Seorang Ibu Menangis Minta Anaknya Pulang dari Demo, KPAI Buka Suara!
Diketahui ratusan anak dirawat di RS usai berdemo
26 September 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada Rabu (25/9) kemarin, seorang Ibu bernama Suciati Emas menangis mencari keberadaan sang Anak diantara kerumunan siswa yang berdemo ke gedung DPR.
Ibu ini diketahui meminta anaknya yang bernama Faiz dari SMK di Pamulang untuk pulang.
Ibu ini juga meminta anak lainnya yang ikut demo di DPR juga untuk pulang ke rumah masing-masing.
Tangisan seorang Ibu ini membuat Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Harry Kurniawan pun meneteskan air mata saat mendengar permintaan sang Ibu.
Sebelumnya, pada rabu sore hingga malam, ratusan pelajar menyerang polisi di sekitar DPR. Polisi menyatakan para pelajar mendapat informasi untuk berkumpul di DPR dari pesan berantai dan media sosial.
Terkait hal tersebut, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pun langsung menerima pengaduan dari masyarakat soal aksi demo para pelajar SMK dan STM.
Pengaduan yang dikirimkan ke KPAI terdiri atas poster seruan-seruan aksi untuk pelajar STM, foto dan video-video yang menunjukkan anak-anak sekolah tersebut bergerak, mulai dari menaiki truk, bus transjakarta sampai KRL dengan titik naik di Bekasi dan Depok.
Menjelang sore, ada pula foto-foto yang menunjukkan pergerakan anak-anak yang turun di stasiun Palmerah dan Manggarai.
Mengetahui adanya laporan tersebut dari masyarakat, KPAI pun segera mengambil tindakan dan memberikan beberapa himbauan kepada pihak sekolah dan orangtua untuk mengatasi demo yang dilakukan oleh anak-anak.
Berikut, Popmama.com telah merangkum laporan langsungnya dari KPAI.
Editors' Pick
1. Komisioner KPAI, Retno Listyarti mengeluarkan surat edaran singkat
Atas semua laporan tersebut, Komisioner KPAI, Retno Listyarti segera mengontak pejabat Kemdikbud RI dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat untuk segera mengeluarkan edaran singkat melalui aplikasi WhatsApp kepada seluruh kepala sekolah di wilayah-wilayah yang peserta didiknya bergerak menuju DPR RI.
Edaran tersebut memerintahkan kepada kepala sekolah untuk meminta para wali kelas melalui grup WhatsApp guru untuk menghubungi para orangtua di kelasnya guna memastikan keberadaan anak-anak mereka.
Jika ada anak yang belum pulang malam itu, maka para orangtua dihimbau untuk segera mengontak anaknya.
“Itu langkah awal yang dilakukan KPAI sore itu karena kondisi sangat urgent. Memastikan anak-anak dari mana saja yang bergerak ke Jakarta juga mudah dideteksi dengan pesan berantai tersebut,” ujar Retno, Komisioner KPAI bidang Pendidikan.
2. KPAI kunjungi rumah sakit untuk pastikan kondisi anak-anak yang menjadi korban
Setelah melakukan pendekatan kepada pihak sekolah dan orangtua, KPAI kemudian menuju ke gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI untuk menemui pejabat yang masih ada di kantor.
KPAI bertemu dengan Humas Kemdikbud, Herlangga dan mengajak untuk turun ke lokasi bersama.
Namun, ternyata malam itu KPAI dan Kemdikbud sulit menembus lokasi-lokasi titik massa berkumpul atau berlari menyelamatkan diri setelah terkena gas airmata.
Akhirnya KPAI memutuskan untuk mengunjungi Rumah rumah sakit sekitar senayan dan pejompongan, yaitu RS MH di Benhil dan RS Pelni.
Sesampainya di RS MH AL, KPAI pun menemui anak-anak yang sudah mendapatkan perawatan dengan luka ringan dan sedang.
Ada 14 anak korban yang diwawancarai oleh Komisioner KPAI, dari percakapan tersebut diperoleh fakta-fakta sebagai berikut :
- Korban yang dilarikan ke RS tidak hanya anak SMK (dalam ajakan medsos disebut STM), tetapi juga siswa SMA dan SMP. Bahkan korban patah tulang yang akan menjalani operasi pagi ini (26/9) adalah siswa SMPN di Jakarta Selatan.
- Anak-anak korban mengaku ikut demo karena ajakan dari media sosial, seperti Instagram dan aplikasi WhatsApp. Namun ada juga anak yang tidak tahu jika dirinya diajak untuk demo oleh teman sekolahnya.
- Ada anak yang diajak teman mainnya di rumah (bukan satu sekolah) untuk aksi di DPR bahkan diminta membolos sekolah hari itu, anak ini masih SMP dan yang mengajaknya adalah siswa SMA. Siswa SMP ini mengalami patah tulang pada lengan.
- KPAI juga mendapatkan anak yang rumahnya dekat lokasi rusuh menjadi korban juga karena menonton aksi usai pulang sekolah. Padahal minggu ini menurut pengakuannya sedang berlangsung PTS (penilaian tengah semester). Karena PTS selesai pukul 4 sore (siswa SMP ini masuk sekolah siang hari atau sistem 2 shift), anak-anak tersebut bergerak ke DPR untuk menonton kakak-kakak SMK dan SMA beraksi.
Sedangkan di RS PL, Komisioner KPAI juga bertemu dengan para orangtua anak-anak korban setelah dikontak oleh pihak rumah sakit atau relawan.
Diketahui pula bahwa anak-anak tersebut ternyata merahasiakan rencana aksi mereka kepada para orangtuanya.
Anak-anak yang ikut berdemo kemarin mengalami luka karena terjatuh saat di siram gas airmata, pingsan karena kelelahan dan belum makan dari siang dan dehidrasi kekurangan minum diterik matahari siang itu, dan ada juga korban-korban luka karena diduga akibat pukulan aparat.
Bahkan ada satu anak dengan luka lebam di sekujur tubuh dan mata kanan bengkak karena di pukul aparat sekitar 10 orang ketika anak tersebut terpisah dari rombongan.
Malamnya pada (25/9), KPAI juga bertemu dengan para relawan dan mendapatkan informasi bahwa masih ada ratusan anak terjebak di kolong jembatan tol Slipi dan Tomang hingga banyak korban tergelatak di depan kantor BNI Pejompongan.
3. Himbauan KPAI untuk pihak sekolah dan orangtua terkait demo yang dilakukan oleh anak-anak
Agar kejadian tersebut tidak lagi terjadi pada anak-anak di bawah umur, berikut beberapa hal yang direkomendasikan oleh KPAI kepada pihak sekolah dan orangtua:
- KPAI menghimbau para orangtua untuk menjaga dan mengawasi anak-anaknya yang usia SMP-SMA/SMK/MA untuk melarang dan mencegah anaknya ikut aksi demo di DPR.
- KPAI menghimbau seluruh Kepala Sekolah untuk memastikan absensi siswa selama beberapa hari kedepan, kalau tidak hadir di sekolah segera mengecek ke orangtua anak yang bersangkutan. Ini untuk mencegah anak-anak ikut aksi yang membahayakan keselamatannya.
- KPAI meminta kepada seluruh Kepala Dinas Pendidikan untuk tidak memberikan sanksi atau mengeluarkan siswanya yang teridentifikasi sebagai peserta aksi demo di DPR, karena sebagian besar anak-anak ini adalah KORBAN ajakan medsos, orang-orang yang tidak mereka kenal sama sekali. Usia mereka memang mudah di bujuk rayu, karena anak belum tahu resiko dan bahaya untuk tindakannya. Hanya ikut-ikutan agar dibilang gaul dan keren.
- KPAI meminta aparat untuk tidak menggunakan kekerasan dalam menangani aksi anak-anak, karena anak-anak ini sebagaian besar hanya ikut-ikutan dan diduga kuat korban eksploitasi pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, di medsos bahkan ada rekening menampung dana, ini yang justru yang harus didalami penegak hukum.
- KPAI meminta cyber POLRI dan Kemeninfo melacak para penyebar undangan aksi pelajar ke DPR karena mereka harus dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya, harus dihukum seberat-beratnya sesuai peraturan perundangan, karena diduga mengeksploitasi anak-anak dan telah membahayakan keselamatan anak-anak. Negara harus hadir melindungi anak-anak Indonesia.
- Untuk anak-anak yang diamankan di POLDA Metro Jaya dan Polres Jakarta Barat, KPAI meminta pihak kepolisan menangani dengan prinsip kepentingan terbaik bagi anak dan ditangani sesuai ketentuan UU Perlindungan Anak dan UU Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA).
- KPAI menghimbau Dinas Pendidikan, Kemdikbud dan Kemenag juga proaktif mencari anak-anak murid di Rumah Sakit, Polda Metro Jaya, Polres Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Anak-anak murid harus dipastikan keberadaannya dan keselamatannya.
Itulah ketiga informasi penting terkait demo yang dilakukan oleh pelajar SMK dan STM kemarin sore hingga malam.
Semoga permasalahan di Indonesia ini dapat segera teratasi agar tak lagi berjatuhan korban.
Baca juga:
- Eksklusif: Psikolog Ungkap 3 Cara Jelaskan Berita Kerusuhan pada Anak
- KPAI: Pramuka Bisa Ajarkan Anak Kenali Berita Hoax di Internet