Tak Hanya Bali, Liburan ke Bandung Juga Wajib Bawa Hasil Rapid Antigen
Segera diterapkan untuk wisatawan yang akan datang ke Bandung dan zona merah di Jawa Barat
17 Desember 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Per 16 Desember 2020 pukul 12.00 WIB, penambahan kasus positif virus corona di Kota Bandung hingga 91 orang sehari. Sehari sebelumnya bertambah 82 orang, dan dua hari lalu bertambah 60 orang. Tiga hari berturut-turut penambahan kasus positif terus meningkat di Kota Kembang.
Karena perkembangan kasus Covid-19 yang kian meningkat, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mewacanakan untuk wisatawan yang akan datang ke Bandung dan zona merah di Jawa Barat wajib membawa rapid antigen dengan hasil negatif.
Keputusan tersebut berkaca pada libur panjang Oktober 2020 lalu di mana peningkatan kasus Covid-19 cukup signifikan sehingga membebani daya tampung kapasitas rumah sakit yang ada.
Berikut Popmama.com rangkum informasi mengenai rapid antigen bagi masyarakat yang akan pergi ke Bandung.
Editors' Pick
1. Mewajibkan hasil rapid antigen untuk kawasan zona merah di Jabar
Dikutip dari Youtube CNN Indonesia, Ridwan Kamil ingin kebijakan ini nantinya tak hanya diterapkan di Bandung yang kini sudah ambil ancang-ancang.
Ia juga ingin mewajibkan hasil negatif Covid-19 dari rapid antigen di seluruh tempat wisata yang ada di zona merah di Jawa Barat.
“Jika di libur panjang datang ke zona merah pariwisata, seperti Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Pangandaran itu wajib menyertakan bukti rapid test antigen,” jelas Ridwan Kamil.
2. Rapid antigen dinilai lebih efektif dibandingkan rapid test antibodi
Kepala Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain LIPI, Wien Kusharyanto menyebutkan jika dibandingkan dengan rapid antibodi maka rapid antigen bisa lebih efektif mendeteksi virus.
Pada dasarnya rapid antigen ini mendeteksi komponen virus yakni berupa protein virus yang diperoleh dari swab hidung dan tenggorokan. Prosesnya disebut Wien mirip dengan tes kehamilan yang mendeteksi protein yang berbasis pada pengikatan antibodi.
“Akurasi bergantung dari pengembangnya, sama seperti rapid antibodi ada beberapa yang akurasinya tergolong rendah di bawah 50%. Kalau misalnya pengembangnya mampu membuat sensitivitasnya mendekati 90-95%, maka rapid antigen ini merupakan alternatif untuk mendeteksi orang yang terinfeksi virus,” jelasnya.