Apakah Benar Waxing Bisa Sebabkan Keputihan di Organ Intim?
Ketahui juga dampak lain dari waxing atau mencukur rambut kemaluan
13 Oktober 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Salah satu hal yang mengganggu penampilan perempuan adalah bulu. Mulai dari bulu kaki hingga bulu ketiak, pasti akan membuat Mama sangat tidak oke, apalagi di hadapan si Papa.
Biasanya, bulu-bulu tersebut akan dihilangkan dengan cara dicukur, dicabut hingga waxing. Beberapa cara memang diyakini bisa menghilangkan bulu dalam waktu sekejap, namun bulu juga akan tumbuh lagi dalam waktu yang singkat.
Cara yang diyakini paling ampuh dan tahan lama adalah waxing. Perawatan waxing adalah salah satu inovasi penghilang bulu menggunakan selembar kertas wax yang ditempel dan kemudian ditarik.
Biasanya, jika kita melakukan waxing, bulu tidak akan tumbuh selama dua hingga delapan minggu. Meskipun lebih tahan lama, ternyata waxing dapat menimbulkan keputihan dan efek-efek lain yang dapat membuat Mama tidak nyaman.
Nah, untuk mengetahuinya lebih lanjut, berikut Popmama.com telah merangkum apakah benar waxing bisa sebabkan keputihan di organ intim, beserta 3 informasi pentingnya.
Editors' Pick
1. Mengapa perempuan akan mengalami keputihan setelah waxing?
Apabila Mama mengalami keputihan setelah mencukur bulu kemaluan, pastikan dahulu apakah keputihan yang Mama alami merupakan keputihan yang wajar (berwarna bening keputih-putihan, tidak gatal, tidak berbau) atau merupakan keputihan yang tidak wajar (memiliki ciri-ciri selain penjelasan di atas, misalnya terasa gatal, perih, berwarna putih kekuningan atau kehijauan).
Berikut ini beberapa alasan mengapa terjadi keputihan setelah waxing:
- Kondisi yang wajar (keputihan normal)
- Infeksi pada organ intim akibat proses pencukuran yang tidak benar, misalnya alat yang tidak bersih
2. Bagaimana cara merawat vagina setelah di waxing?
Nah, jika Mama merasakan ketidaknyamanan pada vagina setelah melakukan waxing, seperti gatal dan keputihan, maka ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasinya
Berikut beberapa daftar yang harus dilakukan:
- Mengompres dengan es batu
Perawatan setelah waxing yang pertama adalah mengompresnya dengan es batu.Mama bisa mulai mengompres area yang baru saja di wax dengan es untuk mengurangi bengkak yang muncul sekaligus untuk menutup pori-pori yang terbuka karena di wax.
Namun, Mama jangan langsung menempelkan es yang baru saja diambil. Tunggu sebentar, kemudian aplikasikanlah.
- Mengoleskan gel aloe vera
Mama juga bisa mengoleskan gel yang mengandung aloe vera pada area tersebut. Aplikasikan secara lembut dan perlahan. Lakukan beberapa kali dalam satu hari. Gel tersebut akan melembutkan area yang telah dicukur dan mengurangi efek kemerahan yang biasanya muncul.
- Gunakan pakaian yang loose
Kulit Mama membutuhkan ruang untuk bernafas setelah di wax. Penggunaan pakaian ketat hanya akan membuat kulit mudah teriritasi dan infeksi. Hindari untuk memegang terlalu sering pada area yang baru saja di wax.
Pasalnya, hal ini bisa membawa dan menyebarkan bakteri yang bisa masuk karena pori-pori kulit sedang terbuka.
- Hindari suhu panas
Sauna atau bahkan sun bathing perlu Mama hindari setelah melakukan waxing. Panas yang berkepanjangan bisa memperburuk ruam yang ada di kulit Mama.
- Membersihkan organ intim dengan feminine hygine
Agar vagina tetap sehat setelah waxing, Mama harus tetap membersihkannya dengan feminine hygine untuk mengatasi keputihan. Gunakanlah Andalan Feminine Hygine setiap 2 kali dalam seminggu.
3. Selain keputihan, apa lagi masalah yang timbul setelah waxing?
Selain gatal dan keputihan, ternyata ada beberapa masalah yang dapat terjadi setelah melakukan waxing.
Berikut diantaranya:
- Peradangan dan iritasi
Area vagina dan sekitarnya adalah bagian tubuh yang memiliki kulit lebih sensitif. Maka dari itu, waxing yang dilakukan di bagian tubuh tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya peradangan dan iritasi, apalagi bila rambut kemaluan yang hendak dipangkas terlalu tebal.
Keadaan ini menyebabkan kuman maupun bakteri berbahaya lebih mudah menginfeksi.
- Jerawat
Setelah proses waxing selesai dilakukan, jerawat biasanya akan timbul di daerah sekitar vagina. Hal ini bisa terjadi karena rambut yang terangkat akan membuka jalan masuk bakteri ke dalam folikel.
- Rambut tumbuh ke dalam
Meski dilakukan sedemikian rupa, waxing tidak sepenuhnya mampu mengangkat rambut yang ada di sekitar vagina. Metode ini justru dapat menyebabkan rambut patah di tengah, sehingga proses pertumbuhannya menjadi terganggu.
Alhasil, bukannya tumbuh ke luar, rambut justru tumbuh ke bagian dalam kulit.
- Nyeri atau memar
Waxing yang dilakukan secara lembut dan halus tetap dapat menyebabkan timbulnya rasa nyeri atau bahkan memar di sekitar vagina. Pada beberapa kasus, kulit vagina juga dapat mengalami perubahan warna menjadi kebiru-biruan atau kehitaman.
- Kulit terbakar
Lilin yang digunakan pada proses waxing dapat menyebabkan kulit terasa sangat panas, dan timbul sensasi seperti terbakar, apalagi bila Mama tak terbiasa melakukan metode ini. Bahkan, waxing juga diduga dapat menyebabkan kulit sekitar vagina melepuh.
Nah, itulah jawaban mengenai apakah benar waxing bisa sebabkan keputihan di organ intim. Agar tak mengalaminya, maka pastikan Mama sudah menjaga dan membersihkan bagian kewanitaan dengan benar. Ingat, mencegah lebih baik daripada mengobati.
Baca juga:
- Ini Dia 9 Jenis Bikini Waxing untuk Mempercantik Miss V
- Penyebab Gatal dan Keputihan Saat Hamil, Waspada Infeksi Jamur Vagina
- Amankah Waxing dan Pakai Kuteks Saat Hamil?