Prasarana Mulai Dibuka, Ini Cara Olahraga Sehat di Masa PSBB
Mungkinkah melakukan kegiatan olahraga outdoor di masa transisi PSBB ini? Apakah harus pakai masker?
6 Juni 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Prasarana olahraga outdoor seperti track lari, lapangan futsal, lapangan olahraga di luar ruangan lainnya sudah mulai dibuka untuk umum di masa transisi PSBB di wilayah DKI Jakarta dan beberapa daerah.
Dengan pembukaan tersebut, masyarakat bisa mulai berolah raga di luar ruangan, syaratnya dengan memenuhi aturan Pengaturan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Tentu saja, aturan PSBB ini mengubah banyak hal dalam aktivitas olahraga. Penggunaan masker, pembatasan jarak antar orang, pembatasan jumlah orang di satu tempat mengubah bentuk aturan olahraga dan kegiatan fisik lainnya.
Bagaimana aturan dan cara olahraga di masa New Normal ini? Simak wawancara Popmama.com dengan dr. Michael Triangto, Sp. KO, dokter spesialis olahraga yang praktek di RS Mitra Keluarga, Kemayoran.
1. Harus tetap memakai masker dan kacamata pelindung
Salah satu protokol kesehatan di masa PSBB adalah pemakaian masker untuk menghindari penyebaran virus melalui droplet atau percikan cairan dari saluran pernapasan.
Salah satu bentuk penularan virus Covid-19 adalah melalui droplet yang terpercik ke bagian jaringan lunak tubuh, misalnya mata. Sehingga, saat melakukan kegiatan olahraga, Mama perlu memakai masker dan pelindung mata atau goggle.
Dokter Michael mengatakan bahwa saat berolahraga, keringat dan droplet bisa menyebar ke area sekitar dengan lebih cepat.
“Pintu masuk virus Covid-19 adalah mulut, hidung, dan mata. Ketika berolahraga, bagian tubuh itu harus dilindungi agar tidak menjadi pintu masuk kuman. Caranya adalah dengan memakai masker dan goggle,” kata dr. Michael.
Tentu saja, tidak semua masker cocok dipakai untuk olahraga. Masker yang dilapisi lapisan anti air, agak kurang pas dipakai untuk olahraga karena menyebabkan sesak napas sebab sirkulasi udara yang sangat terbatas.
Dokter Michael menyarankan penggunaan masker medis sekali pakai untuk olahraga dengan intesitas ringan dan masker kain dua lapis untuk olahraga berintensitas sedang. Sedangkan kacamata pelindung, pemilihannya tidak terbatas, yang penting nyaman dan tidak mengganggu gerakan olahraga.
Apakah olahraga boleh tanpa masker?
Dr. Michael bilang, olahraga mungkin saja dilakukan tanpa masker ketika dilakukan di tempat aman, misalnya berlari sendirian tanpa bertemu dengan orang asing atau melakukan olahraga di rumah dengan memakai perlengkapan yang hanya dipegang sendiri.
Editors' Pick
2. Intensitas olahraga menyesuaikan asupan oksigen
Karena memakai masker, maka asupan oksigen terhalang. Bila berolahraga tanpa masker, tubuh bisa menghirup 100 persen oksigen, maka ketika memakai masker jumlah oksigen akan berkurang banyak.
Akibatnya, jenis olahraga pun harus menyesuaikan asupan oksigen tersebut. Jadi, dr. Michael menyarankan agar intensitas olahraga yang dilakukan ringan-sedang saja bukan berat. Olahraga seperti jalan kaki, jogging, atau bersepeda. Durasi olahraga harus disesuaikan dengan kemampuan tubuh.
“MIsalnya, ketika memaksakan tubuh untuk berlari pakai masker dan napas terengah karena pengap, maka sebaiknya intensitas lari dikurangi. Misalnya dari durasi dan kecepatan larinya,” kata dr. Michael.
3. Melakukan olahraga individu bukan olahraga berkelompok
Salah satu aturan PSBB adalah menjaga jarak fisik dengan orang lain. Ini artinya, demi keamanan, olahraga yang lebih baik dilakukan adalah sendirian daripada berkelompok. Jika berolahraga, meski prasarana olahraga sudah dibuka, sebaiknya menghindari kerumuman orang.
“Jika keluar dan ketemu orang di luar rumah, risiko terkena infeksi bertambah. Risiko berolahraga sendiri atau orang serumah risiko rendah, bersepeda di luar ruang risiko menjadi sedang, apalagi kalo berkumpul dengan orang yang tidak dikenal risiko akan menjadi bertambah,” kata dr. Michael. Jadi, ketika berada di jogging track bersama banyak orang, risiko akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan jogging sendirian saja.
4. Menghindari olahraga yang memakai prasarana tidak aman
Beberapa olahraga yang umum dilakukan, di masa pandemi ini akan menjadi olahraga yang berisiko.
Misalnya, berenang atau melakukan olahraga dengan alat di gymnasium. Meski belum dipastikan, dikhawatirkan menjadi media penyebaran virus sebab di kolam renang, kita akan berada di tempat yang sama bersama orang tak dikenal. Meski air kolam renang didisinfeksi dengan kaporit, risiko tetap ada.
Seperti itu pula, risiko penularan virus bisa tinggi karena perpindahan tangan yang memegang peralatan gym tersebut. Di masa peralihan menuju new normal, belum ditetapkan bagaimana cara melakukan olahraga di gym.
5. Selalu membawa keperluan pribadi dan memperhatikan kebutuhan tubuh
Tidak ada yang ingin tertular atau menularkan penyakit. Ini sebabnya di dalam protokol kehidupan sehat pasca pandemi, WHO menyarankan agar masing-masing orang membawa dan memenuhi kebutuhan pribadinya, tidak sharing dengan orang lain.
Dalam aktivitas olahraga, mama perlu membawa handuk, minuman, sepatu, kaos kaki, baju, matras, dumbell sendiri.
“Jika olahraga tujuannya untuk sehat, maka harus melakukan protokol dengan benar agar tujuan tercapai. Sehat itu kan di antaranya adalah menjaga kesehatan pribadi,” tutup dr. Michael.
Jadi, apakah Mama dan keluarga sudah siap olahraga di luar rumah?
Baca juga:
- Tetap Langsing, 5 Pekerjaan Rumah Tangga yang Setara dengan Olahraga
- 5 Rekomendasi Channel Youtube Fitness untuk Olahraga di Rumah
- Amankah Anak Berolahraga di Luar Rumah Menggunakan Masker?