5 Alasan Mengapa Korban Pemerkosaan Enggan Melapor ke Pihak Kepolisian
Salah satunya karena masyarakat yang selalu memojokkan
6 Desember 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Baru-baru ini, dunia maya dihebohkan dengan pemberitaan seorang Bripda bernama Randy Bagus yang menjadi tersangka terkait aborsi yang dilakukan hingga mantan kekasihnya tewas menenggak racun.
NW diperkosa lalu mengalami kehamilan dua kali, sang kekasihnya pun memaksa ia untuk melakukan aborsi. Hingga akhirnya NW menenggak racun di pusara makam ayahnya.
Maraknya kasus pemerkosaan yang lainnya membuat korban merasa sulit dan enggan untuk melapor. Alhasil, ia memilih diam menanggung malu.
Mengapa para korban tidak mau melapor? Simak beberapa penjelasannya dari Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) yang sudah Popmama.com rangkum.
1. Karena banyaknya korban pemerkosaan selalu disalahkan
Seperti dikutip dari IDN Times, menurut Ketua Komisi Komnas Perempuan periode 2015-2019, Azriana R. Manalu, salah satu faktor korban enggan melapor karena takut disalahkan orang sekelilingnya.
Menurutnya, budaya masyarakat Indonesia masih menyalahkan korban pemerkosaan, dan bukan mendukungnya.
Padahal masyarakat bisa mendukung menguak kasus perenggutan hak paling hakiki yang dimiliki oleh seorang perempuan.
Menyalahkan korban yang Azriana maksud yakni seperti perkataan “Pantas saja diperkosa, lah pakaiannya aja kaya gitu,”
Editors' Pick
2. Banyaknya yang berpikir dari pada melapor aib, mending bungkam dan menahan malu
Alasan lainnya korban enggan melapor adalah setelah ia menjadi korban pemerkosaan, lebih baik bungkam karena takut dikucilkan masyarakat.
Apalagi di tengah masyarakat masih banyak yang ‘melabeli’ dengan stigma negatif. Karena itulah korban menahan dan diam dibarengi menyimpan beban psikis seumur hidup.
Padahal, jika korban bungkam, predator seksual sebagai pelaku akan lebih leluasa melancarkan aksinya mencari mangsa perempuan lain.