Tingkat Konsumsi Susu di Indonesia Masih Rendah, Mengapa Demikian?

Meski cenderung membaik tiap tahunnya, tingkat konsumsi susu di Indonesia masih rendah

11 Juni 2023

Tingkat Konsumsi Susu Indonesia Masih Rendah, Mengapa Demikian
Freepik/KamranAydinov

Bukan rahasia lagi bahwa susu merupakan asupan yang sangat penting bagi tubuh kita. Setidaknya, tubuh membutuhkan asupan nutrisi dan protein untuk membantu kita menjalani berbagai aktivitas.

Itu sebabnya, salah satu langkah mudah yang bisa dilakukan dalam memenuhi kebutuhan tersebut adalah memaksimalkan manfaat susu dengan rutin meminumnya. Jangan sampai tubuh melemah dan bahkan mudah terserang penyakit.

Termasuk minuman lezat dan kaya akan nutrisi, siapa sangka bahwa nyatanya tingkat konsumsi susu di Indonesia masih rendah (16,27 kg per kapita per tahun). Meski cenderung membaik tiap tahunnya, namun Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga. 

Lantas, apa alasan yang menyebabkan tingkat konsumsi susu di Indonesia masih rendah? Yuk, simak ulasannya telah Popmama.com siapkan.

Editors' Pick

1. Masih rendahnya tingkat konsumsi susu di Indonesia

1. Masih rendah tingkat konsumsi susu Indonesia
Freepik/cookie-studio

Kandungan protein hewani di dalam susu berperan penting untuk mendorong kecukupan nutrisi tubuh setiap hari. Bahkan, kita disarankan untuk rutin minum susu setidaknya dua kali sehari.

Rendahnya tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia sempat disinggung oleh Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU., Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

“Konsumsi protein perkapita masyarakat Indonesia sudah di atas standar nasional yaitu 62,2 gram dari standar nasional 57, tetapi konsumsi sumber protein hewani, salah satunya susu dan produk olahannya masih rendah,” katanya dalam acara ‘Greenfields Peringatan Hari Susu Sedunia’, Selasa (30/5/2023).

Budi Gunadi Sadikin juga menjelaskan bahwa konsumsi susu dapat meningkatkan kecukupan gizi bagi tubuh. Pasalnya, susu mengandung protein, kalsium, vitamin, dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh serta memperkuat sistem imunitas.

“Kementerian Kesehatan berfokus pada edukasi dalam mencegah masalah gizi melalui pendekatan siklus hidup dimulai dari masa anak-anak dan remaja guna mendukung peningkatan tumbuh kembang,” tambahnya.

2. Jumlah produsen susu dalam negeri juga masih rendah

2. Jumlah produsen susu dalam negeri juga masih rendah
Freepik/mdjaff

Mirisnya, jumlah Produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) juga masih rendah sehingga sangat perlu ditingkatkan. Mengingat jumlahnya saat ini masih sangat kurang, Indonesia masih mengandalkan impor (80%) untuk memenuhi kebutuhan susu masyarakat.

“Pada kondisi normal sebelum penyakit mulut dan kaki (PMK), kebutuhan susu segar harian Industri Pengolah Susu (IPS) Jawa Timur berjumlah 2.000 ton, namun baru terpenuhi sebesar 1.400 ton dan masih defisit sebanyak 600 ton. Sehingga Jawa Timur masih melakukan impor bahan baku industri susu berupa skim milk powder, whole milk powder dan full milk powder sebanyak 342.000 ton per tahun,” ungkap Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si., Gubernur Jawa Timur.

Dikatakan, peningkatan populasi sapi perah guna meningkatkan produksi susu segar sangat dibutuhkan, terlebih akibat wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku). Pengendalian PMK tida dapat dilakukan sendiri oleh pemerintah, tetapi juga diperlukan keterlibatan stakeholder lain.

3. Industri susu memberikan manfaat untuk penduduk setempat

3. Industri susu memberikan manfaat penduduk setempat
Freepik/jcomp

Susu tidak hanya memberikan dampak positif bagi kesehatan, tetapi juga ke sektor lain seperti sosial dan ekonomi berkat kehadiran peternakan serta pabriknya.

Guna dapat memainkan peranan secara optimal, industri susu diharapkan mampu menyokong keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Kedua hal itu tercantum pada tata laksana pengelolaan ternak sapi perah atau good dairy farming practice (GDFP) yang wajib dipenuhi, antara lain meliputi kesehatan hewan, proses pemerahan, pakan, hingga kesejahteraan hewan dan lingkungan.

“Sepanjang pengamatan saya, GDFP ini masih belum sepenuhnya diterapkan dengan baik oleh sebagian peternak maupun produsen di Indonesia, padahal langkah ini sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan, dan juga kelestarian lingkungan,” tutur Dr. Ir. Epi Taufik, S.Pt, MVPH, M.Si, IPM, Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan dari Universitas IPB.

Jadi itu dia alasan mengapa tingkat konsumsi susu di Indonesia masih rendah. Tak bisa dipungkiri, konsumsi susu memang sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan sehari-hari. Semoga ke depannya tingkat konsumsi susu di Indonesia bisa naik terus dari tahun ke tahun, ya.  

Baca juga:

The Latest