Markis Kido Alami Henti Jantung, Pahami Serangan Mendadak Ini!
Banyak kasus henti jantung disebabkan oleh aritmia (gangguan irama jantung)
15 Juni 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kabar duka menyelimuti dunia bulutangkis Indonesia dan global. Atlet terbaik tanah air, Markis Kido meninggal dunia diduga karena henti jantung pada Senin (14/6/2021).
Ia jatuh tak sadarkan diri setelah bermain satu set. Markis Kido pingsan ketika berpindah lapangan saat bermain bulu tangkis.
Kabar berpulannya atlet yang pernah memenangkan mendali emas di Olimpiade 2008 ini dibenarkan oleh Mantan Humas PBSI, Yuni Kartika lewat akun twitternya.
Ia mengucapkan bela sungkawa kepada atlet berprestasi Indonesia itu. Akun resmi Badminton World Federation (BWF) di Twitter @bwfmedia mengabarkan, Markis Kido meninggal karena serangan jantung.
"Berita menyedihkan datang: Markis Kido (Indonesia) mantan peraih medali emas Olimpiade dan juara dunia, meninggal dunia hari ini karena serangan jantung. Dia akan dirindukan," ujar akun tersebut pada Senin (14/6/2021).
Kasus henti jantung juga dialami Erisksen pesepak bola dari Denmark beberapa waktu lalu. Dokter Tirta mengatakan, kasus Markis Kido mirip dengan Eriksen namun sayangnya tak dapat tertolong.
"Kasus Markis Kido ini mirip dengan Eriksen. Henti jantung adalah kondisi ketika jantung berhenti berdetak akibat pompa jantungnya bermasalah akibat gangguan kelistrikan atau sumbatan pada arteri-arteri besar pada jantung," kata dokter Tirta dalam Instagramnya pada 15 Juni 2021.
Serangan jantung saat olahraga atau sesaat setelah olahraga bisa dialami oleh siapapun. Selama ini, serangan jantung hanya identik dengan orang yang tidak berolahraga, perokok dan pemilik gaya hidup tak sehat.
Padahal, orang berusia muda, rajin berolahraga dan gaya hidup sehat tak luput dari penyakit yang satu ini.
"Olahraga bukanlah vaksin melawan penyakit jantung," ujar dr. Michael Joyner, seorang ahli fisiologi latihan di Mayo Clinic, di Rochester yang dikutip dari The Wall Street Journal. Dokter Joyner mencatat bahwa faktor risiko seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi semakin umum seiring bertambahnya usia orang.
Beberapa orang yang memiliki latihan fisik yang terlalu intens ada pula risiko untuk serangan jantung mendadak. Peristiwa itu fatal yang merupakan hasil dari aritmia (gangguan irama jantung) di luar kendali yang menyebabkan jantung berhenti berdetak.
Untuk mengetahui lebih lanjut berikut Popmama.com rangkum informasi selengkapnya mengenai ciri-ciri serangan jantung saat olahraga.
Perbedaan henti jantung dan serangan jantung
Penyakit jantung ada berbagai macam jenis, beberapa yang cukup populer dan masyarakat awam dengar adalah serangan jantung dan henti jantung. Karena mirip, keduanya kadang dianggap sama.
Henti jantung (cardiac arrest) merupakan suatu kondisi fatal dimana jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba karena gangguan gaya listrik pada otot jantung. Kondisi itu membuat jantung tidak bisa berdetak dengan normal dan memicu kondisi aritmia (gangguan irama jantung).
Akibatnya berdampak pada distribusi darah ke seluruh tubuh yang terganggu. Kematian dapat terjadi dalam hitungan menit karena organ dalam vital, terutama otak, tidak menerima darah yang cukup.
Sementara itu, serangan jantung (heart attack) adalah kondisi fatal yang terjadi saat jantung tidak menerima cukup aliran oksigen dari aliran darah yang menuju jantung. Adanya penyumbatan pembuluh darah arteri, yang membuat jantung mengalami kekurangan asupan darah yang mengandung oksigen.
Kondisi serangan jantung dapat terjadi dalam durasi hingga hitungan jam. Selama durasi waktu tersebut bagian jantung yang tidak menerima oksigen terus mengalami kerusakan berupa kematian otot jantung, jika tidak ditangani dapat menyebabkan kematian.
1. Fakta mengenai serangan jantung untuk orang yang gemar olahraga
Dokter Chugh, rekan penulis artikel berjudul Sudden Cardiac Death in the Older Athlete dalam Journal of the American College of Cardiology, menyebutkan tanda-tanda orang yang menjadi risiko tinggi untuk mengalami serangan jantung mendadak saat olahraga.
Hal itu termasuk, yakni sudah lama memiliki penyakit arteri koroner lebih besar dari 5% (10 tahun atau lebih), kolesterol yang sangat tinggi, diabetes, riwayat keluarga yang kuat tentang kematian jantung mendadak atau penyakit jantung dini, indeks massa tubuh (obesitas berdasarkan tinggi dan berat badan, lebih dari 28).
Orang yang tidak banyak bergerak dan ada tanda di atas harus mendapatkan evaluasi jantung menyeluruh sebelum berpartisipasi dalam olahraga atau memulai program latihan.
Selain itu, korban serangan jantung mendadak sering melewatkan atau mengabaikan sinyal risiko jantung. The Wall Street Journal mencatat, sebuah penelitian terbaru menemukan lebih dari sepertiga orang mengalami gejala serangan jantung khas dalam seminggu sebelum peristiwa terjadi.
"Setiap orang yang berolahraga perlu mewaspadai gejala yang tidak terasa benar," ujar dr. Jonathan A. Drezner, direktur Pusat Kardiologi Olahraga di Universitas Washington dari The Wall Street Journal.
Sedikit nyeri dada atau sesak napas, jantung berdebar atau merasa lebih lelah dari biasanya mungkin tampak sepele, tetapi itu adalah tanda-tanda peringatan yang patut diwaspadai dan perlu evaluasi lebih lanjut. Para ahli kebugaran juga merujuk pada studi yang menunjukkan manfaat aktivitas fisik berasal dari frekuensi, bukan intensitas yang dilakukan.