Tak bisa dipungkiri, serat masih sering dianggap sepele oleh banyak orang. Padahal, serat memiliki peran krusial dalam menjaga kesehatan pencernaan.
Di tengah gaya hidup modern yang cenderung tinggi lemak dan rendah serat, risiko gangguan pencernaan hingga penyakit serius seperti kanker kolorektal pun semakin meningkat.
Kanker kolorektal menjadi salah satu jenis kanker yang dapat menyerang siapa pun, termasuk anak muda.
Untuk pembahasan selengkapnya, berikut Popmama.comsiap mengulasnya dalam artikel berjudul waspada kurang makan serat bisa sebabkan kanker kolorektal.
1. Apa itu kanker kolorektal?
Popmama.com/Hari Firmanto
Kolorektal berasal dari kata kolon dan rektal. Kolon merujuk pada usus besar, sementara rektum merupakan bagian akhir dari usus besar yang terhubung langsung dengan anus.
“Kolorektal terdiri dari kata kolon dan juga rektal atau kita kenal dengan nama rektum. Kolon adalah istilah dari usus besar, sedangkan rektum adalah bagian akhir dari usus besar atau anus,” kata dr. Nicholas Calvin, B.MedSci selaku Dokter General Practitioner (GP) Altius Hospitals Harapan Indah Bekasi dalam sesi Popmama Talk edisi April 2025.
Dengan demikian, kanker kolorektal adalah jenis kanker yang menyerang saluran pencernaan bagian bawah, tepatnya di area kolon dan rektum.
“Jadi, kanker kolorektal adalah kanker yang terjadi di saluran pencernaan bawah, yaitu di bagian kolon dan rektum,” tambahnya.
Editors' Pick
2. Penyebab terkena kanker kolorektal
Pexels/Caleb Oquendo
Peningkatan kasus kanker kolorektal pada usia muda berkaitan erat dengan gaya hidup yang kurang sehat, terutama kebiasaan kurang mengonsumsi serat. Asupan serat yang cukup berperan penting dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan.
“Meningkatnya penyanyi kanker kolorektal ini adalah pengaruh dari gaya hidup. Orang usia muda yang kurang makan serat bisa meningkatkan kanker kolorektal. Serat bisa kita peroleh dari buah, sayur-sayuran,” ujar dr. Nicholas Calvin, B.MedSci.
Selain faktor gaya hidup, risiko kanker kolorektal dapat meningkat pula akibat faktor genetik. Riwayat keluarga yang pernah mengidap kanker kolorektal menjadi salah satu indikator tingginya risiko seseorang terhadap penyakit ini.
“Tak menutup kemungkinan juga dari faktor genetik. Jadi, kalau ada keluarga atau sanak saudara yang mempunyai riwayat kanker kolorektal, maka seseorang bisa lebih tinggi berisiko terkena kanker kolorektal,” tambahnya.
3. Gejala kanker kolorektal
Freepik/jcomp
Gejala awal kanker kolorektal kerap muncul secara perlahan dan sering kali disalah artikan sebagai gangguan pencernaan biasa. Salah satu tanda yang paling umum adalah perubahan konsistensi buang air besar (BAB).
“Paling umum awalnya ada perubahan konsistensi BAB, ada yang konstipasi alias sulit BAB, namun ada juga yang diare. Kemudian, ada juga sering BAB berdarah, kalau sudah BAB berdarah segera periksakanke dokter untuk evaluasi lebih lanjut,” jelas dr. Nicholas Calvin, B.MedSci.
Penderita kanker kolorektal juga dapat mengalami gejala sistemik seperti tubuh yang terasa letih, lesu, hingga penurunan berat badan yang drastis tanpa sebab yang jelas.
Dalam banyak kasus, penurunan berat badan bisa mencapai 5 hingga 6 kilogram hanya dalam waktu 1 hingga 2 bulan. Hal ini terjadi karena sel-sel kanker menguras energi tubuh dan mengganggu proses penyerapan nutrisi secara optimal.
“Karena ini adalah kanker, maka banyak juga orang yang mengalami letih, lesu, dan penurunan berat badan signifikan. Penurunan berat badan kurang lebih bisa sampai 5-6 kg dalam waktu 1-2 bulan, maka segera periksakan ke dokter untuk evaluasi lebih lanjut,” lanjutnya.
Gejala lainnya yang sering muncul adalah nyeri atau kram pada perut. Rasa nyeri ini bisa datang dan pergi, namun sering kali semakin memburuk seiring waktu. Sayangnya, karena gejala-gejala tersebut tampak umum, banyak orang baru menyadari ketika penyakit sudah berada di tahap lanjut.
“Muncul juga gejala seperti nyeri perut, kram perut yang menjadi gejala awal tidak boleh diabaikan. Kalau ada gejala tersebut segera periksa ke dokter,” tambahnya.
Oleh karena itu, penting untuk lebih peka terhadap setiap perubahan yang terjadi pada tubuh, terutama yang berkaitan dengan sistem pencernaan. Deteksi dini menjadi kunci utama dalam meningkatkan peluang kesembuhan dari kanker kolorektal.
4. Cegah kanker kolorektal dengan mengonsumsi makanan tinggi serat
Pexels/Anna Tarazevich
Untuk mencegah kanker kolorektal, bisa dimulai dengan menerapkan pola makan tinggi serat, terutama dari sumber alami seperti sayur dan buah. Lalu, penting pula untuk mengurangi konsumsi junk food dan makanan olahan, serta beralih ke makanan utuh atau real food.
“Cara mencegahnya yang utama harus makan tinggi serat, terutama dari sayur dan buah. Kurangi junk food atau makanan olahan, perbanyak makanan real food,” ungkap dr. Nicholas Calvin, B.MedSci.
Selain asupan makanan, pengelolaan stres juga menjadi faktor penting. Sebab, stres yang tidak terkontrol dapat memicu peradangan pada saluran pencernaan. Tidur yang cukup turut berperan dalam menurunkan risiko terjadinya kanker kolorektal.
“Stres perlu dikelola dengan baik karena stres dapat menimbulkan peradangan dari pencernaan. Kemudian, tidur yang cukup juga bisa mengurangi kemungkinan terjadinya kanker kolorektal,” pungkasnya.
Itu dia penjelasan mengenai waspada kurang makan serat bisa sebabkan kanker kolorektal. Yuk, mulai perhatikan dengan gaya hidup yang dijalani agar bisa terhindar dari kanker kolorektal.
POPMAMA TALK April 2025 - dr. Nicholas Calvin, B.MedSci Dokter General Practitioner (GP) Altius Hospitals Harapan Indah Bekasi
Editor in Chief - Sandra Ratnasari Senior Editor - Novy Agrina Editor - Onic Metheany & Denisa Permataningtias Content Writer - Putri Syifa Nurfadilah & Sania Chandra Nurfitriana Contributor - Salsyabila Sukmaningrum Script - Sania Chandra Nurfitriana Social Media - Irma Erdiyanti Photographer - Hari Firmanto Videographer - Hari Firmanto Property by INFORMA