Awas! Sering Menyebut Seseorang Bodoh Bisa Merusak Kesehatan Mental
Berawal dari kekesaran verbal bisa mengarah ke kekerasan fisik, korban bisa bunuh diri
13 Oktober 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memberikan label atau julukan terhadap seseorang ternyata bisa berdampak besar. Apalagi label tersebut merupakan hal negatif seperti bodoh, goblok, bego, dungu, dan lainnya bisa buruk bagi orang lain.
Dikutip dari Medical News Today, ternyata julukan atau label bernada merendahkan kadar intelektualitas orang lain tersebut termasuk bentuk kekerasan verbal. Kita bisa meruntuhkan dunia seseorang yang efeknya bisa jauh lebih buruk bagi anak-anak dan remaja.
Senada dengan itu, dikutip dari Very Well Family, ketika seorang memanggil nama orang lain dengan sebutan negatif itu bisa menjadi tanda untuk mengontrol orang lain melihat orang tersebut.
Saat menyebut seseorang bodoh dan dilakukan di depan orang lain maka dimaksudkan untuk mendorong massa yang lebih besar untuk melihat orang tersebut sebagai orang bodoh juga.
Jika pemanggilan nama itu repetisi, lama kelamaan yakni orang lain termasuk target maka akan mulai mengasosiasikan kata 'bodoh' dengan korban. Sehingga label yang menyakitkan itu bisa menjadi bagian dan definisi korban tersebut.
Berikut Popmama.com rangkum sering menyebut seseorang bodoh bisa merusak kesehatan mental.
1. Mengikis kepercayaan diri seseorang
Dengan pemberian label dan pemanggilan nama negatif akan memberikan rasa penghinaan. Sehingga dalam jangka waktu yang lama, secara perlahan-lahan dapat mengikis rasa percaya dan harga diri seseorang.
Korban tidak akan lagi melihat diri mereka secara realistis. Misalnya, tidak hanya kata bodoh, jika seseorang disebut "gemuk" mungkin menganggap dirinya kelebihan berat badan bahkan setelah mereka menurunkan berat badan. Jenis citra tubuh yang terdistorsi ini dapat menjadi pemicu gangguan makan .
2. Korban mengkritik diri sendiri
Dampak kepada korban yang menerima sebutan negatif, lama-lama membuat mereka percaya dirinya adalah orang seperti yang disebutkan itu. Akibatnya mereka mulai mengkritik diri mereka sendiri.
Jika seseorang disebut “pecundang”, kata hati mereka akan belajar menyebut dirinya pecundang juga ketika melakukan kesalahan. Masalahnya adalah suara batin ini sulit dimatikan dan tidak terlalu objektif.
Editors' Pick
3. Memengaruhi suasana hati korban
Penting untuk diingat bahwa perubahan suasana hati yang tiba-tiba terkadang dapat menandakan bahwa intimidasi sedang terjadi. Jangan pernah mengabaikan perubahan suasana hati anak atau menganggapnya sebagai hormonal sampai bisa menentukan alasan mereka cemberut, marah, atau menjauh.
Perubahan perilaku, kebiasaan tidur, dan suasana hati harus selalu dianggap sebagai tanda peringatan pertama ada sesuatu yang salah. Bukan hal yang aneh bagi korban yang menerima ejekan dan jenis bullying lainnya mengalami kecemasan dan depresi.
4. Memengaruhi kesehatan fisik
Kesehatan fisik seseorang bisa terganggu jika ia mengalami dan menjadi korban bullying. Pasalnya kesehatan mental berperan juga dalam kesehatan fisik seseorang.
Gangguan kesehatan mental dapat membuat seseorang tidak ingin makan, susah tidur, sakit pencernaan, sakit kepala, atau penyakit akibat stres lainnya. Memberikan julukan atau sebutan negatif pada seseorang merupakan bentuk intimidasi yang dampaknya tidak bisa diremehkan.
5. Bisa memicu kekerasan fisik
Dalam beberapa kasus, pelaku intimidasi yang melabeli negatif seseorang cenderung bisa melakukan kekerasan dengan korbannya. Atau bisa pula saat korban sudah frustasi dan marah mereka bisa menyerang secara fisik pelakunya.
Menurut penelitian, banyak bullying dimulai dengan penyebutan nama secara negatif. Namun lama-lama meningkat menjadi kekerasan secara fisik.
6. Merusak rasa aman yang dirasakan seseorang
Menyebut seseorang dengan kata negatif bisa menyebabkan perubahan nyata dalam kepribadian dan perilaku mereka yang terkena dampak. Terutama pada korban remaja yang akan lebih mudah menangis, bermusuhan, atau menarik diri dari lingkungan.
Mereka juga mungkin menemukan alasan untuk tidak mau bersekolah dan kehilangan minat dalam kegiatan yang dulu menyenangkan. Ini juga membuat korban seringkali merasa tidak puas dengan kehidupan. Mereka juga mungkin berjuang dengan perasaan kesepian dan putus asa.
7. Memicu bunuh diri pada seseorang
Pemberian nama negatif kepada korban dapat memiliki konsekuensi serius pada kesehatan mental. Banyak penelitian setuju ini adalah salah satu bentuk intimidasi yang paling merusak.
Misalnya, beberapa korban menjadi sangat tertekan karena pemanggilan nama itu yang membuat mereka merasa tidak berharga, tidak berdaya, dan lepas kendali. Beberapa korban bahkan mungkin berpikir untuk bunuh diri.
Jika ada orang terdekat, adik, saudara atau anak merasa demikian segera minta pertolongan dokter atau ahlinya seperti psikolog dan psikiater. Jangan ragu untuk mengajak dan menolong korban yang mengalami atau memiliki ciri-ciri gangguan kesehatan mental.
Itulah tadi dampak sering menyebut seseorang bodoh bisa merusak kesehatan mental. Semoga menjadi informasi yang berguna ya untuk mama dan papa.
Baca juga:
- Perubahan Sistem Kerja dapat Memengaruhi Kesehatan Mental, Mengapa?
- Sangat Terkait, Inilah Hubungan Operasi Plastik dan Kesehatan Mental
- Film Indonesia yang Angkat Masalah Kesehatan Mental, Apa Saja?