Protein adalah nutrisi yang diperlukan tubuh untuk menjaga imunitas, pembentukan hormon dan enzim, pembentukan massa otot, dan segudang manfaat lainnya. Protein bisa berasal dari hewan maupun tumbuhan (nabati).
Untuk pencegahan stunting, pemerintah menyarankan konsumsi protein hewani karena protein dari hewan lebih mudah dicerna tubuh. Protein hewani mengandung zat besi heme yang cepat dicerna oleh usus halus. Apa hubungan protein hewani, zat besi heme, dan stunting?
Zat besi adalah mineral penting yang diperlukan tubuh untuk pembentukan hemoglobin. Hemoglobin berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh. Dalam upaya pencegahan stunting, kasus anemia pada ibu hamil harus dicegah karena calon mama yang anemia cenderung melahirkan bayi yang kurang berat badannya.
Bayi yang lahir dengan kurang berat, statusnya anemia, akan rentan mengalami infeksi berulang sehingga besar kemungkinannya mengalami stunting. Jadi, terkait dengan pencegahan stunting, konsumsi protein hewani penting diperhatikan oleh calon mama, mama hamil dan menyusui, juga bayi dan batita.
Nah, Mama sudah tahu belum apa saja sumber protein hewani yang baik untuk mencegah stunting? Simak hasil liputan Popmama.com dengan narasumber dari acara “Aksi Gizi Generasi Maju - Wujudkan Generasi Maju Bebas Stunting dengan Isi Piringku Kaya Protein Hewani” yang diselenggarakan Danone Indonesia di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
1. Telur
Freepik/Stockking
Telur adalah protein hewani yang sangat mudah ditemukan dan harganya terbilang sangat terjangkau. Telur ayam, burung puyuh, dan bebek mengandung zat gizi yang cukup signifikan mencegah stunting.
Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, Sp.GK, di acara di Lombok tersebut mengatakan bahwa konsumsi 1 butir telur per hari pada anak usia 6-9 bulan selama 6 bulan, menurunkan angka kemungkinan stunting hingga 47% dan mencegah gizi buruk hingga 74%.
Selain mudah didapat dan murah, telur juga bisa diolah menjadi berbagai ragam makanan. Telur tidak perlu diberi banyak bumbu untuk bisa menambah selera makan. Jadi, yuk dicoba agar anak mama sehat, makan telur minimal 1 butir per hari.
2. Daging merahÂ
Freepik/Timolina
Daging merah misalnya daging sapi atau kambing adalah sumber protein hewani yang kaya zat besi. Daging juga bahan makanan yang bisa diolah menjadi apapun, namun masakan daging yang enak mungkin perlu banyak bumbu.
Daging merah juga cukup berserat sehingga pada konsumsi untuk anak usia 6-9 bulan, Mama bisa memilih memakai daging giling. Untuk MPASI, daging giling bisa diolah dengan mencampurkan sayuran agar rasa amis dan anyir darahnya bisa hilang.
Perlu diperhatikan juga cara memasak daging agar nilai gizi tidak hilang. Daging sebaiknya tidak dibilas air dan dimasak dengan presto atau slow cooker agar empuk tetapi zat gizinya tetap terjaga.
3. Daging ayam dan unggas lainnya
Pexels/DjorDje Vezilic
Dibandingkan daging merah, daging unggas lebih mudah diolah. Harganya pun terbilang lebih terjangkau dan nilai gizinya tidak kalah dibanding daging merah.
Daging unggas, terutama ayam, seringkali dipakai untuk MPASI anak karena teksturnya lebih mudah empuk. Daging unggas bisa dicampurkan dengan sayur-sayuran untuk menambah kelezatannya.
Editors' Pick
4. Ikan
Unsplash/johnwernerphotography
Ikan air tawar dan air laut sama-sama lezat dan kaya protein. Banyak orang malas makan ikan karena duri yang menempel di daging ikan. Meski demikian, ikan bisa diolah hingga durinya menjadi lunak misalnya dengan di-presto. Beberapa jenis ikan juga mengandung sedikit duri atau duri besar sehingga mudah ditemukan.
Ikan termasuk sumber protein yang mudah ditemukan, harganya cukup terjangkau dan pengolahannya mudah. Variasi masakah ikan dengan resep Indonesia begitu melimpah dan bisa Mama tiru.
Untuk anak, Mama bisa mencampurkan daging ikan di dalam MPASI mereka. Tekstur daging ikan yang cenderung lembut bisa memudahkan anak mendapatkan protein hewani baik.
5. Seafood
Freepik/bearfotos
Makanan laut, misalnya udang, cumi, kerang, dan kepiting juga merupakan sumber protein hewani yang bisa dikonsumsi untuk mencegah stunting. Di daerah pesisir, seafood sudah pasti mudah didapat dengan harga terjangkau.
Seafood memang menjadi agak mahal di daerah yang jauh dari laut karena proses pemindahan dari nelayan ke penjual yang sedikit ribet. Seafood harus dibekukan atau dipindahkan dalam kondisi dingin agar terjaga kesegarannya.
Jika tidak bisa mendapatkan seafood dengan mudah ya tidak mengapa Ma. Masih banyak alternatif protein lainnya, kan?
6. Hati dan ampela unggas
Freepik.com/azerbaijan-stockers
Jika daging unggas terasa terlalu mahal, Mama bisa menggantinya dengan hati dan ampela unggas. Meskipun kadar lemaknya lebih tinggi, namun kandungan proteinnya tidak kalah unggul.
Untuk balita, hati ayam adalah makanan yang paling mudah diolah karena teksturnya lembut. Namun perlu diperhatikan, Mama harus pandai mengolahnya agar bau amis tidak mengganggu selera makan anak.
Kita coba saja, yuk Ma. Siapa tahu suka.
7. Jeroan sapi dan sejenisnya
Shopee
Hati, paru-paru, otak, lambung hewan kaki empat termasuk mengandung protein hewani. Meski bukan makanan populer, jerohan hewan kaki empat sering ada di menu masakan Indonesia.
Walaupun jika diolah dengan tepat hasilnya enak, Mama perlu mewaspadai lemak dan kadar asam urat yang tinggi di jerohan hewan kaki empat ini. Jangan karena ingin mendapat protein, malah terkena penyakit lain akibat lemak.
8. Susu dan olahannya
dok. Danone Indonesia
Susu sapi adalah sumber protein hewani yang termasuk mudah dicerna tubuh. Susu bisa diolah menjadi banyak bentuk makanan misalnya mentega, keju, dan yogurt.
Susu juga bisa dicampurkan dengan bahan makanan lain untuk menambah kelezatannya.
9. Protein khas Lombok: Nyale atau cacing laut
Popmama.com/ Sandra Ratnasari
Mama mungkin belum pernah mencoba nyale atau cacing laut sebagai bahan masakan. Nyale adalah sumber protein khas tanah Lombok yang hanya ada di waktu-waktu tertentu saja.
Nyale adalah cacing yang hidup di laut. Uniknya, nyale hanya keluar di bulan ke sepuluh penanggalan kalender suku Sasak. Nyale adalah cacing kecil dan halus yang memiliki warna-warna unik di antaranya merah, biru, hijau, dan kuning. Nyale diolah menjadi masakan khas dengan cara dipepes, digoreng, maupun diberi kuah santan. Mau coba, Ma?
Demikianlah gambaran sumber protein yang ada di sekitar kita. Mama bisa memadukan aneka protein ini di menu makanan keluarga mama. Di sekitar Mama, apa sumber protein yang unik? Coba sharing di kolom komentar.