Aneurisma Otak, Bisul Pembuluh Darah yang Bisa Sebabkan Kematian

Hati-hati perempuan lebih rentan mengalami aneurisma otak!

15 September 2023

Aneurisma Otak, Bisul Pembuluh Darah Bisa Sebabkan Kematian
Freepik/rawpixel.com

Aneurisma jadi satu penyakit yang berbahaya karena bisa menyebabkan kecacatan hingga kematian. Di Indonesia sendiri, penyakit ini bukanlah tidak ada. Melainkan masih banyak masyarakat yang belum mengetahui secara detail mengenai penyakit yang disebut silent killer tersebut.

Ditemui dalam acara Media Briefing bersama Rumah Sakit Pondok Indah di Urban Forest, Jakarta pada Selasa (12/9), Dokter Spesialis Bedah Saraf Dr. dr. Mardjono Tjahjadi Sp.BS(K), PhD menjelaskan lebih lengkap mengenai penyakit aneurisma otak.

Menurutnya penyakit ini perlu diwaspadai karena bisa menyebabkan pembuluh darah pecah. Jika hal tersebut terjadi, darah akan merembes dan merendam otak sehingga menyebabkan kecatatan tubuh, serta yang paling fatal yakni kematian.

Berikut Popmama.com rangkum informasi selengkapnya mengenai aneurisma otak, bisul pembuluh darah yang bisa sebabkan kematian.

1. Apa itu aneurisma otak?

1. Apa itu aneurisma otak
Dok. RSPI
Dr. dr. Mardjono Tjahjadi Sp.BS Ph.D

Dokter Mardjono Tjahjadi menjelaskan bahwa aneurisma merupakan suatu kondisi pelebaran pembuluh darah, yang terjadi karena lemahnya struktur dinding pembuluh darah. Aneurisma bisa terjadi di bagian tubuh mana saja antara lain otak, ateri besar jantung, dan pembuluh popliteal di tungkai bawah.

Namun sejauh ini yang paling banyak ditemui yaitu aneurisma otak. Di mana semakin besar ukuran aneurisma otak, maka semakin tipis juga dindingnya. Aneurisma otak lama kelamaan bisa pecah dan menyebabkan pendarahan di otak.

“Kalo meletus, nanti darah akan keluar terus hingga menggenang di otak. Kondisi ini cukup berbahaya di mana otak manusia bisa terendam oleh darah,” ungkap laki-laki yang kerap disapa dokter Joy tersebut.

2. Gejala aneurisma yang perlu diwaspadai

2. Gejala aneurisma perlu diwaspadai
Freepik/jcomp

Aneurisma otak tidak memiliki gejala yang spesifik. Menurut dokter Joy, penyakit ini sering kali ditemukan secara kebetulan saat melakukan pemeriksaan screening atau MRI. Hal inilah yang justru membuat aneurisma otak disebut sebagai penyakit silent killer.

“Memang tidak ada (gejala) yang spesifik. Justru itulah bahayanya penyakit ini. Makanya banyak orang menyebut penyakit ini sebagai silent killer atau bom waktu,” katanya.

Pada beberapa kasus, aneurisma otak yang belum pecah bisa menyebabkan gejala berupa:

  • Sakit kepala yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan sering berulang.
  • Mengalami nyeri di area mata atas dan belakang, pupil yang melebar, hingga perubahan pengelihatan.
  • Mengalami mati rasa di wajah atau anggota tubuh, terutama di satu sisi tubuh.
  • Mengalami kesulitan berbicara atau bicara cadel.

Sementara untuk kasus aneurisma yang sudah pecah, gejala yang mungkin timbul diantaranya:

  • Sakit kepala tiba-tiba
  • Mual dan muntah
  • Leher terasa kaku
  • Menjadi lebih sensitif terhadap cahaya
  • Mengalami kejang atau epilepsi
  • Hilang kesadaran atau koma
  • Kematian

Editors' Pick

3. Faktor risiko penyakit aneurisma otak

3. Faktor risiko penyakit aneurisma otak
freepik/benzolx

Dokter Joy menegaskan pentingnya kita mengetahui faktor risiko penyakit aneurisma otak. Sebab menurutnya, anuerisma otak terlebih yang sudah pecah bisa berakibat fatal.

“Kalau aneurisma pecah, kemungkinan anda bisa bekerja lagi seperti sedia kala itu hanya 20%. Tapi peluang meninggal dunia itu 59%,” jelas dokter Joy.

Berikut ini beberapa faktor risiko penyakit aneurisma otak:

  • Aneurisma otak lebih umum terjadi pada orang dengan usia di atas 40 tahun.
  • Perempuan lebih mungkin mengalami aneurisma otak dari pada laki-laki.
  • Memiliki riwayat keluarga yang menderita aneurisma otak.
  • Mengidap hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi.
  • Seseorang yang memiliki kebiasaan buruk merokok.
  • Memiliki cedera di bagian kepala, yang bisa merusak pembuluh darah di otak.

Mengalami beberapa kondisi medis, seperti penyakit ginjal polikistik dan Malformasi Arteri Vena (AVM).

4. Perempuan lebih berisiko mengalami aneurisma

4. Perempuan lebih berisiko mengalami aneurisma
Freepik/krakenimages.com

Dokter Joy menambahkan bahwa perempuan masuk dalam daftar kelompok orang yang berisiko mengalami aneurisma otak yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Menurutnya, saat ini memang belum ada riset atau studi literatur yang menjelaskan terkait hal ini secara lebih detail.

Namun, ada hipotesis yang dipercayai oleh para ahli. Di mana perempuan dianggap lebih banyak mengalami fluktuasi hormon estrogen, terutama saat memasuki fase menopause. Di sisi lain, perempuan yang merokok memiliki risiko anuerisma empat kali lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak merokok.

“Wanita itu ada hormon estrogen. Estrogen ini fungsinya melindungi tubuh, termasuk pembuluh darah. Nah, saat mendekati menopause level estrogen akan menurun. Jadi pelindungnya hilang, sehingga pembuluh darah lebih rentan kena aneurisma otak,” kata dokter Joy.

5. Diagnosis aneurisma otak

5. Diagnosis aneurisma otak
freepik/atlascompany

Untuk mendeteksi penyakit ini, Mama dan Papa bisa mulai dengan mengenali faktor risikonya. Dalam paparannya, dokter Joy mengatakan apabila ada lebih dari 3 faktor risiko yang dirasakan, maka kita disarankan segera memeriksakan diri ke dokter.

“Saya selalu merekomendasikan, jika ada lebih dari tiga faktor, sebaiknya lakukan screening,” ujarnya kepada media.

Nantinya dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan untuk menemukan aneurisma otak. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain screening MRI, MRA, hingga konsultasi dengan spesialis aneurisma.

6. Cara mencegah aneurisma otak

6. Cara mencegah aneurisma otak
Freepik.com

Mengutip buku Memahami Aneurisma Otak Ed.2 karya Dr. dr. Mardjono Tjahjadi Sp.BS(K), PhD dijelaskan bahwa hingga saat ini tidak ada cara pasti untuk mencegah terbentuknya aneurisma otak.

Namun ada beberapa cara yang bisa dilakukan individu untuk mengurangi risiko aneurisma atau mencegah aneurisma pecah, diantaranya:

  • Mengelola tekanan darah tinggi dengan melakukan diet, mengonsumsi obat-obatan, hingga melakukan perubahan gaya hidup.
  • Berhenti merokok.
  • Membatasi konsumsi minuman beralkohol.
  • Menghindari penggunaan obat stimulan, yang mengandung kokain dan amfetamin.
  • Mengobati Maltoferasi Arteri Vena (AVM).
  • Mengelola stres dengan berolahraga atau lakukan meditasi.
  • Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dengan penyedia layanan kesehatan.

Demikian tadi penjelasan dari Dokter Spesialis Bedah Saraf Dr. dr. Mardjono Tjahjadi Sp.BS(K), PhD mengenai aneurisma otak, bisul pembuluh darah yang bisa sebabkan kematian.

Semoga informasi ini bisa menambah pengetahuan baru untuk Mama dan Papa, serta meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya menjaga kesehatan tubuh.

Baca juga:

The Latest