Mutasi Virus Corona D614G Disebut Lebih Berbahaya, Begini Faktanya!
Disebutkan sebelumnya mutasi virus Corona D614G lebih ganas dan penularannya 10 kali lebih cepat
7 September 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pandemi virus Corona sudah menyebar ke berbagai negara di dunia. Layaknya sifat virus, Covid-19 disebutkan sudah bermutasi untuk menyesuaikan dengan inang dan lingkungan di mana ia berkembang.
Salah satu yang cukup mengagetkan adalah mutasi strain D614G yang disebut lebih berbahaya dan penularan virusnya lebih cepat.
“Mutasi dari D614G pertama kali ditemukan bulan Januari 2020 di Jerman dan Cina. Dan saat ini kalau melihat seluruh strain dari seluruh dunia, pada dasarnya sudah 78% yang mengandung mutasi D614G. Jadi intinya mutasi ini sudah mendominasi virus SARS-Cov2 itu sendiri,” jelas Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro melalui Youtube BNPB, Rabu (2/9/2020).
Sebenarnya apa dan bagaimana mutasi virus Corona yang satu ini? Berikut Popmama.com rangkum informasinya.
Editors' Pick
1. Sudah ada mutasi D614G di Indonesia
Bambang Brodjonegoro menyebut mutasi dari D614G ini sudah ada di Indonesia. Ia mengungkapkan dari 24 whole genome sequence virus yang dikirimkan GISAID (Global Initiative on Sharing All Influenza Data), 9 diantaranya sudah memiliki mutasi D614G .
“Dua dari Surabaya, tiga dari Yogyakarta, dua dari Tangerang dan Jakarta dan dua dari Bandung,” jelas Bambang Brodjonegoro.
Sementara itu, Amin Soebandrio selaku Kepala Lembaga Biologi Molekular Eijkman menyebut keberadaan mutasi virus Corona di Indonesia ini sudah dideteksi sejak April-Mei 2020.
2. GISAID belum menemukan bukti mutasi D614G lebih ganas
Pembuktian mengenai mutasi D614G ini masih terus dilihat lebih lanjut. Mengingat sudah ada di Indonesia, tentunya ini bisa menjadi bahan pembelajaran untuk mengetahui karakteristik dan perkembangan virus Covid-19.
Bambang Brodjonegoro menyampaikan, dari GISAID sendiri belum ada bukti mengenai keganasan dan seberapa bahaya tentang mutasi virus Covid-19 ini.
“Melakukan komunikasi langsung dengan GISAID yang melakukan analisa. Bahwa tidak ada bukti atau belum ada bukti bahwa virus ini lebih ganas dan lebih berbahaya. Pada intinya, ia menyampaikan mutasi ini sama dengan birus SARS-Cov2 yang dialami selama ini. Belum ada bukti penyebaran dan keparahan dari mutasi ini,” tutur Bambang.