tarra Budiman sebagai Suami?
Gya menilai bahwa Tarra adalah supporter terbesar dalam hidupnya sejak pacaran hingga kini memiliki Kalea.
“Sejak pacaran, dia dukung saya apa yang saya lakukan selama itu baik. Saat saya hamil, saya menyusui, hingga mengurus Kalea. Tarra benar-benar jadi support system terbaik dalam hidup saya,” kata Gya.
Bagaimana Tarra Menilai Gya Sebagai Istri?
Sejak pacaran, Gya mengungkapkan bahwa ia sangat bercita-cita menjadi full time mama.
Tarra sangat bersyukur dengan keputusan Gya untuk menjadi Mama yang tidak bekerja dan fokus dengan perkembangan anak-anaknya.
“Orangtua sangat bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya, terutama seorang Mama. Mama akan menjadi orang paling dekat dengan anak-anaknya, jika suami bekerja. Saya ingin seorang Mama selalu punya waktu untuk mendengar banyak hal yang diungkapkan anak-anaknya. Dan, Gya sangat luar biasa ketika memiliki impian menjadi seorang Mama yang seutuhnya,” ungkap Tarra.
Perubahan dalam Kehidupan yang Dirasakan Ketika Menjadi Orangtua?
Beberapa hal dalam kehidupan Tarra dan Gya berubah sejak memiliki anak. Bagi Gya, sejak memiliki anak, mereka menjadi lebih tidak egois, disiplin, dan anak menjadi prioritas utama bagi keduanya.
“Saya jadi belajar untuk mengesampingkan hal-hal untuk diri sendiri dan fokus saya lebih banyak untuk Kalea. Bagi kami, Kalea adalah hidup kami,” ucap Gya.
Tarra dan Gya mengaku bahwa untuk menjadi orangtua yang sempurna perlu terus belajar dan terbuka dengan berbagai hal.
Namun, bagi orangtua yang hidup di generasi millennial, kita harus lebih pintar dalam menelisik informasi yang membordir agar tak salah ketika diterapkan pada anak.
Semangat menjadi keluarga yang harmonis sangat terasa dalam keluarga ini.
#MillennialFamily of the Month Edisi Mei 2019 – Tarra Budiman dan Gya Sadiqah
Production - Popmama.com
Editor in Chief - Sandra Ratnasari
Fashion & Beauty Editor - Onic Metheany
Fashion Stylist – Girah Ababyl
Reporter – Sarrah Ulfah, FX Dimas Prasetyo
Social Media - Sekar Retno Ayu
Photographer - Michael Andrew
Videographer - Bima Bintoro
Art Designer – Rama
Makeup & Hair Do – Linda Kusumadewi
All wadrobe by: Argyle & Oxford, Lekat di Hati, Fin, Wearbobe, Sinau Socks
Hairpin by: LaKomple