Dalam rangka memperingati Hari Menopause Sedunia (World Menopause Day) yang jatuh pada 18 Oktober 2022, Perkumpulan Menopause Indonesia atau PERMINESIA mendukung International Menopause Society (IMS) dalam kampanye dengan tema “Cognition and Mood”.
Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, terkait kondisi menopause khususnya yang berhubungan dengan daya pikir (kognitif) dan pengelolaan emosi. Dimana perubahan kognitif dan psikologi ini disebabkan oleh perubahan hormon yang terjadi, ketika seorang perempuan mengalami menopause.
Presiden PERMINESIA, Dr. dr. Tita Husnitawati Sp.OG (K)-Fer, sempat mengungkapkan kalau gaya hidup sehat bantu hindari risiko perubahan tubuh akibat menopause. Hal ini disampaikan dalam Virtual Press Conference World Menopause Day 2022: Cognition and Mood di Jakarta, pada Rabu (19/10/2022). Berikut Popmama.com berikan informasi selengkapnya.
1. Apa itu menopause?
dok. PERMINESIA
Dr. dr. Tita Husnitawati Sp.OG (K)-Fer, Presiden PERMINESIA
Melansir dari WebMD, menopause adalah akhir siklus menstruasi dari seorang perempuan. Pada fase menopause, perempuan umumnya akan mengalami banyak perubahan dalam tubuh. Hal ini terjadi karena menopause berkaitan erat dengan perubahan hormon di dalam tubuh. Diketahui, usia menopause perempuan berada dalam rentang usia 45 sampai 55 tahun.
Menurut Dr. dr. Tita Husnitawati Sp.OG (K)-Fer, menopause merupakan kejadian alamiah yang pasti dialami oleh semua perempuan. Saat mengalami menopause, hormon di dalam tubuh juga ikut berubah, sehingga menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang dapat mengurangi kualitas hidup.
“semua perempuan harus mengenal gejalanya, kapan terjadinya, untuk siap menghadapi ini sebagai proses alami yang patut disyukuri,” kata dr. Tita.
Editors' Pick
2. Perempuan di atas usia 40 tahun berisiko mengalami sindrom metabolik
Freepik/diana.grytsku
Dalam pemaparannya, dr. Tita menjelaskan bahwa kondisi menopause bisa menyebabkan gejala atau sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan sekelompok gangguan kesehatan yang terjadi secara bersamaan.
Kondisi ini ditandai dengan lingkar perut lebih dari 80 sentimeter, tekanan darah dan kadar gula meningkat, serta hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan profil lemak abnormal. Hal ini bisa terjadi karena mengonsumsi makanan berkalori tinggi, kebiasaan merokok, hingga bertambahnya usia seseorang.
“Sindrom metabolik adalah sekelompok gangguan kesehatan yang terjadi secara bersamaan. Sindrom ini bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner, serangan jantung, diabetes tipe 2 dan stroke,” ungkapnya.
3. Menopause bisa mengganggu produktivitas dan menyebabkan penurunan kualitas hidup
dok. PERMINESIA
Dr. dr. Natalia Widiasih, Sp.KJ (K) MPd.Ked
Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh dr. Tita, Dr. dr. Natalia Widiasih, Sp.KJ (K) MPd.Ked, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, juga mengungkapkan kalau perubahan hormon yang dialami perempuan dalam masa menopause, bisa menyebabkan terjadinya gangguan produktivitas dan penurunan kualitas hidup.
Salah satunya, perempuan dalam masa menopause lebih rentan mengalami penurunan daya berpikir atau fungsi kognitif, khususnya berupa penurunan daya ingat dan kelancaran verbal, yang bisa berpotensi menyebabkan demensia di kemudian hari.
“Hormon estrogen berperan dalam mediasi neurotransmitter di korteks prefrontal, yang berperan dalam fungsi eksekutif, dengan mengatur pembentukan saraf dan melindungi saraf dari kerusakan dan kematian sel. Estrogen juga berperan dalam regulasi fungsi mitokondria dalam sintesis ATP, yaitu bentuk energi yang dibutuhkan sel. Penurunan kadar estrogen bisa mengganggu pembentukan energi otak akibat disfungsi mitokondria yang diikuti dengan penurunan metabolisme otak, deposisi beta amiloid, hilangnya sinaps neuron di otak, dan kemudian menyebabkan penurunan fungsi kognitif hingga demensia,” jelas dr. Natalia
4. Perempuan yang mengalami menopause rentan mengalami stres
Freepik/rawpixel.com
Selain berisiko mengalami gangguan produktivitas dan penurunan kualitas hidup, perempuan yang mengalami menopause juga rentan mengalami stres dan gangguan kesehatan mental. Ini terjadi karena perubahan hormon bisa mengganggu mood atau suasana hati, sehingga seseorang menjadi lebih sensitif, sering merasa gelisah, hingga mengalami perubahan mood yang fluktuatif.
“Penurunan hormon estrogen memegang peranan penting dalam perubahan mood, terkait dengan fungsinya dalam regulasi sintesis dan metabolisme berbagai neurotransmitter terkait mood, seperti serotonin, dopamine, dan norepinephrine. Disregulasi dari berbagai neurotransmitter tersebut pada daerah hipothalamus, korteks prefrontal, dan sistem limbik dapat menyebabkan gangguan mood dan perasaan lelah (fatigue),” jelas dr. Natalia.
Tapi nggak hanya perubahan hormon, beberapa faktor lain seperti keadaan ekonomi, dukungan sosial yang rendah, kondisi medis tertentu, riwayat gangguan mental, dan kepribadian individu juga dapat berpengaruh terhadap perubahan mood.
Dimana menurut dr. Natalia, perubahan mood pada perempuan yang mengalami menopause, bisa berkembang menjadi berat dan menyebabkan gejala kecemasan dan depresi. Gejala kecemasan ini ditandai dengan perasaan gelisah, panik dan berkeringat. Sementara gejala depresi berupa rasa lelah, tidak berenergi, gangguan tidur dan gangguan konsentrasi, serta perubahan berat badan.
5. Gaya hidup sehat bantu hindari risiko perubahan tubuh akibat menopause
Freepik/benzoix
Meski menopause bisa berdampak pada perubahan kondisi tubuh perempuan, hal ini masih bisa dihindari lho!
Menurut dr. Tita, untuk menghindari risiko perubahan tubuh akibat menopause, seseorang perlu menerapkan gaya hidup sehat. Diantaranya:
Mengonsumsi makanan bernutrisi tinggi. Kamu disarankan untuk menghindari makanan dan minuman manis, berminyak, berlemak atau yang terbuat dari tepung-tepungan. Sebaliknya, konsumsi lebih banyak buah dan sayur, serta menghidrasi tubuh dengan perbanyak minum air putih.
Lakukan olahraga aerobik seperti bersepeda, berjalan kaki, renang atau senam aerobik.
Hindari kebiasan buruk seperti merokok, minum minuman beralkohol, serta menggunakan obat-obatan terlarang.
Dengan menerapkan pola hidup sehat, maka diharapkan risiko kesehatan jiwa dan raga dapat kita hindari. Sehingga gejala dan perubahan tubuh akibat menopause, muncul tanpa membebani diri kita.