5 Fakta Pengepungan di Bukit Duri, Film ke-11 Joko Anwar
Dirilis tahun 2025 mendatang bekerja sama dengan Amazon MGM Studios
25 Oktober 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sutradara Joko Anwar mengumumkan film ke-11 yang menandai babak baru dalam karier perfilmannya. Setelah sukses melalui film horor, seperti Siksa Kubur, Pengabdi Setan, Pengabdi Setan 2 Communion hingga Perempuan Tanah Jahanam, yang meraih Piala Citra 2020 termasuk untuk Film Terbaik dan Sutradara Terbaik.
Berusaha keluar dari 'zona nyaman', Joko Anwar menawarkan karya baru yang akan dirilis di bioskop tahun 2025 mendatang. Uniknya, kali ini rumah produksi Come and See Pictures berkolaborasi dengan studio asal Hollywood, yakni Amazon MGM Studios dalam film berjudul Pengepungan di Bukit Duri (The Siege at Thorn High).
Berikut Popmama.com rangkum fakta film Pengepungan di Bukit Duri, film ke-11 Joko Anwar nih!
1. Bergenre action-thriller dengan latar belakang sekolah SMA
Pengumuman film ke-11 Joko Anwar ini dilakukan, pada Senin (21/10/2024) di Epicentrum XXI, Jakarta Selatan. Film bergenre thriller-aksi menjadi film non-horor pertama Joko Anwar sejak terakhir kali pada enam tahun lalu,yaitu Gundala (2019).
Pengepungan di Bukit Duri mengambil latar tahun 2027, ketika situasi di Indonesia bergejolak. Menggambarkan kondisi masyarakat berada di ambang kehancuran, dipicu oleh diskriminasi dan kebencian rasial.
Di tengah semua itu, muncul Edwin (Morgan Oey), guru pengganti di SMA DURI yang dikhususkan untuk siswa-siswi bermasalah. Situasi semakin rumit, Edwin menghadapi pertarungan untuk bertahan hidup, ketika sekolah tempatnya mengajar mendadak berubah menjadi ajang pertarungan hidup dan mati.
Editors' Pick
2. Kolaborasi perdana dengan Morgan Oey dan banyak aktor muda
Di film Pengepungan di Bukit Duri ini menjadi momen pertama Joko Anwar berkolaborasi dengan Morgan Oey. Selain Morgan, Pengepungan di Bukit Duri juga dibintangi para aktor generasi baru Indonesia, di antaranya adalah Omara Esteghlal, Hana Pitrashata Malasan, Endy Arfian hingga Fatih Unru.
Selain itu, ada pula Satine Zaneta yang merupakan anak dari Abimana Aryasatya. Tidak hanya itu ada pula Dewa Dayana, Florian Rutters, Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana, Farandika, Raihan Khan, Sheila Kusnadi, Millo Taslim dan Bima Azriel yang berperan di film ini.
3. Mengusung cerita yang dekat dengan masyarakat Indonesia
Joko Anwar sebagai sutradara dan penulis film, mengungkapkan tidak sabar untuk menghadirkan cerita yang menegangkan dan 'penting' ini ke penonton Indonesia.
Pasalnya, film Pengepungan di Bukit Duri membawa isu yang relevan dan sangat dekat dengan kehidupan masyarakat sekarang di Indonesia. Film ini juga mengajak penonton untuk merenungkan kembali persepsi tentang keadilan dan empati.
"Hal ini yang menjadikan film ini bukan hanya sekadar film action-thriller, namun juga pengalaman yang menggugah pikiran," ujarnya dalam press conference, Senin (21/10/2024)
Sementara itu, Vice President, International Originals Amazon MGM Studios James Farrell, menyebut soal kolaborasinya dengan Joko Anwar di film Pengepungan di Bukit Duri ini.
"Ini menandai pencapaian penting, karena untuk pertama kalinya Amazon MGM Studios bekerja sama dengan perusahaan produksi film dari Asia Tenggara, untuk perilisan film di bioskop. Kolaborasi ini juga menjadi yang pertama dengan Joko Anwar. Kami sangat antusias untuk mempersembahkan hasil kerja sama kami, dengan tim Come and See Pictures menghidupkan visi unik Joko Anwar ke layar lebar bagi penonton Indonesia," jelasnya.
4. Film Pengepungan di Bukit Duri mengambil tema kekerasan tanpa glorifikasi
Dalam press conference tersebut Joko Anwar juga menyebut membutuhkan dirinya yang lebih dewasa untuk bisa membuat film ini. Pasalnya, skrip film ini mencangkup banyak social-commentary yang terjadi di masyarakat Indonesia soal kekerasan dan kenakalan remaja SMA.
"Film ini justru anti-kekerasan, ada kedekatan masyarakat dengan kekerasan. Tentunya film menawarkan entertainment juga. Kekerasan dalam film ini tidak di glorifikasi, semua based on characterdriven karena ada drama yang dipertaruhkan juga," tuturnya.
5. Skrip sudah dibuat sejak 2007, butuh waktu 17 tahun sampai jadi film
Sudah disinggung sebelumnya, kalau Joko Anwar sebagai sutradara mengatakan butuh banyak kedewasaan agar bisa mewujudkan film ini. Ya, itu terlihat dari pengakuan Joko soal skrip film Pengepungan di Bukit Duri sudah ada sejak tahun 2007.
Ia mengungkapkan beberapa alasan mengapa film Pengepungan di Bukit Duri baru dibuat sekarang sedangkan skripnya sudah ada sejak lama.
"Saya merasa film ini butuh kematangan, setelah menajamkan skenario dan merasa cukup dewasa membuat film ini. Ada isu yang penting, kemudian juga umur. Come and See Pictures sebagai rumah produksi juga sudah ada track record membuat film dengan isu agama, sejarah tetapi tanpa menyinggung secara negatif. Ini yang dilihat," tutur Joko Anwar.
Itulah tadi fakta film Pengepungan di Bukit Duri, film ke-11 Joko Anwar yang akan dirilis tahun 2025 nanti, kita tunggu ya.
Baca juga:
- Wanita Ahli Neraka, Film Genre Horor Pertama Febby Rastanty
- 10 Film Tentang Kesetaraan Gender yang Wajib Ditonton!
- Film ‘Tebusan Dosa’, Menggambarkan Harapan dan Perjuangan