Siapa diantara Mama yang sering mengalami Premenstrual Syndrome (PMS)? Penelitian yang dikutip dari Medical News Today mengungkapkan ada 20-40% perempuan di dunia ini mengalami PMS dari ringan hingga berat.
Namun, mungkin yang belum Mama tahu ada gangguan lain yang menyerang perempuan ketika kan menstruasi. Gangguan tersebut disebut Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) di mana dialami oleh 3-8% perempuan yang mengalami gangguan PMS.
Lantas apa perbedaan antara PMDD dan PMS?
Untuk Mama yang belum terlalu mengenal dengan istilah PMDD, berikut Popmama.com rangkum informasi lengkapnya.
1. Apa itu Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD)?
Instagram/Andrea Piacquadio
Belum banyak orang mengenal gangguan Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Apa itu PMDD? Pengertian PMDD adalah sindrom sebelum menstruasi yang melibatkan gejala fisik dan psikologis yang mempengaruhi keseharian orang tersebut bahkan bisa mengancam kesejahteraan mental individu.
Disebutkan Medical News Today jika gejalas PMDD ini bisa lebih parah dari PMS. Mengingat PMDD ternyata bisa membutuhkan obat untuk meredakan gejalanya.
Pada dasarnya PMS dan PMDD sama-sama menunjukkan gejala-gejala fisik dan emosional, tapi PMDD bisa menyebabkan gejala yang ekstrem sampai-sampai tidak bisa beraktivitas seperti biasa atau hubungan dengan orang-orang terdekat terganggu.
2. Penyebab PMDD yang patut diwaspadai
Pexels/Polina Zimmerman
Menurut Medical News Today, penyebab pasti PMDD ataupun PMS masih belum jelas. Namun, peneliti menduga bahwa perempuan dengan kondisi PMDD karena reaksi abnormal tubuh yang timbul akibat perubahan hormon menjelang menstruasi.
Pengaruh hormon tersebut dapat menyebabkan kekurangan neurotransmitter serotonin yang diperlukan untuk mengontrol mood, fokus, tidur, dan rasa sakit. Diperkirakan, produksi serotonin menurun akibat fluktuasi hormon menjelang menstruasi.
Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) bisa berbahaya jika sang penderita memiliki riwayat depresi pasca-melahirkan atau baby blues, gangguan mood atau depresi.
Editors' Pick
3. Gejala-gejala yang ada ketika menderita PMDD
Pexels/Pixabay
Dikutip dari Journal of Psychosexual Health dari Karnataka Sexual Sciences Academy, gejala PMDD bisa meliputi banyak bentuk. Namun, sayangnya gejala PMDD dan PMS ternyata memiliki banyak kemiripan.
Gejala yang dialami oleh penderita PMDD biasanya muncul seminggu sebelum menstruasi. Mereka yang menderita PMDD ini bisa pada kondisi tidak bisa beraktivitas normal sama sekali. Tentunya, kondisi ini dapat mempengaruhi hubungan dan mengganggu rutinitas sehari-hari.
Gejala PMDD bisa meliputi gangguan psikologis dan fisik. Lebih lengkapnya, berikut gejala PMDD yang biasa dirasakan baik gejala yang umum ataupun yang langka ditemukan menurut Medical News Today.
Kelelahan parah
Perubahan mood, termasuk gugup, depresi, hingga kecemasan
Menangis dan lebih peka secara emosional
Kesulitan untuk konsentrasi
Jantung berdebar-debar
Paranoia dan mengalami masalah dengan citra diri
Masalah koordinasi
Pelupa
Perut kembung, nafsu makan meningkat hingga gangguan pencernaan
Sakit kepala
Sakit punggung
Kejang otot, mati rasa atau kesemutan pada tingkat yang ekstrem
Pusing
Pingsan
Sulit tidur
Perubahan penglihatan dan keluhan penglihatan
Keluhan pernapasan, seperti alergi dan infeksi
Sakit ketika akan menstruasi
Penurunan gairah seksual
Mudah memar
Kemudian, ada pula yang mengalami retensi cairan dapat menyebabkan nyeri payudara, penurunan produksi urin, pembengkakan pada tangan, kaki dan mata kaki, dan penambahan berat badan sementara.
Ada pula yang mengalami masalah kulit seperti jerawat, peradangan dan gatal, dan memburuknya luka yang sudah pernah diderita. Namun, sebagian besar orang yang menderita PMDD terkait dengan kecemasan.
4. Cara mengatasi PMDD, apakah perlu perawatan khusus?
westend61.de
Menurut Journal of Psychosexual Health dengan judul Pre-menstrual Dysphoric Disorder: A Review karya Dahuja Malvika dan Agarwal Supriya, menyebut bahwa sebenarnya PMDD adalah kondisi kesehatan yang mempengaruhi mental dan fisik perempuan.
Menurut jurnal tersebut, salah satu pilihan yang paling tepat adalah menemui dokter yang ahli dalam bidang ini. Hal ini juga sejalan dengan yang diungkapkan oleh Medical News Today, karena gejala PMDD mirip dengan gejala PMS, sebaiknya dikonsultasikan ke dokter atau layanan kesehatan terdekat sehingga bisa melakukan pemeriksaan fisik, riwayat medis, dan tes tertentu.
Ketika berkonsultasi ke dokter mengenai PMDD biasanya akan diresepkan obat tertentu seperti anti-depresan, obat pengatur hormon hingga obat untuk mencegah ovulasi.
5. Bagaimana cara mengkomunikasikan ke orang terdekat kamu menderita PMDD?
Freepik
Tak kalah penting dari obat untuk meredakan dan menangani gejala PMDD. Ternyata support dari keluarga dan orang terdekat juga penting untuk penderita gangguan ini.
Melansir dari situs Nortwest Primary Care, kalau seseorang terdidiagnosis PMDD maka jangan sampai rahasiakan. Bersikap jujurlah dan langsung dengan gejala yang mungkin dialami. Sebisa mungkin mengungkapkan bagaimana suasana hati dan bagaimana perawatan yang lebih disukai.
Situs tersebut juga menyebutkan bahwa empati dari orang sekitarnya sangat penting.
Oleh karenanya, sebagai partner dan orang terdekat berusaha menempatkan diri Anda sebisa mungkin untuk memahami gejala yang dimiliki penderita. Coba untuk membayangkan bagaimana sulitnya menjadi penderita PMDD karena mengalami serangan mendadak kecemasan hingga bisa memiliki kesulitan mengendalikan kemarahan dan suasana hati.
6. Cara memperbaiki suasana hati penderita PMDD
Pexels/Just Name
Ada beberapa hal yang bisa meredakan gejala pada PMDD. Mengingat PMDD biasanya banyak berhubungan dengan kondisi psikologi. Oleh karenanya, memperbaiki suasa hati menjadi salah satu hal bisa dilakukan sebagai langkah awal untuk meredakan gejala PMDD yang diderita.
Ada beberapa alternatif untuk meredakan gejala Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), misalnya:
Melakukan aktivitas yang membuat tubuh rileks sebelum menstruasi dengan meditasi, yoga, mendengarkan musik, atau mandi air hangat
Menggunakan aromaterapi saat mandi dan sebelum tidur
Berolahraga ringan selama 30 menit sebanyak 3 kali seminggu.
Tidur cukup
Menjalani akupuntur.
Bisa juga dengan mengatur pola makan dan diet tertentu yaitu:
Menurunan asupan gula, garam, kafein, dan alkohol
Mengonsumsi protein dan asupan karbohidrat kompleks
Tak lupa juga lakukan teknik manajemen stres sehingga bisa membantu untuk melihat kondisi menstruasi secara positif.
Itulah tadi sederet fakta tentang Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Mungkin penyakit menjelang menstruasi ini tidak sepopuler PMS.
Namun, berkat gejala yang ditimbulkan agaknya kita semua perlu waspada. Karena serangan dan gejala PMDD ini bisa lebih parah dari PMS.