5 Waktu yang Dilarang untuk Berhubungan Seks, Bisa Berbahaya

Ketahui kelima kondisinya jika tak ingin celaka!

21 Oktober 2024

5 Waktu Dilarang Berhubungan Seks, Bisa Berbahaya
Pexels/@thiszun

Tak hanya nikmat dilakukan bersama pasangan, berhubungan seks ternyata juga memiliki begitu banyak manfaat untuk kesehatan tubuh maupun mental. Meski begitu, nyatanya berhubungan seks tidak bisa dilakukan kapan saja selama kamu dan suami menginginkannya.

Ya, nyatanya memang ada waktu-waktu tertentu yang sebaiknya dihindari bila ingin berhubungan seks yang sehat. Sebab secara medis, berhubungan seks pada kondisi-kondisi tertentu mungkin bisa jadi berbahaya bagi kesehatan.

Menurut Dokter Spesialis Kandungan, Heather Rupe, DO yang dilansir Web MD, berikut 5 waktu yang dilarang untuk berhubungan seks dengan suami.

Catat rangkumannya dari Popmama.com berikut ini, ya!

1. Seks ketika pendarahan atau nyeri vagina

1. Seks ketika pendarahan atau nyeri vagina
Freepik

Saat mengalami ovulasi, beberapa perempuan mungkin akan mengalami bercak darah atau nyeri sesekali. Namun, jika kamu mengalami rasa sakit atau pendarahan yang terus-menerus, sebaiknya hindarilah berhubungan seksual.

Nyeri saat berhubungan atau pendarahan setelahnya bisa menjadi tanda kelainan pada serviks dan harus segera diperiksa oleh dokter.

Editors' Pick

2. Seks saat mengalami infeksi

2. Seks saat mengalami infeksi
Freepik/Spukkato

Jika kamu mengalami gejala infeksi panggul atau vagina seperti keluarnya cairan berbau busuk, vagina gatal yang parah, rasa terbakar, atau nyeri panggul, maka sebaiknya hindari berhubungan seks sampai kamu memeriksakan diri ke dokter.

Berhubungan seks dengan infeksi vagina tidak hanya menyakitkan, tetapi juga dapat menyebabkan infeksi menyebar ke organ panggul dan menjadi lebih parah. Tak hanya itu, jika hal tersebut adalah infeksi menular, maka pasanganmu pun akan terpapar.

3. Seks sebelum melakukan pap smear

3. Seks sebelum melakukan pap smear
Pexels/Andrea Piacquadio

Untuk medeteksi kanker serviks secara dini, pap smear menjadi salah satu tes penting yang dianjurkan bagi perempuan. Dalam tes ini, dokter akan memasukkan alat yang disebut dengan spekulum ke dalam vagina, fungsinya agar dokter bisa melihat leher rahim dengan jelas.

Lalu, barulah diambil sampel sel-sel serviks dengan alat yang disebut spatula. Nah, agar hasil pap smear akurat biasanya dokter akan memintamu untuk tidak melakukan seks setidaknya minimal sehari sebelum melakukan pap smear.

Sebab sperma yang mengendap di dalam rahim atau dokter menemukan air mani selama pemeriksaan akan membuat hasil tesnya yang seharusnya positif menjadi negatif.

Hal ini tentu berbahaya mengingat jika hasilnya ternyata positif, maka dokter seharusnya bisa memberikan perawatan dengan segera agar kanker dapat teratasi di awal kemunculannya.

Sementara bila tidak akurat, dokter tidak bisa memberikan diagnosis yang cepat. 

4. Seks saat mengalami komplikasi kehamilan

4. Seks saat mengalami komplikasi kehamilan
Freepik/free picture

Berhubungan seks saat hamil justru dianjurkan oleh dokter, namun selama kehamilan tidak mengalami masalah yang berarti alias sehat.

Namun jika kamu mengalami nyeri atau pendarahan yang tidak dapat dijelaskan, maka kamu harus menghentikan aktivitas seks bersama suami dan konsultasikanlah kepada dokter.

Komplikasi kehamilan seperti plasenta previa dan persalinan prematur dapat diperburuk oleh hubungan seks, jadi hubungan seksual juga harus dihindari dalam situasi tersebut.  

5. Seks setelah melakukan operasi

5. Seks setelah melakukan operasi
Freepik/Peoplecreations

Kemajuan teknologi operasi telah memungkinkan pasien pulih lebih cepat dan merasa kembali normal lebih cepat dari sebelumnya. Namun, kamu tetap perlu memeriksakan kondisimu dengan dokter sebelum kembali berhubungan seks.

Jika kamu mengalami nyeri, pendarahan, atau baru saja melahirkan atau menjalani operasi, sebaiknya tunda dulu aktivitas bercintanya, ya!

Itu dia kelima waktu yang dilarang untuk berhubungan seks. Jika mengalami beberapa gangguan di atas, segeralah kunjungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Mencegah lebih baik daripada mengobati, bukan?

Baca juga:

The Latest