Kabar Baik, Vaksin Merah Putih Masuk Uji Klinis Fase 3
Tahap uji klinis sudah disetujui oleh BPOM sebelumnya
28 Juni 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pandemi Covid-19 belum usai, buktinya, pertambahan kasus harian di sejumlah daerah kian meroket akibat virus Corona.
Tentu, sebagai bentuk pertahanan diri, Mama harus melakukan vaksinasi Covid-19. Selain vaksin yang sudah beredar, ada juga vaksin yang sedang tahap uji klinis, yakni vaksin Merah Putih.
Vaksin Merah Putih Universitas Airlangga (Unair) resmi memasuki tahap uji klinis fase tiga setelah BPOM menyetujui pelaksanaan ini ke tahap akhir.
Bagaimana perkembangan vaksin tersebut? Berikut Popmama.com akan merangkum informasinya dari IDN Times secara lebih detail.
Editors' Pick
1. Uji klinis fase 1 dan 2 berjalan dengan lancar
Peneliti utama vaksin Merah Putih Unair, Dominicus Husada, mengatakan berdasarkan hasil uji klinis fase dua, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyetujui pelaksanaan uji klinis vaksin Merah Putih ke tahap terakhir.
Ia menuturkan, berdasarkan data and safety monitoring, uji klinis fase satu dan dua berjalan tanpa hambatan, sehingga pelaksanaan uji klinis dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Perlu diketahui bahwa uji klinis fase satu yang dimulai pada 8 Februari melibatkan 90 subjek telah melewati pengamatan 3 bulan setelah injeksi kedua.
Dua bulan ke depan, para subjek akan kembali datang untuk dilakukan pengamatan enam bulan setelah injeksi kedua.
2. Uji klinis 3 melibatkan 4.005 subjek
Selain itu, Dominicus juga menyebut bahwa pada uji klinis fase tiga ini akan diikuti 4.005 subjek untuk mengikuti penelitian. Subjek ini dibagi dalam tiga kelompok, yakni kelompok kontrol dan dua kelompok perlakuan.
Dalam uji klinis fase tiga ini ada perbedaan dari fase dua, hal ini sesuai pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terbaru per Maret 2022 yang mengizinkan uji klinis untuk hanya mengevaluasi keamanan, dengan tidak menyertakan perhitungan efikasi karena jumlah kasus Covid-19 semakin rendah.
“WHO memberikan solusi dengan mensyaratkan vaksin penerima harus tiga ribu orang. Berbeda dengan fase dua yang subjek datang sampai 10 kali, di fase tiga ini mereka berkunjung lima kali,” ujarnya.