Setelah gempar dengan aksi 'Gilang Bungkus Jarik', maka kali ini, publik kembali dihebohkan dengan aksi pelecehan seksual yang sama-sama berkedok penelitian.
Seorang mantan dosen di perguruan tinggi Yogyakarta berinisial BA diduga melakukan pelecehan seksual ke beberapa perempuan. Sejumlah perempuan yang menjadi korbannya pun satu per satu memberi kesaksian melalui media sosial.
Dalam aksinya, BA mengklaim tengah melakukan penelitian mengenai perilaku swinger atau praktik tukar pasangan dalam hubungan seks. Hingga saat ini, kasus tersebut masih dalam proses penyelidikan oleh pihak kepolisian.
Mengetahui adanya tren seks baru yang cukup berbahaya bagi kesehatan, berikut Popmama.com telah merangkum 5 fakta penting mengenai swinging yang harus kamu ketahui.
1. Apa itu swinging?
healthline.com
Swinging merupakan bentuk aktivitas seksual rekreasional antara dua pasangan dewasa atau, antara pasangan dengan seorang laki-laki dan perempuan. Sementara individu yang melakukan praktik bertukar pasangan ini disebut, swinger.
Menurut terapis seks, Matty Silver, ada pasangan yang mencapai gairah lebih baik ketika berhubungan seks dengan orang yang selain pasangannya.
Swinging, bagi sebagian orang, dianggap bisa menjadi katalis untuk meningkatkan kehidupan seks dan sebuah relasi.
"Mereka menyukai kegembiraan pertemuan yang dinanti dengan pasangan lain atau seseorang," ujar Silver mengutip dari Yahoo Lifestyle.
Selain bertukar pasangan, teknik lain dalam melakukan swinging adalah dengan menonton pasangan melakukan hubungan seksual dengan orang lain.
Editors' Pick
2. Asal mula tren swinging mencuat ke publik
Unsplash/Kev Costello
Beberapa hari ini, media merekam kabar tentang penangkapan komunitas pelaku swinger. Praktik seks tukar pasangan ini memiliki beberapa risiko kesehatan.
Cerita tersebut dimuat dalam laman The Guardian, yang dikirimkan langsung oleh seorang istri yang mengaku melakukan praktik tukar pasangan atau swinging.
Seperti yang dituliskan si Perempuan, “Kami melakukannya satu atau dua kali dalam sebulan. Setelah melakukannya, kami pulang dan melakukan seks yang membara,”
Suaminya, kala itu meminta sang Istri melakukan hubungan intim bersama laki-laki lain. Mereka mencari partner swing secara online. Profesi swinger yang mereka temui beragam, mulai dari guru, dokter, hingga banker.
“Tak ada jatuh cinta, tak ada cemburu,” akunya.
3. Penyebab terjadinya swinging pada pasangan suami istri
Freepik/jcomp
Alasan mengapa para swinger cukup getol melakukan hal ini adalah, mereka merasakan ketidakpuasan nafkah secara batin dari pasangannya sendiri, yang mana gerakan di ranjang mungkin monoton atau hasrat tidak menggebu-gebu seperti malam pertama ketika itu.
Bisa jadi hal ini disebabkan karena rasa lelah atau sedang masa jeda setelah melahirkan.
Anehnya lagi, setelah melakukan aktivitas swinging, pasangan dapat kembali membara gairah seksualnya dengan pasangan sendiri setelah 'menyantap' pasangan lain atau melihat pasangannya 'disantap'.
4. Perbedaan karakter seorang swinger dengan non-swinger
Freepik/cookie_studio
Psikolog klinis Seth Meyers sempat memiliki klien pasangan swinger dan pasangan non-swinger (monogami). Satu perbedaan yang cukup menonjol dari keduanya adalah pasangan yang melakukan swinging memiliki ketakutan yang lebih kecil daripada pasangan monogami.
Dengan kata lain, pasangan swinger memiliki kemungkinan lebih kecil pula untuk selingkuh.
"Dalam hal rasa takut, pasangan monogami sering jatuh ke dalam perangkap kecemburuan, takut bahwa perilaku atau gerakan tertentu dapat mengakibatkan perselingkuhan dan akhir dari hubungan. Pasangan monogami juga sering takut bahwa hari-hari terbaik meninggalkan mereka, bahwa mereka kehilangan kesempatan untuk gairah seksual demi menetap dan menikah," ujar Meyers dalam laman Psychology Today.
"Di sisi lain, pasangan swinger seringkali mencintai begitu dalam dan terhubung secara emosional, tetapi mereka tidak menghargai seks dengan cara yang sama dengan rekan monogami mereka," sambungnya lagi.
Akan tetapi, bukan berarti swinging lebih baik daripada monogami. Di sini jelas ada perbedaan kebutuhan seksual dan emosional.
Sexpert Tracey Cox menekankan pada, adanya unsur kesepakatan dengan pasangan. Jangan sampai kamu melakukan swinging karena dipaksa.
"Jika pasanganmu memaksa dan kamu tidak ingin, pikirkan kembali hubunganmu. Ini permainan tim bukan individu. Kamu berdua perlu merasa bahagia dan nyaman dengan konsep dan realita," ujar Cox mengutip dari Daily Mail.
5. Dampak buruk melakukan swinging bagi kesehatan
Unsplash.com
Melakukan praktik ini bukan tidak memiliki resiko yang mengintai. Penyakit seks menular juga tidak lepas dari praktek swinging. Bahkan, penelitian di Belanda mengatakan penyakit menular yang dilakukan kelompok ini sebanding dengan kaum gay dan biseksual.
Lantaran kedua kelompok tersebut dianggap beresiko tinggi mengidap penyakit herpes. Swinger juga dapat terkena penyakit HIV dan AIDS sampai klamidia, penyakit menular seksual yang disebabkan hubungan seks tanpa kondom.
Selain itu, kencing nanah atau gonore juga penyakit akrab dengan para swinger.
Peneliti di Limburg Selatan, Belanda, menyatakan apabila swinger di bawah 45 tahun lebih rentan terkena penyakit, dibanding 45 tahun ke atas. Adapun penyakit yang akrab mampir pada pelaku swinger adalah klamidia dan gonore.
Kedua penyakit ini memiliki persentase cukup besar yakni 10 % terhadap laki-laki. Sedangkan klamidia terhadap perempuan swinger berada di angka 18%.
Meskipun memakai pengaman sekalipun, ternyata terdapat penyakit yang tidak mampu ditangkis seperti virus HPV, kutil kelamin, kanker serviks, dan herpes.
Nah, itulah kelima fakta swinging atau bertukar pasangan yang kini menjadi tren baru dalam berhubungan seksual.
Meski begitu, praktik yang satu ini termasuk ke dalam penyimpangan hingga mengakibatkan risiko penularan penyakit seksual.