Apakah kamu pernah mendengar istilah douching vagina? Atau justru kamu sering melakukannya?
Dilansir dari webmd.com, douching merupakan upaya mencuci atau membersihkan bagian dalam vagina dengan air atau bahan lainnya.
Umumnya, cairan douching terdiri dari air, cuka, soda kue, atau yodium yang dikemas dalam botol atau kantong. Meskipun bertujuan untuk membersihkan area vagina, akan tetapi tahukah kamu apa saja dampak negatif douching vagina bagi kesehatan?
Dilansir dari laman IDN Times, berikut Popmama.com telah merangkum 7 fakta berbahaya douching vagina.
Pikirkan matang-matang sebelum melakukannya!
1. Berisiko mengalami infeksi menular seksual
Freepik/Beststudio
Menurut penelitian, douching vagina bisa meningkatkan risiko infeksi menular seksual (IMS) pada remaja. Hal ini dibuktikan lewat studi berjudul 'Does Douching Increase Risk for Sexually Transmitted Infections? A Prospective Study in High-Risk Adolescents' yang diterbitkan di 'American Journal of Obstetrics and Gynecology' tahun 2008.
Studi ini melibatkan 411 remaja perempuan yang berisiko tinggi terinfeksi HIV dan tidak terinfeksi berusia 12-19 tahun. Mereka terbagi menjadi tiga kelompok, yakni selalu melakukan douching, sesekali melakukan douching, dan tidak pernah sama sekali.
Hasilnya, mereka yang selalu douching memiliki risiko IMS 1,8 kali lebih besar. Sementara, yang sesekali melakukan douching memiliki risiko 1,4 kali lebih besar.
2. Memicu radang panggul dan kehamilan ektopik
Freepik/tirachardz
Berdasarakan studi berjudul 'Douching and Adverse Health Effects: A Meta‐analysis" yang dipublikasikan di "American Journal of Public Health' tahun 1997, ditemukan bahwa douching meningkatkan risiko penyakit radang panggul sebesar 73 persen dan kehamilan ektopik (hamil di luar rahim) sebesar 76 persen.
Bahkan, douching berhubungan dengan kanker serviks! Oleh karena itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) merekomendasikan agar produk douching diberi label atau peringatan tentang risiko penyakit radang panggul.
Editors' Pick
3. Menyebabkan vaginosis bakterialis
Freepik/free picture
Berdasarkan studi berjudul "Vaginal Douching" yang dipublikasikan di 'Journal of Obstetrics and Gynaecology' tahun 2003, ditemukan bahwa douching bisa menghilangkan keseimbangan normal bakteri di vagina dan meningkatkan risiko vaginosis bakterialis.
Zat saline atau asam asetat dalam cairan douching bisa menyebabkan perubahan mikrofloral di vagina dalam waktu 10 menit. Butuh waktu 72 jam agar flora vagina kembali normal.
Bahkan, efek jangka panjangnya adalah terjadi peningkatan pertumbuhan organisme patogen dan menekan lactobacillus, si bakteri baik.
4. Memicu vaginitis atau radang vagina
Freepik/Tutatama
Menurut penuturan dari American College of Obstetricians and Gynecologists, ditemukan bahwa douching berulang bisa menyebabkan ekosistem vagina berubah dan memicu vaginitis atau radang vagina.
Ini karena douching mengubah tingkat pH dan menekan pertumbuhan bakteri endogen normal. Hal ini dipertegas dengan pernyataan dari American Medical Association.
Menurutnya, vaginitis pada perempuan usia subur bisa dipicu karena sering douching. Ini karena douching memicu iritasi kimiawi atau reaksi alergi.
5. Memicu risiko kelahiran prematur
Freepik/Praisaeng
Apa keterkaitan douching dan risiko kelahiran bayi prematur? Menurut studi berjudul 'Determinants of Participation in an Epidemiological Study of Preterm Delivery' yang diterbitkan di jurnal 'Paediatric and Perinatal Epidemiology' tahun 1999, douching berkaitan dengan tingginya prevalensi vaginosis bakterialis di kalangan perempuan Afrika-Amerika.
Ternyata, ini juga berkorelasi dengan risiko kelahiran prematur pada bayi. Dari studi tersebut, ditemukan bahwa kelahiran prematur pada perempuan Afrika-Amerika dua kali lebih tinggi daripada perempuan ras Kaukasia.
Ini karena perempuan Afrika-Amerika melakukan douching 2-3 kali lebih sering. Menurut studi berjudul 'Vaginal Douching and Preterm Birth: An Intriguing Hypothesis' yang dipublikasikan di jurnal 'Medical Hypotheses' tahun 2000, douching vagina berperan penting dalam meningkatkan risiko kelahiran prematur spontan akibat infeksi.
6. Berisiko mengalami infeksi klamidia
Freepik/Doucefleur
Selain itu, douching bisa meningkatkan risiko infeksi klamidia. Hal ini dibuktikan lewat studi berjudul 'Vaginal Douching as a Risk Factor for Cervical Chlamidia trachomatis Infection' yang diterbitkan di jurnal 'Obstetrics and Gynecology' tahun 1998.
Dari studi tersebut, ditemukan bahwa perempuan yang melakukan douching memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk terkena infeksi klamidia dibandingkan dengan yang tidak. Risiko akan meningkat jika douching sering dilakukan.
Di sisi lain, douching adalah praktik yang umum dilakukan oleh perempuan Afrika yang hamil. Akan semakin parah jika douching dicampur dengan antiseptik karena bisa meningkatkan kemungkinan infeksi klamidia dan memperbesar risiko infeksi HIV hingga 2 kali lipat.
Temuan ini dipublikasikan di jurnal 'Sexually Transmitted Diseases' tahun 1999.
7. Meningkatkan risiko kanker serviks
Pexels/Ave Calvar Martinez
Terakhir dan yang paling mengerikan, douching vagina bisa meningkatkan risiko kanker serviks! Hal ini terbukti lewat penelitian berjudul 'Association between Vaginal Douching and Genital Human Papillomavirus Infection among Women in the United States' yang dipublikasikan di 'The Journal of Infectious Diseases' tahun 2016.
Dalam studi lain yang dilakukan oleh peneliti dari University of Texas MD Anderson Cancer Center, Amerika Serikat, ditemukan bahwa dari 23 persen perempuan yang melakukan douching, 48 persen di antaranya memiliki satu jenis infeksi HPV, 25 persen memiliki dua jenis infeksi HPV, dan 28 persen terinfeksi 3-9 jenis virus yang berbeda.
Penelitian tersebut melibatkan 1.271 perempuan dari rentang usia 20-49 tahun. Studi tersebut juga mengamati penggunaan produk kebersihan vagina, perilaku seksual, dan faktor sosiodemografi.
Nah, itulah ketujuh fakta douching vagina dengan berbagai risiko penyakitnya. Dengan mempertimbangkan risikonya, lebih baik tidak usah dilakukan lagi karena vagina memiliki cara unik untuk membersihkan dirinya sendiri.