8 Fakta Film Women from Rote Island, 99% Pemain Berasal dari NTT
Selain alur cerita menarik, film ini sajikan keindahan alam dan budaya Rote Ndao NTT
19 Februari 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
FilmWomen from Rote Island karya Bintang Cahaya Sinema dan Langit Terang Sinema akhirnya ‘pulang kampung’ setelah bertandang ke banyak negara.
Film yang dinobatkan sebagai Film Cerita Panjang Terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2023 ini, bercerita mengenai isu perempuan yang kerap mendapatkan diskriminasi, kekerasan, hingga pelecehan seksual khususnya di Rote, sebuah kabupaten di ujung wilayah Nusa Tenggara Timur.
Film ini menampilkan cerita kehidupan Orpa (Linda Adoe), yang baru saja kehilangan suaminya dan harus mendapatkan tekanan dari berbagai pihak. Di sisi lain, ia juga harus berjuang mendapatkan keadilan untuk anak perempuannya Martha (Irma Rihi), yang mengalami depresi akibat kekerasan dan pelecehan seksual saat bekerja.
Berikut ini Popmama.com ungkap beberapa fakta Film Women from Rote Island, yang banyak mengangkat isu perempuan. Penasaran? Yuk, simak informasi selengkapnya!
1. Sinopsis Film Women from Rote Island
Women from Rote Island bercerita tentang Orpa (Linda Adoe), yang baru saja kehilangan suami dan tinggal bersama ketiga anak perempuannya. Salah satu anak Orpa yakni Martha (Irma Rihi), baru saja pulang ke kampung halaman setelah menjadi Tenaga Kerja Ilegal (TKI) di Sabah, Malaysia.
Kepulangan Martha membawa kepiluan bagi Orpa, lantaran putrinya tersebut mengalami trauma serta depresi akibat kekerasan dan pelecehan seksual yang dialaminya selama bekerja di Malaysia.
Bukannya mendapat perlindungan, Martha justru diperlakukan tidak baik oleh warga kampung, hingga depresinya menjadi semakin parah. Orpa dan keluarga pun berusaha sekuat tenaga untuk menghadapi diskriminasi, sambil bertahan di tengah kondisi yang sama sekali tidak berpihak pada mereka.
2. 99% pemain berasal dari NTT
Jeremias menyebut bahwa dirinya membutuhkan waktu kurang lebih satu tahun delapan bulan untuk bisa menyelesaikan naskah, sekaligus menemukan lokasi syuting yang sesuai. Dalam kurun waktu tersebut, ia bahkan harus bolak balik Jakarta-NTT sambil menyelesaikan proses casting para aktor.
99% pemain film Women from Rote Island diketahui berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Sang Sutradara mengaku sengaja melibatkan orang asli Kupang dalam filmnya, karena ingin membuat penonton merasakan orisinalitas dari Tanah Rote.
“Karena saya tuh nggak ingin kehilangan soul-nya, saya tidak ingin kehilangan dialeknya, dan saya butuh magic-magic kecil untuk memperkuat film. Mungkin kalau saya pakai aktor yang sudah jadi, ini membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk latihan,” kata Jeremias dalam acara Press Screening & Gala Premier Film Women from Rote Island, Hari Jumat (16/2/2024) di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan.
3. Salah satu pemainnya merupakan ASN (Aparatur Sipil Negara)
Sebagian besar pemain Film Women from Rote Island diketahui tidak memiliki latar belakang acting. Seperti Linda Adoe, pemeran tokoh Orpa yang diketahui merupakan seorang ASN di Kecamatan Rote Barat.
“Saya Linda Adoe seorang ASN, iya saya bekerja di kantor camat Rote Barat. Saya nggak tau kenapa, tapi saat mereka (tim produksi) melihat saya, mereka bilang ‘saya mau dia’ begitu. Akhirnya, mereka menghubungi saya, ikut ke rumah, lalu ditodong suruh ikut casting,” ungkap Linda dalam press conference sore itu.
Awalnya, Linda mengaku tidak tertarik untuk terjun ke dunia seni peran. Namun saat open casting, tim produksi merasa Linda sangat cocok untuk memerankan sosok Orpa. Linda pun mengikuti tahap demi tahap proses casting, hingga tak disangka ia terpilih untuk bermain dalam film tersebut.
Editors' Pick
4. Angkat realitas kehidupan yang mulai terabaikan
Film Women from Rote Island tak sekedar mengangkat kisah perempuan yang menjadi korban diskriminasi dan kekerasan seksual. Di dalamnya juga turut menggambarkan bagaimana keadilan bagi para korban masih banyak terhadang oleh sistem hukum, kondisi sosial, dan budaya.
Linda Adoe selaku pemeran utama, merasa kalau film ini turut menyuarakan keresahaannya terkait apa yang dialami perempuan saat ini. Ia mengaku bangga karena merasa dilibatkan dan memberikan banyak inspirasi, terutama bagi para korban pelecehan seksual di berbagai wilayah di Indonesia.
“Women from Rote Island bukan hanya sekedar film, melainkan panggilan hati untuk menyuarakan realitas kehidupan yang mungkin terabaikan. Ikut bangga rasanya bisa jadi bagian dari film yang sangat kuat pesannya seperti ini. Karena bisa memberikan pandangan baru dan menginspirasi penonton untuk peduli terhadap isu kekerasan seksual yang masih terjadi, bukan cuma di Rote, tapi di berbagai macam daerah di Indonesia,” ujar Linda.
5. Sinematografi terbaik, turut menyorot keindahan alam Rote Ndao
Tak hanya alur ceritanya yang menarik, film ini juga turut menyoroti keindahan alam Rote Ndao. Jeremias mengungkapkan bahwa dirinya menggunakan teknik kamera one shot long take, untuk bantu menjabarkan kekayaan alam di Rote.
Hampir di setiap scene-nya terdapat unsur keindahan alam mulai dari bukit hijau, pantai yang bersih dengan langit biru cerah, batu karang cantik, hingga lokasi penggembalaan hewan. Tentu semua ini seakan mengajak para penonton untuk masuk lebih dalam, menikmati suasana tempat tinggal Orpa dan keluarga.
Meski para kru dan cast sempat merasa ragu dengan one shot long take, rupanya teknik pengambilan gambar tersebut sukses membuat Film Women from Rote Island meraih Sinematografi Terbaik di Festival Film Indonesia 2023.
6. Unsur budaya juga turut diangkat dalam film
Unsur adat dan budaya Rote juga turut ditampilkan dengan santai dalam Film Women from Rote Island. Misalnya saja, tarian penghiburan untuk keluarga yang mengalami kedukaan. Ada juga prosesi penguburan jenazah yang begitu kental akan unsur Kristen, agama mayoritas di Nusa Tenggara Timur.
Selain itu, film ini juga menyajikan landscape rumah tradisional warga di NTT yang banyak didominasi unsur kayu dan bambu. Serta tak lupa, pakaian khas daerah yang terbuat dari kain tenun dengan sentuhan corak yang indah.
7. Women from Rote Island dapat banyak penghargaan
Film Women from Rote Island berhasil meraih banyak penghargaan. Sebelumnya, film ini meraih penghargaan Sutradara Terbaik, Penulis Skenario Asli Terbaik, hingga Sinematografi Terbaik.
Kemudian, film ini juga berhasil mendapat gelar Film Cerita Panjang Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2023. Dengan begitu, Film Women from Rote Island sukses memenangkan empat kategori sekaligus dalam FFI 2023.
8. Film ini jadi pengingat untuk lebih dekat dengan keluarga
Kisah yang diangkat dalam Film Women from Rote Island, tentunya mengingatkan masyarakat untuk lebih dekat dengan keluarga. Karena menurut Jeremias, pada dasarnya kasus kekerasan dan pelecehan seksual tak hanya dialami perempuan, tetapi laki-laki juga memiliki risiko yang sama untuk menjadi korban.
“Dengan tayangnya film ini, saya berharap penonton tak hanya terhibur, tapi juga lebih terbuka terhadap isu-isu sensitif seperti isu kekerasan. Jadi lebih sadar betapa pentingnya keluarga untuk cerewet dan memperhatikan anak-anaknya, keponakannya, cucu-cucunya. Karena potensi kekerasan seksual biasanya bermula dari keluarga dan kekerasan ini bukan cuma terjadi pada anak perempuan, tapi anak laki-laki pun bisa jadi korban. Begitu juga sebaliknya, pelaku bukan cuma laki-laki, tapi perempuan juga bisa. Karena itu, harus lebih pandai menjaga anak-anak kita,” ucap Jeremias dengan lugas.
Nah, buat kamu yang penasaran dengan Women from Rote Island, film ini bisa ditonton di bioskop mulai 22 Februari 2024, ya. Yuk, tonton filmnya dan sukseskan pesan keberdayaan perempuan yang diusung dalam film ini!
Baca juga:
- Jadi Film Terbaik FFI, Women from Rote Island Angkat Isu Perempuan
- Main di Film Mendung Tanpo Udan, Yunita Siregar Belajar Bahasa Jawa
- 5 Alasan Film Dirty Vote Viral dan Wajib Ditonton