Rasa Otentik, Wajah Baru Makanan Tradisional agar Digemari Milenial
Suasana dan penampilan masakan tradisional yang menarik agar bisa dilirik kaum Gen Z!
21 Desember 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyak restoran di Indonesia mengusung berbagai tema unik. Namun, karena efek globalisasi mendorong berbagai tren masakan masuk ke Tanah Air.
Saat ini menjamur berbagai fushion terutama makanan dari negara lain di Indonesia. Karena hal ini, makanan dan masakan tradisional pun mengalami berbagai moderenisasi.
Tak terkecuali masakan Indonesia yang dibuat lebih modern. Tanpa mengabaikan keotentikan, secara tampilan bisa disesuaikan agar bisa diminati anak muda.
"Nuansa, cita rasa dan tampilan untuk bisa diminati anak muda. Ini pekerjaan kita bersama supaya tampilannya enak dilihat juga enak dirasakan jadi biar bisa Instagramable," tutur Ny Swandani Kumarga selaku Founder Dapur Solo dalam pembukaan restoran ke-31 di Mall Neo Soho, Senin (20/12/2021).
Berikut Popmama.com rangkum informasi selengkapnya.
Editors' Pick
1. Nilai dan cita rasa budaya Jawa dalam masakan harus tetap otentik
Soal masakan tradisional, Ny Swan menyebut kalau keotentikan rasa harus tetap sama. Ini yang membuat masakan bisa 'ngangeni' alias dirindukan banyak orang.
"Semakin otentik, fokus pasa citra rasa dan ngangeni," tutur Ny Swan.
Namun, meski otentik, secara gaya justru bisa mengikuti zaman agar dilirik anak muda. Misalnya, konsep restoran dibuat lebih segar dan kekinian tanpa meninggalkan kesan tradisional Jawa.
2. Tips mempertahankan bisnis masakah tradidional a la Ny Swandani Kumarga
Swandani Kumarga dikenal sebagai founder dari Dapur Solo, salah satu restoran bertema masakan tradisional Jawa yang khas. Didirikan tahun 1988, Dapur Solo menghadirkan berbagai sajian unik dati timur hingga barat Pulau Jawa.
Saat Indonesia digempur pandemi, Dapur Solo masih bertahan kuat dengan fokus utamanya. Sebagai founder dari restoran otentik khas Jawa, menurut Ny Swan yang terpenting adalah fokus dan memperbaiki cita rasa dari masakan agar semakin otentik.
"Fokus ke core bisnis, kuliner indonesia dan khususnya makanan Jawa. Ya sudah di sana saja. Jangan lupa juga ulet, melihat pasar, serta mengembangkan menu. Masih banyak yang dieksplorasi," pungkasnya.
3. Kolaborasi menjadi hal penting untuk mengembangkan bisnis
Saat ini era kolaborasi sudah semakin terbuka. Bukan lagi saatnya senggol-senggolan bersaing, sudah saatnya melihat peluang lebih besar di depan dengan kolaborasi.
Hal ini yang coba dilihat pula oleh Eatwell Culinary yang sejak tahun 2016 berkolaborasi dengan Dapur Solo. Ada berbagai program dari restoran Dapur Solo yang mendukung UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) untuk berdaya bersama.
"Semua bahan di Dapur Solo dari lokal dan UMKM, baik dari bahan semi-jadi hingga bahan mentah. Tidak hanya dari Jakarta tapi juga dari Solo dan Jawa Timur," tutur Semua bahan dari dapur Solo dari lokal dan UMKM, baik dari bahan semi jadi hingga bahan jadi. Nggak cuman dari jakarta tapi juga Solo dan Jawa Timur pada kesempatan yang sama.
Itulah tadi informasi mengenai soal masakan Jawa dengan rasa otentik tapi tampilan modern untuk anak muda. Ini bisa menjadi cara agar Generasi Z bisa mencintai masakan tradisional lebih baik!
Baca juga:
- 5 Tips Mengatasi Masakan yang Terlalu Pedas
- 5 Alternatif Pengganti Santan untuk Masakan yang Lebih Sehat
- Keluarga Bosan dengan Masakan Rumah? Siasati dengan 4 Cara Ini