Menyambut pergantian tahun baru, mungkin beberapa dari Mama mulai merencanakan kira-kira apa saja yang ingin dicapai di tahun mendatang. Resolusi tahun baru seakan menjadi semacam tonggak untuk memotivasi kita dan fokus pada perubahan positif.
Pada dasarnya, resolusi bukan hanya berisi daftar tujuan, melainkan juga berkaitan tentang pertumbuhan diri kita secara pribadi. Lantas, bagaimana cara tepat menyusun resolusi tahun baru agar tidak salah langkah?
Untuk pembahasannya lebih lanjut, Popmama.comsiap mengulasnya dalam episode Popmama Talk edisi Januari 2024.
Simak informasi selengkapnya ya, Ma!
1. Pentingnya mengevaluasi resolusi lama sebelum membuat resolusi baru
YouTube.com/POPMAMA
Sebagian dari Mama mungkin ada yang masih berpikir bahwa resolusi perlu diwujudkan semua apa pun kendalanya. Padahal, di lain sisi pasti ada saja kejadian tak terduga yang membuat resolusi terhambat atau bahkan gagal untuk tercapai.
Mirisnya, ketika resolusi tak tercapai dengan baik, ada yang sampai mengklaim dirinya gagal. Padahal, tak tercapainya resolusi merupakan hal lumrah dan bukan menjadi kegagalan, apalagi sampai menyalahkan diri sendiri.
“Kita terkadang suka kejebak, kalau aku nulis resolusi itu berarti harus diwujudkan semuanya sampai kita lupa kalau resolusi itu bisa juga nggak tercapai. Resolusi yang tidak tercapai cenderung akan membebani kita. Kalau sudah terbebani, semuanya pasti bakal berantakan,” kata Anna Deasyana, M. Psi selaku Psikolog dari Amanasa ketika diwawancarai secara ekskulsif di Popmama Talk edisi Januari 2024.
Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk melakukan evaluasi terlebih dahulu sebelum membuat resolusi baru untuk tahun berikutnya. Dengan mengevaluasi diri, maka kita akan tahu kira-kira apa yang menyebabkan resolusi gagal tercapai
“Penting sekali untuk melakukan review resolusi tahun sebelumnya, baru habis itu dibuat resolusi yang baru. Mengevaluasi resolusi tahun sebelumnya bisa dilakukan di waktu yang bersamaan saat membuat resolusi baru,” ungkap Anna Deasyana.
“Ketika sedang merefleksikan resolusi lama, kita perlu lihat kira-kira yang membuat resolusi itu nggak tercapai apa? Mungkin bisa juga ditulis kembali untuk tahun 2024. Tapi, harus dipikirkan juga kira-kira masih relevan nggak kalau itu dimasukkan ke tahun 2024,” tambahnya.
Editors' Pick
2. Kondisi setiap individu berbeda, jangan ikut-ikutan resolusi orang lain!
YouTube.com/POPMAMA
Tak bisa dipungkiri, ada beberapa orang yang membuat resolusi menyamakan dengan tujuan orang lain. Padahal, setiap individu memiliki kondisi berbeda-beda, sehingga pencapaian resolusi tidak bisa disama ratakan begitu saja.
“Kadang kita suka ikut-ikutan resolusi orang lain. Contohnya, ada teman yang resolusinya mau keliling dunia. Ternyata dia sudah nabung dari lama, sedangkan kita belum ada persiapan apa pun,” ujar Anna Deasyana.
Ketika proses mencapai resolusi terhambat atau bahkan tidak tercapai, beberapa orang ada yang serta merta mengklaim dirinya gagal. Kegagalan tersebut bisa terjadi salah satunya karena kita hanya ikut-ikutan dan tidak melihat kondisi diri sendiri.
“Ketika membuat sebuah resolusi, kita harus tahu alasan ingin mencapai resolusi itu karena apa? Nggak perlu ikut-ikutan,” lanjutnya.
Jika resolusi yang ingin dicapai memang perlu melalui proses panjang, tidak ada salahnya untuk menyertai resolusi-resolusi pendukung sebagai proses dari tahapan mencapai goals utama. Tidak semua hal yang ingin kita capai bisa diraih secara instan.
“Sebelum mencapai resolusi besar, mungkin perlu ada resolusi-resolusi lain yang perlu dikerjakan dahulu. Jadi, ada tahapannya untuk mencapai ke sana. Kadang, kita suka skip hal itu karena maunya instan, pengen cepet-cepet aja karena melihat orang lain bisa masa saya nggak,” tambahnya.
3. Utamakan kualitas resolusi, bukan kuantitas!
Popmama.com/Krisnaji Iswandani
Jumlah resolusi yang ditetapkan seorang individu dapat bervariasi sesuai dengan preferensi pribadi dan kebutuhannya. Pada dasarnya, tidak ada aturan khusus mengenai berapa banyak resolusi yang seharusnya ditulis.
Namun, penting untuk diingat bahwa kunci utama adalah membuat resolusi yang realistis dan dapat dicapai. Terlalu banyak resolusi dalam waktu yang terbatas dapat menjadi beban dan menurunkan motivasi.
“Sebenarnya kembali lagi ke kualitas, bukan kuantitas. Kalau satu resolusi tapi kualitasnya sehat, itu lebih baik dibandingkan kita punya banyak resolusi tapi akhirnya tidak dikerjakan,” jelas Anna Deasyana.
4. Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat resolusi
Popmama.com/Krisnaji Iswandani
Perlu diketahui bahwa dalam membuat resolusi, terdapat beberapa hal yang perlu kita perhatikan sekaligus lakukan. Hal pertama yang patut dilakukan adalah mengevaluasi resolusi yang sudah ada.
“Jangan lupa membuat evaluasi, kalau rajin boleh perquarter atau setiap akhir tahun juga nggak papa,” ujar Anna Deasyana ketika ditanya hal yang patut dilakukan ketika hendak membuat resolusi.
Kemudian, pastikan resolusi yang mama buat itu realistis dan dapat diukur. Jangan menetapkan tujuan yang terlalu ambisius atau tidak dapat diukur dengan jelas.
“Saat membuat resolusi, kita lihat dulu itu achievable atau perlu dikerjakan dalam periode tertentu. Kita perlu lihat dasarnya, tujuan kita membuat resolusi Itu buat apa?” ungkapnya.
Tentukan resolusi yang benar-benar penting dan relevan dalam hidup mama. Hindari menetapkan terlalu banyak tujuan agar Mama dapat fokus dan berkonsentrasi pada yang benar-benar diinginkan.
“Coba pastikan resolusi yang ditulis itu wajib dicapai tahun ini atau justru ada hal lain yang lebih urgent untuk dilakukan. Kita harus lihat resolusinya masih bisa dilakukan tahun depan atau justru harus tahun ini,” jelasnya.
5. Hal yang perlu dihindari ketika membuat resolusi
YouTube.com/POPMAMA
Banyak yang tidak menyadari bahwa terdapat beberapa hal patut dihindari ketika membuat resolusi. Beberapa kesalahan sebaiknya dihindari agar resolusi mama lebih realistis dan dapat dicapai.
Hal pertama yang tidak boleh dilakukan adalah mengikuti resolusi teman tanpa menyadari kondisi diri sendiri. Pada dasarnya, tidak masalah untuk mendapatkan inspirasi dari resolusi orang lain.
Namun, penting untuk diingat bahwa setiap orang unik. Apa yang berhasil untuk seseorang tidak selalu berhasil untuk orang lain. Ketika Mama mempertimbangkan untuk mengikuti resolusi orang lain, pertimbangkan kondisi diri sendiri.
“Jangan mengikuti orang lain karena sebenarnya itu akan membuat kita jadi tidak mempunyai tujuan sendiri. Mengikuti resolusi orang lain juga akan lebih mudah menurunkan motivasi, motivasi jadi gampang hancur,” jelas Anna Deasyana.
Lalu, hindari membuat resolusi tanpa tahu tujuan dan meremehkan proses pembuatan resolusi. Meskipun hasil akhir adalah tujuan utama, penting bagi kita untuk menikmati dan memahami proses pencapaian tujuan.
“Jangan meremehkan proses pembuatan resolusi dan proses pencapaiannya. Kita sering kali mudah meremehkan diri sendiri dengan berkata belum mencapai apa-apa. Padahal, kalau lihat ke belakang, sudah banyak hal-hal kecil yang kita lakukan demi mencapai resolusi tetapi kurang dinotice,” kata Anna Deasyana.
“Jadi, mulai sekarang ayo perhatikan hal-hal kecil karena hal kecil itu bisa menjadi tenaga kita buat membangun resolusi. Kalau motivasi kita lagi turun, maka hal kecil tersebut bisa jadi pembangkit semangat buat menjalankan resolusi di sisa periode yang ada,” pungkasnya.
Demikian ulasan mengenai cara tepat menyusun resolusi. Tidak ada jalan yang sempurna dalam meraih resolusi. Pasti ada tantangan tersendiri dalam meraihnya, sehingga penting untuk tidak meremehkan proses mencapai resolusi.
Jika sampai sekarang masih bingung menentukan tujuan hidupmu untuk tahun 2024, simak Popmama Talk edisi Januari:
PODCAST POPMAMA TALK EP.7 - Anna Deasyana, M. Psi., Psikolog - Amanasa Indonesia