Belahan Jantungku: Pentingnya Mengasuh Diri Sebelum Mengasuh Anak untuk Kesehatan Mental Keluarga
Luka batin masa lalu orangtua perlu disembuhkan sebelum berdampak pada pola asuh anak di kemudian hari
31 Desember 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tak hanya berkarya melalui musik, pelantun Indahnya Dunia, Andien Aisyah kini melahirkan sebuah karya terbarunya. Kali ini, karya dari Andien adalah sebuah buku berjudul Belahan Jantungku. Judul buku yang sama dengan salah satu judul lagunya ini berisi tentang pengalaman pribadi Andien ketika menjadi seorang Mama dari putra pertamanya, Anaku Askara Biru.
Tak hanya itu, dalam buku tersebut, Andien juga bermaksud untuk memberikan banyak referensi terkait dunia parenting hingga menularkan semangat positif kepada para Mama Milenial di luar sana.
Salah satu hal menarik yang di bahas dalam buku tersebut adalah kutipan kalimat 'mengasuh diri sebelum mengasuh anak'.
Kalimat yang cukup mengena di hati ini ternyata memiliki makna yang dalam, bahkan sebelumnya Andien sempat melakukan riset bersama ahlinya terkait topik tersebut.
Nah, untuk mengetahui lebih jauh lagi, berikut Popmama.com telah merangkum beberapa ulasan pentingnya.
1. Pentingnya mengasuh diri sebelum mengasuh anak
Saat diwawancarai oleh tim Popmama.com, Andien mengaku bahwa topik ini menjadi salah satu favorit semua orang.
Dalam bab ini, Andien bersama Coach Yusa Aziz, dosen Indonesian Academy of Psycotherapy, Counseling, and Coaching membahas mengenai pentingnya orangtua untuk melihat ke dalam diri mereka, merefleksikan, dan benar-benar mindful terhadap apa yang terjadi dalam diri mereka untuk menyembuhkan luka-luka batin yang pernah ada.
"Seringkali dalam konteks pengasuhan anak, jika menemui sebuah situasi sulit orangtua langsung melabeli anak tersebut dengan sebuah label tertentu. Anak menyusahkan, anak rewel, anak keras kepala, anak sulit diatur, misalnya. Sangat jarang yang melakukan observasi dan kemudian mampu menyadari bahwa sebenarnya, apa yang terjadi pada anak merupakan projection dari apa yang terjadi di alam bawah sadar orangtuanya," jelas Andien.
"Kenapa aku berulang kali mengatakan tentang luka batin? Karena luka batin menciptakan trauma, dan trauma itu yang kemudian 'menyetir' hidup kita dan memengaruhi respon kita terhadap sesuatu. Luka batin ini biasanya tercipta saat kita masih kecil. Trauma-trauma yang pernah kita alami akan menumpuk di alam bawah sadar kita. Nah, untuk itu, aku bisa bilang sangat penting bagi kita untuk menyelesaikan ini, sebelum kita berusaha menyelesaikan masalah si Anak. Biasanya, orangtua yang melakukan proses healing dan bertransformasi, vibrasinya pun akan sampai ke anak dan keadaan baik pun akan mengikutinya," sambung Andien.
2. Waktu yang tepat untuk mulai mengasuh diri
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, mengasuh diri sama halnya dengan menjadi pribadi yang lebih baik dan bisa memafkan masa lalu yang telah menjadi trauma kita.
Oleh karena itu, menurut Andien, proses mengasuh diri tak bisa berjalan hanya sekali dalam fase kehidupan. Mengasuh diri membutuhkan proses yang panjang dan berkelanjutan.
"Proses pengasuhan ini nggak bisa berjalan hanya satu kali. Ini adalah sebuah proses panjang, tapi sesuai dengan tingkat kesadaran yang dimiliki seseorang pada saat itu. Buatku, bisa dibilang healing process ini yang paling signifikan terjadi paralel ketika hamil," jelas Andien.
Namun, jika saat hamil Mama merasa belum mengasuh diri dengan benar, apakah itu artinya sudah terlambat?
"Nggak ada kata terlambat dong. Bagaimanapun sudah datang kesadaran yang seperti ini saja sudah bagus banget. Banyak orang yang jauh dari kesadaran itu," tandasnya.
Editors' Pick
3. Tak hanya istri, suami juga harus mengasuh diri sebelum mengasuh anak
Tak sendirian, saat mengasuh diri sebelum mengasuh anak, Andien juga turut mengikutsertakan sang Suami, Irfan Wahyudi atau yang biasa dipanggil Ippe.
Hal tersebut mulai dibangun dari komunikasi yang baik antara suami dan istri.
"Yang pasti, kita mesti punya dasar komunikasi yang baik dengan suami. Semuanya dimulai dari komunikasi yang baik. Supaya bisa saling share dan kemudian saling membantu menyadari, juga untuk sama-sama refleksi diri," tutur Andien.
Saat mulai mengasuh diri, Andien mengatakan bahwa saat itu sang Suami melakukan meditasi dan expressive writting guna menjadi pribadi yang lebih baik sebelum akhirnya mengasuh anak.
"Mas ippe pun melakukan meditasi dan expressive writing. Kami juga mengambil kelas TAT di Mas Reza Gunawan dan mengaplikasikannya bersama-sama," sambungnya.
4. Proses mengasuh diri: berkomunikasi dengan inner child
Dalam buku Belahan Jantungku, dijelaskan ada beberapa cara untuk mulai mengasuh diri. Salah satunya yang dilakukan Andien saat itu adalah berkomunikasi dengan inner child.
"Bertemu kembali dengan inner child kita ini sangat penting. Di masa-masa itu terbentuk banyak trauma, dan kita juga bisa mengetahui apakah inner child kita tersebut terluka atau tidak. Setelah mengetahui, kita bisa menulis surat padanya. Lalu kita bisa memaafkan juga meminta maaf terhadap apapun yang terjadi. Semua langkahnya ada di buku. Dan ini hanya salah satu cara dari banyak cara. Untuk saat ini, salah satu cara lain yang kulakukan adalah memiliki jurnal mimpi dan jurnal perasaan," ungkapnya.
5. Manfaat yang Andien rasakan saat mengasuh diri sebelum mengasuh anak
Mengasuh diri sebelum mengasuh anak pastinya akan membuat diri kita menjadi lebih siap untuk menjadi orang yang lebih baik.
Itulah salah satu tujuan yang diharapkan oleh Andien dan sang Suami sebelum nantinya ia mengasuh putra pertamanya, Kawa.
Tak hanya bermanfaat bagi orangtua, mengasuh diri sebelum mengasuh anak juga ternyata sangat bermanfaat bagi anak, terutama untuk pengembangan dirinya.
"Anak lebih bisa menjadi dirinya sendiri dengan sangat positif dan mengeluarkan potensi alamiahnya tanpa bayang-bayang orangtua. Karena otomatis menjadi less anxiety," tutur Andien.
Tak heran, jika kini Kawa tumbuh menjadi anak yang berani dan aktif karena orangtua yang telah 'lulus' mengasuh dirinya terlebih dahulu.
6. Cara agar tidak selalu 'merasa bersalah' meski sudah berusaha mengasuh diri
Menurut Andien, hidup itu selamanya belajar, jadi jangan pernah takut. Percayalah bahwa diri kita adalah sebuah proses, merasa bersalah itu sendiri pun adalah sebuah alert akan trauma atau luka batin yang belum tersembuhkan.
Oleh karena itu, sembuhkanlah karena kita memang perlu, bukan karena kita merasa bersalah.
"Kalo kita sudah berhasil healing, kita akan belajar mengasuh diri bukan karena rasa bersalah, tapi karena memang kita sadar bahwa perlu. Don't get me wrong, nggak ada yang salah dan benar dengan rasa bersalah. It is the way it is. Justru rasa-rasa yang seperti itu merupakan 'pengantar' atau 'jembatan' kita terhadap hal-hal yang belum terselesaikan di masa lalu," ungkapnya.
Nah, itulah beberapa fakta menarik seputar buku Belahan Jantungku, khususnya topik terkait mengasuh diri sebelum mengasuh anak.
Semoga dapat diimplementasikan dengan baik oleh Mama-mama di rumah, ya!
Baca juga:
- Eksklusif: Andien Aisyah Blak-Blakan Soal Cyber Bullying yang Dialami Millennial Mama
- 10 Referensi Gaya Busana Kasual yang Unik dan Anti Mainstream a la Andien Aisyah
- Millennial Mama of the Month Edisi Desember 2019: Andien Aisyah
#MillennialMama of the Month Edisi Desember 2019 – Andien Aisyah
Production - Popmama.com
Editor in Chief - Sandra Ratnasari
Fashion & Beauty Editor - Onic Metheany
Lifestyle Editor - Novy Agrina
Fashion Stylist – Onic Metheany & Sarrah Ulfah
Reporter – Sarrah Ulfah, FX Dimas Prasetyo
Social Media - Sekar Retno Ayu
Photographer - Teddy Eka Prathama/ Pixels Photo & Videography
Videographer - Arbi Anwar Habibi/ Pixels Photo & Videography
Art Designer – Astika Alivia Pramesti
Makeup – Rossy Pramita
Hair Do – L Sofyan Harry
Andien’s Wardrobe – Danjyo Hiyoji & Ratnatrm (Siti Ratna)
Andien's Sunglasses - IZIPIZI
Kawa’s Wardrobe - Ginegersnap
Location – Pixels Studio, Jl. KH. Hasyim Asharu No. 28 A Petojo Utara, Jakarta Pusat