Kenali Gejala, Faktor Risiko, dan Pengobatan Kanker Ovarium
Kerap kali penderita kanker ovarium tidak menyadari kanker telah tumbuh di ovarium mereka
15 Januari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kanker ovarium menjadi salah satu jenis kanker yang berbahaya dan mematikan yang dialami perempuan. Kanker ovarium bahkan dijuluki sebagai ‘silent killer’ karena penyakit ini tidak menunjukkan gejala apapun di stadium awal.
Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI), Dr. dr. Brahmana Askandar, SpOG (K)-Onk menjelaskan, penderita kanker ovarium tidak menyadari kanker telah tumbuh di ovarium mereka. Kerap kali gejala-gejala kanker ovarium tidak mudah dikenali.
“Jarang terdeteksi dini karena orang tidak ada keluhan apa-apa. Haidnya normal-normal saja, kemudian indung telurnya juga masih bisa berfungsi,” ujar Brahmana dalam webinar yang bertema “Kampanye 10 Jari: Bersama Kita Bisa Menghadapi Kanker Ovarium”, yang dilaksanakan oleh AstraZeneca Indonesia bekerjasama dengan Cancer Information and Support Center (CISC) dan Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI), Kamis (13/1/2022).
Brahmana mengungkapkan, biasanya pasien datang ketika sudah merasakan beberapa hal, seperti perut yang membesar, sesak napas karena ada cairan di paru-paru, atau gangguan buang air besar karena adanya penyebaran di usus. Maka penting untuk mengetahui faktor risiko dan gejala kanker ovarium sejak awal.
Rata-rata hanya 20 persen kanker ovarium yang terdeteksi sejak dini. Padahal jika kanker ini dideteksi sejak dini, angka harapan hidup penderitanya bisa lebih tinggi, yaitu 94 persen pasien dapat hidup lebih dari lima tahun setelah didiagnosis.
“Sayangnya, sebagian besar kanker ovarium terdeteksi pada saat stadiumnya bukan stadium dini tetapi pada stadium lanjut, yaitu stadium III dan IV. Maka sangat penting bagi perempuan untuk mengetahui faktor risiko dan gejala kanker ovarium supaya bisa segera diatasi sejak awal,” jelasnya.
Informasi selengkapnya Popmama.com sajikan berikut ini.
1. Apakah kanker ovarium?
Ovarium merupakan sepasang organ pada sistem reproduksi perempuan. Salah satu fungsinya adalah sebagai tempat pematangan sel telur dan berada di pelvis-rongga bagian bawah perut.
Brahmana menyatakan, kanker ovarium terbagi menjadi stadium I, II, III, dan IV. Ketika seseorang mengalami kanker ovarium, ada jaringan sel yang berkembang secara tidak terkontrol. Sel ini bisa tumbuh atau berkembang ke jaringan yang lain sehingga tak jarang kanker ovarium tumbuh di tuba falopi dan rahim.
“Sel kanker dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh darah atau pembuluh limfatik,” katanya.
Editors' Pick
2. Apa saja faktor risiko kanker ovarium?
Rata-rata kanker ovarium menyerang perempuan pada usia lanjut. Semakin tua usianya, maka semakin berisiko menderita kanker ovarium. Namun, tak menutup kemungkinan perempuan muda juga bisa mengalami kanker ovarium.
Brahmana mengatakan, perempuan dengan angka kelahiran rendah juga lebih berisiko terkena kanker ovarium daripada mereka yang pernah mengandung berkali-kali.
"Ketika misalnya, ada dua perempuan yang satu anaknya lima, yang satu tidak punya anak sama sekali atau tidak pernah hamil sama sekali, maka risikonya lebih besar pada yang tidak pernah hamil sama sekali," ujar Brahmana.
"Tetapi ini juga bukan justifikasi bahwa ayo banyak anak, bukan demikian tapi faktanya memang salah satu faktor risikonya adalah angka kelahiran rendah atau tidak pernah hamil sama sekali," lanjutnya.
Hal tersebut disebabkan oleh paparan terhadap ovulasi atau keluarnya sel telur dari ovarium. Indung telur yang tidak pernah istirahat dari ovulasi tersebutlah yang dinilai dapat memicu terjadinya kanker ovarium.
Faktor risiko lainnya yaitu gaya hidup yang buruk, seperti tidak rutin berolahraga dan tidak mengonsumsi makanan sehat dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker ovarium.
Selain itu, riwayat pernah mengalami kista endometriosis juga berpotensi mengalami kanker ovarium.
"Risiko lainnya, yaitu ada riwayat keluarga yang pernah mengidap kanker ini dan juga mutasi genetik," ucapnya.