Kenali Perbedaan Kanker Lambung dan Maag, Sering Dianggap Remeh!
Gejalanya hampir mirip dan banyak orang tidak sadar sehingga terlambat untuk diberi perawatan
17 Februari 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Maag mungkin jadi salah satu penyakit umum yang diderita banyak orang di dunia. Tanda-tanda dari penyakit ini mudah dikenali. Namun, rupanya tanda penyakit maag mirip dengan kanker lambung lho, Ma.
Menurut data GLOBOCAN 2020, angka orang yang terkena kanker lambung di seluruh dunia tahun 2020 mencapai lebih dari 1 juta kasus, dimana kasus terbanyak dialami oleh lakil-laki dengan 719.523 kasus.
Ketua Yayasan Kanker Indonesia Prof. DR. dr. Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP mengatakan bahwa di awal gejala, kanker lambung sering disangka sebagai sakit maag biasa sehingga sebagian besar pasien datang terlambat dan sudah pada stadium lanjut.
“Oleh sebab itu, masyarakat perlu lebih waspada bahwa terhadap gejala kanker lambung yang jika tidak ditangani sejak dini berpotensi terjadi mutasi yang dapat membentuk tumor di dalam lambung dan dapat bermetastatis atau menyebar ke bagian lain di tubuh seperti hati, peritoneum, hati dan tulang,” jelasnya dalam Webinar Media bertajuk Gaya Hidup Masa Kini: Waspada Kanker Lambung Mengintai Anda! oleh Yayasan Kanker Indonesia (YKI).
Lantas, bagaiman perbedaan diantara keduanya? Berikut Popmama.com rangkum informasi lengkapnya.
1. Penyebab seseorang terkena kanker lambung
Kanker lambung disebutkan oleh dokter Aru karena adanya sel kanker di dalam lambung yang tumbuh menjadi tumor.
Sel itu terus bertumbuh secara perlahan dari waktu ke waktu selama bertahun-tahun. Sehingga banyak pasien kanker lambung adalah lansia berusia 60-80 tahun.
Namun, ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko kanker lambung, diantaranya bakteri Helicobactor pylori, metaplasia usus, atrophic gastritis kronis, anemia pernisiosa, ataupun polip lambung, dan juga kebiasaan merokok, obesitas, makanan yang diproses atau diasinkan, dan genetika.
“Secara genetik, penyebab meningkatnya risiko kanker lambung adalah jika ibu, ayah, kakak atau adik memiliki kanker gaster, golongan darah A, Li-fraumeni syndrome, familial adenomatous polypsis (FAP) dan hereditary nonpolyposis colon cancer,” jelas dokter Aru Sudoyo.
Meski genetik berperan, rupanya hanya 5-10% saja. Sedangkan 90-95% lebih disebabkan oleh faktor lingkungan yang meliputi diet (30-35%), rokok (25-30%), infeksi (15-20%), obesitas (10-20%), alkohol (4-6%) dan lain-lain (10-15%).
“Dengan demikian, kanker dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan melakukan deteksi dini kanker,” terangnya.
Editors' Pick
2. Kanker lambung bisa menyerang anak-anak?
Kanker lambung banyak menyerang lansia umur 60-80 tahun, lantas apakah kanker lambung ini bisa menyerang anak-anak atau dewasa muda? Dijelaskan oleh dokter Aru jika sel kanker biasanya diderita seseorang karena paparan dari lingkungan, maka makin lanjut usia zat karsinogen tersebut terus menumpuk dalam tubuh.
"Kok ada anak-anak sakit kanker? Itu ada disebut sebagai kerentanan, sudah ada kelemahan dari awal lahir untuk beberapa kanker tertentu. Namun, untuk kanker lambung kebetulan tidak. Jadi kanker ini tidak mengenai anak-anak karena lebih kepada paparan karsinogen yang lama," tutur dokter Aru.
Disebutkan dokter Aru jika pada anak-anak, kanker yang biasa menyerang yakni kanker mata atau kanker darah. Penyebabnya karena ada gen bawaan sejak lahir yang bermutasi, tapi gen tersebut bukan berasal dari keturunan.
"Gen sudah lemah dari bawaan. Bukan keturunan, misalnya kanker mata adanya di anak-anak, kanker darah atau leukimia itu juga banyak. Ada beberapa gen yang menyebabkan beberapa kanker terjadi pada anak-anak. Namun, misalnya jika anak-anak menderita kanker maka kemungkinan sembuhnya lebih besar dibandingkan jika terkena saat dewasa," terangnya.