Kemenkes Umumkan Mutasi Virus Corona Baru E484K Ada di Indonesia
Pasien dengan mutasi virus E484K ini sudah sembuh sejak Februari 2021 lalu
6 April 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setelah sebelumnya heboh mutasi baru virus Corona B117, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali mengumumkan ada mutasi baru lagi. Mutasi virus baru ini disebut E484K.
Di Jepang sendiri, mutasi E484K ini ditemukan sebanyak 70 persen pada pasien di rumah sakit di Tokyo. Setidaknya ada 10 dari 14 pasien virus corona di Tokyo Medical and Dental University Medical Hospital yang terbukti terinfeksi mutasi virus ini pada Maret lalu.
Kantor berita Reuter menyebuy jika mutasi ini ditemukan pada 12 dari 36 pasien di Jepang dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Bagaimana mutasi baru virus Corona E484K ini masuk ke Indonesia dan apa bahanyanya?
Berikut Popmama.com rangkum informasi selengkapnya.
1. Apa itu mutasi baru virus corona E484K?
Selain B117, mutasi baru virus E484K juga banyak menyebar di Eropa terutama di Inggris. Mutasi ini terjadi pada varian berbeda yang ditemukan pada varian di Afrika Selatan (B1351) dan Brasil (B1128).
Mutasi ini terjadi pada protein spike (bagian berbentuk paku) dan dinilai bisa berpengaruh pada respons kekebalan tubuh dan kemanjuran vaksin. Public Health England (PHE) menyebut pihaknya sudah mengidentifikasi 11 kasus varian B117 Inggris yang membawa mutasi E484K.
Kasus awal kemunculan mutasi baru ini ditemukan di sekitar wilayah Bristol. PHE juga menemukan 40 kasus infeksi virus corona asli yang membawa mutasi E484K di daerah Liverpool.
Editors' Pick
2. Disebut lebih menular dan bisa lolos dari antibodi tubuh
Mutasi virus E484K ini bisa meningkatkan lonjakan protein yang digunakan virus untuk memasuki sel manusia. Dampaknya bisa mempersulit sistem kekebalan untuk mengenali dan menghancurkan virus.
Di Brasil sendiri, mutasi E484K ini mendukung lonjakan kasus positif di sana. Selain bisa 'menipu' sistem kekebalan imun tubuh manusia, mutasi E484K ini disebut lebih menular karena bisa mengikat lebih dekat reseptor virus dalam sel manusia.
Dikutip dari BMJ, Lawrence Young, ahli virologi dan profesor onkologi molekuler di Universitas Warwick, Inggris menyebut jika mutasi E484K dapat melemahkan respons imun dan memengaruhi umur dari respon antibodi penetral.
Sehingga varian B117 yang membawa mutasi E484K mungkin lebih berdampak lebih parah ketika seseorang terinfeksi ulang oleh virus Covid-19.