Kisah Maggha Kareneya, Remaja yang Buat Yayasan untuk Bayi Terlantar
Yayasan Metta Mama dan Maggha sudah menampung puluhan bayi sejak pertama berdiri tahun 2015
20 Januari 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bagi remaja usia belasan tahun, biasanya yang menjadi keresahan adalah urusan sekolah atau ujian. Namun, bagi Maggha Kareneya Kang keresahan yang dirasakannya lebih luas.
Umur 14 tahun ia mulai tertarik dengan keberadaan dan nasib bayi-bayi tanpa orangtua di sekitarnya. Saat itu ia tergugah kala melihat bayi-bayi itu saat merayakan ulan tahun adiknya di sebuah yayasan di Bali. Saat itu, Maggha langsung mengutarakan niat ingin bisa merawat mereka kepada ibunya, Vivi Monata Sandra Tendean.
Awalnya niat Maggha tak dianggap serius. Namun, karena terus diutarakan dengan konsisten, Vivi akhirnya melakuakn riset dan membantu Maggha mengurus izin ke dinas sosial.
Izin untuk yayasan yang diberi nama Metta Mama dan Maggha itu keluar, tapi baru resmi beroperasi Maret 2015. Maggha pun memilih keputusan besar, ia berhenti sekolah umum dan melanjutkan homeschooling agar bisa mengurus yayasan yang menampung bayi-bayi tersebut.
Bagaimana kisah dan Maggha Kareneya? Berikut Popmama.com rangkum cerita selengkapnya.
1. Puluhan bayi pernah ditampung di yayasannya
Yayasan yang didirikan Maggha ini resmi berdiri saat usianya masih 17 tahun kala itu. Meski masih belia, pikiran dan hati Maggha menuntunnya ingin memberikan kehidupan yang layak dan sepatutnya untuk bayi-bayi kurang beruntung itu.
Dalam salah satu wawancara menyebut jika meski 'bayi-bayi tersebut dibuang atau ditelantarkan, mereka harus tahu bahwa mereka dicintai meski bukan oleh orangtuanya sendiri'.
Maggha juga ingin mereka tumbuh di lingkungan yang mendukung mereka secara baik jiwa dan raganya, sehingga tidak ada trauma untuk kehidupan masa dewasanya.
Yayasan Metta Mama dan Maggha resmi berdiri pada tahun 2015. Pada tahun 2018 yayasan ini telah berhasil menyelamatkan 42 bayi. Sekitar 11 bayi sudah dikembalikan pada orangtuanya, 16 telah diadopsi, dan 15 masih tinggal di yayasan. Kesehatan mereka pun terjamin karena ada 12 bidan yang standby 24 jam/tiga kali shift satu hari.
Editors' Pick
2. Jiwa sosial Maggha sudah ada sejak kecil
Peran nenek dan kedua orangtua Maggha diakui berperan besar dalam menumbuhkan jiwa sosial yang ada dalam dirinya. Maggha hidup dari keluarga yang berkecukupan tapi selalu diajarkan untuk hidup sederhana dan memiliki kepedulian. Satu nilai penting yang tak pernah dilupakan Maggha yakni hidup akan saling membutuhkan.
Salah satu hal inspiratif yang diajarkan keluarga Maggha adalah tidak menyelenggarakan pesta besar saat ulang tahun, dan mengajak Maggha ke pasar dibandingkan ke supermarket.
Saat ulang tahun Maggha ke-12, uang hadiah dari keluarganya terkumpul hingga 24 juta. Namun, tak digunakan untuk bersenang-senang, Maggha justru memilih untuk disumbangkan ke anak-anak penderita kanker di Bali.