5 Cara Mudah Membedakan Hoaks dan Berita Valid, Jangan Asal Percaya!
Jangan asal percaya dengan berita bersifat provokatif yang tersebar di jagat maya
10 November 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di era digital ini, berita dan informasi begitu mudah tersebar hanya dengan sekali klik. Sayangnya, tidak semua informasi yang tersebar merupakan berita benar dan berasal dari sumber valid.
Banyak di antaranya hanya sekadar hoaks atau berita palsu. Ketika informasi palsu tersebar luas, dampaknya bisa sangat serius dan bahkan menyulut konflik dalam kondisi tertentu.
Itu sebabnya, penting sekali bagi masyarakat untuk dapat membedakan antara berita palsu dan berita benar. Nah, kali ini Popmama.com siap membahas lebih lanjut cara mudah membedakan hoaks dan berita valid.
Yuk, disimak Ma!
1. Judul berita bersifat provoktif perlu dicek ulang kebenarannya
Cara pertama untuk membedakan sebuah berita hoaks atau bukan, bisa melihat dari judulnya. Jika mengandung judul yang provokatif seperti kata ‘sebarkan’ atau ‘bagikan sekarang juga’, Mama perlu mewaspadainya.
Sebab, judul yang berlebihan dan terkesan memprovokasi, biasanya dirancang untuk menarik perhatian emosional pembaca. Alhasil, pembaca terdorong untuk membagikannya tanpa berpikir panjang atau memeriksa kebenaran informasi tersebut.
“Sebenarnya mencari tahu konten itu hoaks atau tidak, kita bisa melihatnya dari artikel. Pertama, kalau judulnya sudah provokasi seperti kata ‘sebarkan’, itu harus hati-hati,” kata Mira Sahid selaku Wakil Ketua Umum SIBERKREASI saat acara TikTok ‘Membangun Kebiasaan Berpikir Kritis agar Terhindar Hoaks’ di ARTOTEL Thamrin, Kamis (7/11/2024).
Editors' Pick
2. Gunakan fitur Google Images untuk melacak keaslian gambar
Jika Mama mendapatkan berita dalam bentuk foto, Mama perlu mencari tahu terlebih dahulu kebenarannya, apakah foto tersebut valid atau hanya sebuah foto editan untuk kepentingan tertentu.
Mama bisa mengecek kebenaran menggunakan fitur Google Images. Google Images dapat digunakan untuk memverifikasi keaslian foto atau gambar yang kita temukan di internet.
“Untuk foto yang ditampilkan di google, kita bisa cek kebenarannya melalui Google Images,” ucap Mira Sahid.
Dengan fitur reverse image search, kita bisa melacak asal gambar tersebut dan melihat di mana saja gambar itu pernah dipublikasikan. Caranya, cukup unggah foto atau masukkan tautan gambar ke Google Images, dan Google akan menampilkan situs-situs yang menggunakan gambar tersebut.
3. Pastikan sumber berita sudah akurat dan terpercaya
Membandingkan artikel di berbagai platform berita adalah salah satu cara ampuh, untuk memeriksa keaslian informasi. Jika suatu berita diunggah oleh media-media besar dan terkemuka, serta banyak media lain memposting berita yang sama dengan sumber dan sudut pandang serupa, maka kemungkinan besar berita tersebut valid.
“Komparasi dengan platform lainnya. Jika artikel di unggah di media besar dan banyak media lainnya memposting berita yang sama, maka kemungkinan tingkat hoaksnya kecil,” ujar Mira Sahid.
Media besar biasanya memiliki standar jurnalistik yang ketat, termasuk proses verifikasi sebelum berita dipublikasikan. Selain itu, media kredibel biasanya mengutip sumber resmi atau mencantumkan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan.
“Kalau berita disebar di web wordpress atau domain kecil, maka berita itu berpotensi menjadi hoaks. Kalau berita hanya ditulis oleh website itu dan nama websitenya nggak jelas, kita harus hati-hati,” tambahnya.
4. Perhatikan gaya penulisan dalam menyampaikan berita
Bahasa yang digunakan dalam sebuah artikel bisa menjadi indikator kuat, apakah informasi tersebut dapat dipercaya atau tidak. Artikel yang valid kebenarannya biasanya ditulis dengan bahasa jelas dan didukung oleh data, sumber resmi, atau rujukan jurnal valid.
“Lihat juga tata cara bahasanya, apakah ada data atau jurnal yang valid? Atau hanya tulisan yang sifatnya memprovokasi saja,” ucap Mira Sahid.
Sementara itu, artikel yang hanya berisi opini tanpa bukti atau terlalu banyak menggunakan bahasa provokatif, biasanya bertujuan untuk memanipulasi emosi pembaca. Bukan untuk memberikan informasi faktual.
Bahasa provokatif yang dimaksud, contohnya seperti klaim besar-besaran tanpa sumber jelas, ajakan untuk segera membagikan, atau kata-kata emosional yang memancing reaksi pembaca.
5. Ketika menerima berita dari screenshot, pastikan dahulu sumber aslinya
Kini banyak informasi yang disebarkan melalui foto hasil screenshot. Informasi dari screenshot mudah sekali dimanipulasi dan sering kali diambil tanpa konteks lengkap. Untuk memastikan keasliannya, penting untuk mengunjungi website resmi atau mencari sumber asli dari berita tersebut.
“Kalau kita mendapatkan berita tersebut dari hasil screenshot, kita harus mengecek ke website aslinya, jangan asal percaya,” jelas Mira Sahid.
Dengan mengecek langsung, Mama bisa melihat apakah kontennya sesuai dengan screenshot, atau apakah ada detail tertentu dipotong dari gambar yang disebarkan di media sosial .
“Warga di sini juga terkadang fomo banget, dapat satu berita viral langsung sebar, padahal harusnya think before posting. Orang yang tidak paham berita itu hoaks atau bukan, biasanya akan gampang percaya, jadinya ikut-ikutan menyebarkan,” pungkasnya.
Itu dia beberapa cara mudah membedakan hoaks dan berita valid. Semoga bisa memudahkan Mama dalam menyerap informasi yang beredar di media sosial, ya!
Baca juga:
- Kominfo Temukan 39 Isu Hoaks Kampanye Pilpres 2024, Hanya di November
- Hoaks! Pengembalian Xyloband Konser Coldplay di Jakarta Bukan 52%
- Waspada Facebook dan WhatsApp Jadi Persebaran Hoaks terbanyak!