Tak Hanya Selamatkan Bumi, Earth Hour Juga Bisa Cegah Corona!
Bagaimana bisa? Simak penjelasan berikut ini
30 Maret 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada 28 Maret 2020 yang lalu sejak pukul 20.30 hingga 21.30 seluruh masyarakat dunia mengambil bagian dalam gerakan global yang disebut Earth Hour, yang pada tahun ini dirayakan di tengah pandemi global virus corona atau Covid-19.
Earth Hour adalah tradisi tahunan yang digagas World Wide Fund (WWF) di mana masyarakat dianjurkan untuk mematikan lampu mereka guna menyebarkan kesadaran tentang keberlanjutan dan perubahan iklim.
Hal tersebut nyatanya bukan hanya dapat menyelamatkan bumi dari perubahan iklim, namun juga bisa mencegah terbentuknya virus-virus baru, seperti yang kini tengah marak diperbincangkan, yakni virus corona.
Bagaimana bisa? Apakah kaitan earth hour dengan terbentuknya virus corona? Berikut Popmama.com telah merangkum beberapa informasi pentingnya.
Editors' Pick
1. Hubungan gerakan earth hour dengan pencegahan terciptanya virus corona
Saat membaca artikel ini, mungkin kamu bertanya-tanya, apakah kaitannya earth hour dengan pencegahan terbentuknya virus baru?
Saat ditemui secara virtual pada acara konferensi pers Earth Hour 2020 #dirumahaja: Krisis Global Covid-19, Urgensi Mengembalikan Kesehatan Bumi pada 27 Maret 2020 yang lalu, Drh. Tri Satya Putri Naipospos, Mphil., Phd, Ahli Kesehatan Hewan mengatakan bahwa menjaga dan mencintai lingkungan beserta hewan di dalamnya merupakan salah satu pencegahan terjadinya virus baru, seperti corona yang saat ini sedang dirasakan oleh warga dunia.
Bukan tanpa alasan, hal tersebut bisa terjadi karena adanya zoonosis atau ancaman bagi biodiversitas. Penyakit zoonotik ini dapat terjadi apabila ada patogen dari spesies tertentu (tempat di mana patogen tersebut berevolusi) melompat ke inang barunya.
Hal tersebut terjadi akibat perdagangan satwa liar, kerusakan habitat, hingga perubahan iklim yang semuanya dilakukan oleh ulah manusia.
Oleh karena itu, sebaiknya masyarakat tidak hanya mematikan lampu saat earth hour saja, namun kita juga harus bisa mencintai dan menjaga lingkungan dengan cara menghentikan perdagangan satwa liar, menghentikan pembakaran hutan hingga merusak habitat hewan, dan mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai yang bisa memengaruhi perubahan iklim.
2. Awal mula terciptanya virus corona atau COVID-19
Seperti yang kita ketahui, virus corona atau COVID-19 bermula dari kota Wuhan yang berada di negara Cina.
Terciptanya virus tersebut dipercaya akibat masyarakat di sana sering memperdagangkan dan mengonsumsi hewan liar seperti kelelawar.
Diketahui, perdagangan dan pasar satwa liar dengan berbagai spesies hidup yang ditempatkan bersama dan disembelih di permukaan yang sama bertindak sebagai tempat berkembangbiak yang sempurna untuk patogen baru.
Satwa-satwa liar yang berada dalam kondisi stres akhirnya bertukar kotoran dan juga virus-virus sebelum disembelih.
Hal tersebut memungkinkan darah dan organ mereka terpapar ke manusia dan meningkatkan risiko tertular.
Diketahui, kelelawar sendiri juga merupakan inang perantara virus SARS-CoV dan MERS-CoV. Ketika kelelawar terinfeksi patogen yang dapat membunuh manusia, mereka tidak menunjukan gejala penyakit yang nyata, namun mereka mampu membawa virus yang sifatnya persisten untuk jangka waktu yang lama.
Kembali lagi pada poin pertama, peristiwa ini terjadi apabila manusia berburu satwa liar atau merusak habitatnya, sehingga virus dan patogen lainnya melompat antar spesies.
Hingga kini, sejumlah peneliti setuju bahwa kerusakan biodiversitas yang dibuat oleh manusia menciptakan kondisi di mana virus baru seperti Covid-19 muncul.