Tren Terbaru Keluarga ASEAN, Memadukan Nilai Baru dan Tradisional

Dibandingkan negara ASEAN lain, keluarga di Indonesia diketahui paling religius

29 Juni 2024

Tren Terbaru Keluarga ASEAN, Memadukan Nilai Baru Tradisional
Rawpixel/11397

Secara berkala sejak 10 tahun lalu, Hakuhodo Institute of Life and Living ASEAN (HILL ASEAN) melakukan survei mengenai kehidupan manusia di negara-negara ASEAN.

Kali ini, HILL ASEAN meneliti tentang kehidupan keluarga di ASEAN. Hasil studi  sei-katsu-sha, studi tentang manusia, bertema riset bertajuk A Decade of Shift in Asean Families, menemukan enam perbedaan mendasar dari kehidupan keluarga-keluarga di ASEAN.

Studi komprehensif ini meliputi survei kuantitatif dan kunjungan rumah di enam negara ASEAN: Thailand, Indonesia, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Singapura.

Devi Attamimi, Direktur Institut HILL ASEAN, mengungkapkan bahwa selama sepuluh tahun terakhir, keluarga di ASEAN tetap memprioritaskan keluarga sebagai fondasi utama, sambil mengadopsi nilai-nilai baru dan memperkuat tradisi.

Apa saja nilai baru dalam keluarga dan bagaimana uniknya Indonesia dibanding negara ASEAN lain? 

Cek informasi selengkapnya di Popmama.com.

Editors' Pick

Nilai-Nilai Baru dalam Keluarga ASEAN

Nilai-Nilai Baru dalam Keluarga ASEAN
Pixabay/skeeze

Studi ini mengidentifikasi beberapa nilai baru yang muncul di keluarga ASEAN. Ada 4 hal utama yang terlihat sangat berubah dari sejak 10 tahun lalu. Hal-hal baru itu adalah: 

  1. Terjadi pergeseran dari koneksi terus-menerus ke berbagi informasi sesuai permintaan. Sikap selalu terhubung antara keluarga inti dengan keluarga besar, telah berubah menjadi lebih selektif dalam memilih waktu dan topik komunikasi. 
  2. Tumbuh konsep "We-nique family". Konsep ini bermuara pada keunikan keluarga dipandang sebagai simbol kreativitas dan panutan bagi keluarga lain. Keluarga memakai platform untuk menunjukan keunikan keluarga, mereka lebih berani menunjukan aktivitas unik yang tidak umum namun masih menyesuaikannya dengan tradisi. 
  3. Privasi menjadi lebih penting dalam konsep "Me in We". Konsep ini menggambarkan penghargaan yang lebih besar terhadap privasi dan otonomi individu dalam konteks keluarga. Keluarga lebih percaya diri mengajarkan pemikiran kritis dan kebebasan lebih besar kepada anak-anaknya.
  4. "Parenting 2.0": tumbuh kembang diri, kebahagiaan, dan bimbingan menjadi hal utama. Nilai baru ini menunjukkan pergeseran fokus pengasuhan ke arah pertumbuhan pribadi dan kebahagiaan, berbeda dengan gaya pengasuhan yang lebih ketat di masa lalu.

Nilai-Nilai Tradisional yang Masih Dipegang Teguh

Nilai-Nilai Tradisional Masih Dipegang Teguh
Popmama.com/Onic Metheany
This article supported by vivo as Official Journalist Smartphone Partner IDN Media

Bersamaan dengan nilai-nilai baru, penelitian juga mengonfirmasi bertahannya beberapa nilai tradisional. Dari penemuan HILL ASEAN, ditemukan 3 tadisi yang tampaknya masih dipegang teguh keluarga-keluarga di ASEAN. Hal itu adalah: 

  1. Keluarga masih dianggap sebagai jaminan finansial dan emosional yang paling dapat diandalkan. Keluarga dianggap bisa memberikan stabilitas finansial, cinta, dan kebahagiaan. Anggota keluarga bisa bergantung satu sama lain di masa kini dan masa depan. 
  2. Hubungan keluarga dipandang sebagai "paspor sosial" untuk menumbuhkan dan meneruskan nilai-nilai moral. Berkeluarga dianggap bisa meneruskan nilai moral dan individu yang berkeluarga dianggap memiliki karakter yang baik dan lebih diterima oleh masyarakat.  
  3. Selain itu, fleksibilitas dalam peran anggota keluarga ditekankan untuk menjaga keharmonisan. Pembagian peran di keluarga ASEAN bukan pembagian sama rata melainkan pembagian yang fleksibel dimana setiap anggota keluarga memberikan kontribusi sesuai kekuatan mereka dan dihargai karenanya.

Indonesia Paling Percaya Pendidikan Agama

Indonesia Paling Percaya Pendidikan Agama
Freepik/Sewcream

Ada hal unik mengenai Indonesia dari hasil penelitian itu. Indonesia memiliki persentase tertinggi (84%) yang percaya bahwa pendidikan agama atau kepercayaan religius adalah kunci untuk menjadi orang baik dan berbudi luhur.

Orangtua Indonesia juga menerapkan "experimental syncrete parenting", yaitu gaya pengasuhan progresif yang menggabungkan pendekatan modern dengan tradisi dan kepercayaan religius.

Irfan Ramli, Chairman of Hakuhodo International Indonesia mengungkapkan bahwa keluarga Indonesia dikenal sebagai The Devoted Weaver, yang artinya menekankan keseimbangan antara aspek modern dan keyakinan tradisional, berdedikasi kepada agama, keyakinan, generasi masa depan, dan keluarga.

Bagaimana Ma? Setuju tidak dengan penelitian ini?

Baca juga:

The Latest