Riset Terbaru: Virus Corona Mampu Bertahan Hingga 37 Hari!
Tetap jaga kesehatan dan kebersihan, ya
18 Maret 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat ini masyarakat jadi berpikir dua kali untuk menyentuh barang-barang di sekitarnya. Hal ini disebabkan oleh pernyataan WHO yang mengatakan bahwa virus corona atau COVID-19 bisa menular benda-benda yang terkena percikan batuk atau bersin orang yang sudah terkena virus corona.
Namun, hingga saat ini belum ada jawaban yang pasti tentang ketahanan virus corona pada benda. Sebuah analisis baru menemukan bahwa virus dapat tetap hidup di udara hingga 3 jam, pada tembaga hingga 4 jam, pada kardus hingga 24 jam dan pada plastik dan stainless steel hingga 2 hingga 3 hari.
Berbeda dengan virus corona yang menempel pada benda, baru-baru ini sebuah penelitian memaparkan bahwa COVID-19 dapat bertahan paling lama selama lima minggu atau 37 hari dalam sistem saluran pernapasan pasien penyintas corona.
Hal tersebut secara otomatis mematahkan klaim bahwa pasien yang telah pulih tidak dapat menularkan COVID-19, virus corona baru yang berasal dari Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok Tengah.
Tak hanya itu, masih banyak fakta lain terkait penelitian baru seputar corona, untuk lebih jelasnya, berikut Popmama.com telah merangkum 3 penjelasan lengkap seputar COVID-19.
Editors' Pick
1. Jejak asam ribonukleat (RNA) menempel selama 20 hari
Dilansir dari bloomberg.com, menurut penelitian yang bertajuk 'Clinical course and risk factors for mortality of adult inpatients with COVID-19 in Wuhan, China: a retrospective cohort study', pada 11 Maret 2020 yang lalu, para dokter Tiongkok menemukan adanya jejak asam ribonukleat (RNA) pada sampel pernapasan pasien rata-rata selama 20 hari setelah gejala COVID-19 pertama kali muncul.
Lantas, apakah corona lebih parah dari SARS?
Pertanyaan tersebut masih dilontarkan oleh masyarakat dunia. Para dokter Tiongkok dalam riset tersebut membandingkan COVID-19 dengan pendahulunya SARS dan MERS.
Penyakit mematikan yang muncul pada 2003 tersebut hanya menginfeksi saluran pernapasan sepertiga pasien SARS selama empat minggu setelah gejala.
Sedangkan MERS menginfeksi saluran pernapasan selama tiga minggu.
Perihal mematikan atau tidaknya, penelitian tersebut tetap mengungkapkan bahwa usia dan skor Sequential Organ Failure Assessment (SOFA/sistem penilaian disfungsi/gagal organ), yang semakin tinggi seiring bertambahnya usia adalah faktor penentu dari angka mortalitas COVID-19.
2. Masa karantina yang ditetapkan terlalu singkat
Selama ini, pasien COVID-19 yang pulih dipulangkan setelah 14 hari dikarantina. Lantas, apakah selama ini dunia telah keliru?
Penemuan yang dimuat pada situs web The Lancet ini menyatakan bahwa pada pasien penyintas COVID-19, RNA virus corona baru tersebut masih aktif dalam rentang waktu delapan hingga paling lama 37 hari.
Sedangkan pada pasien yang terkena kasus COVID-19 kronis, virus tersebut ternyata masih dapat ditemukan walaupun sudah meninggal dunia!
Dengan kata lain, baik penyintas atau yang wafat akibat COVID-19 belum bisa bernapas lega, karena masih tetap dapat menyebarkan virusnya dalam rentang waktu yang cukup lama.
Namun ingat, jalan terbaik adalah selalu menjaga kebersihan diri dan menjaga kualitas sistem imun kita dengan pola hidup sehat.