Waspada! Kerja Terlalu Lama bisa Tingkatkan Kematian
Jangan lupa batasi jam kerja agar tidak berlebihan ya, Ma
28 Mei 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memberikan dedikasi terbaik pada perusahaan dengan bekerja keras memang baik, namun bukan berarti tidak memerhatikan kesehatan dengan terlalu banyak lembur.
Mungkin bagi sebagian orang yang merupakan sangat menggilai bekerja, tentu lembur menjadi salah satu hal yang tidak begitu bermasalah. Nah, perlu diketahui bahwa seseorang yang bekerja terlalu lama akan meningkatkan kematiannya, sehingga jam kerja harus dibatasi.
Berikut ini Popmama.com telah merangkum beberapa informasi serta penjelasan dari WHO terkait hal tersebut.
1. Hilangnya nyawa terkait dengan jam kerja yang panjang
Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukan bahwa bekerja dalam waktu yang lama dapat menimbulkan risiko kersehatan kerja yang membunuh ratusan ribu orang setiap tahunnya.
Penelitian tersebut menemukan, hilangnya nyawa dan kesehatan berkaitan dengan jam kerja yang panjang pada 2016 mencapai 745.000 orang.
Sekitar 398.000 orang meninggal akibat stroke dan 347.000 karena jantung. Diketahui, mereka memiliki jam kerja setidaknya 55 jam atau lebih dari seminggu.
Antara tahun 2000 dan 2016, jumlah kematian akibat penyakit jantung terkait jam kerja panjang meningkat sebesar 42% serta penyakit stroke sebesar 19%.
Editors' Pick
2. Kerap terjadi pada pria dan pekerja paruh baya
Hasil studi yang diterbitkan dalam jurnal Environment Internasional menyebutkan bahwa beban penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan ini mayoritas terjadi pada pria yakni sebesar 72% kematian, orang yang bertempat tinggal di Pasifik Barat dan kawasan Asia Tenggara, serta para pekerja paruh baya atau lebih tua.
Kematian yang tercatat sebagian besar terjadi pada usia 60-79 tahun, yang telah bekerja selama 55 jam atau lebih per minggunya antara usia 45 dan 74 tahun.
Diketahui, jam kerja yang panjang tersebut bertanggung jawab atas sekitar sepertiga dari total perkiraan beban penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan. Sehingga hal ini ditentukan sebagai faktor risiko dengan beban penyakit akibat kerja terbesar.