Apa Penyebab Kematian Mendadak pada Orang yang Terlihat Sehat?
Umumnya kematian mendadak dialami oleh orang dewasa dan paruh baya
4 Oktober 2024

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Marissa Haque istri Ikang Fawzi meninggal dunia pada dunia pada Rabu (2/10/2024) dini hari. Kepergiannya mengejutkan banyak orang karena dinilai sangat mendadak. Pasalnya, Marissa tampak begitu sehat tanpa adanya gejala-gejala sakit.
Kematian mendadak pada seseorang yang sehat sering kali menimbulkan pertanyaan besar bagi orang-orang sekitar. Karena faktanya, orang yang tampak bugar dan tidak memiliki riwayat penyakit serius dapat tiba-tiba meninggal tanpa gejala.
Fenomena ini tentu menimbulkan rasa ingin tahu mengenai penyebabnya. Lantas, apa penyebab kematian mendadak pada orang yang terlihat sehat? Simak ulasan selengkapnya telah Popmama.com siapkan.
1. Sindrom kematian mendadak bisa dialami oleh siapa pun
Kematian seseorang memang bisa terjadi kapan saja, bahkan tanpa mengenal umur sekali pun. Ada alasan medis yang bisa menjelaskan kondisi ini.
Melansir dari laman Medical News Today dan Healthline, sudden death syndrome (SDS) atau sindrom kematian mendadak adalah kondisi biologis yang menyebabkan seseorang mengalami kematian tiba-tiba.
Umumnya, seseorang yang mengalami SDS kerap kali tidak memiliki tanda-tanda peringatan penyakit. Bahkan, setelah terjadi kematian, otopsi kemungkinan bisa tidak mengungkapkan alasan kematian secara jelas.
Editors' Pick
2. Orang dewasa dan paruh baya lebih berisiko terjadi kematian mendadak
Sindrom kematian mendadak lebih sering terjadi pada orang dewasa dan paruh baya. Pada kelompok usia ini, kematian yang tidak memiliki penjelasan dikenal sebagai sudden adult death syndrome (SADS).
Selain itu, bayi juga dapat mengalami kematian mendadak. Kondisi tersebut sering dikaitkan dengan kondisi sudden infant death syndrome (SIDS).
Penelitian menunjukkan bahwa gen dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap beberapa jenis sindrom kematian mendadak.
Sebagai contoh, jika seseorang mengalami SADS, lebih dari 20 persen anggota keluarga terdekat mereka (saudara kandung, orang tua, dan anak-anak) kemungkinan besar juga berisiko terkena sindrom ini. Meski begitu, tidak semua penderita SADS memiliki gen tersebut.