Faktor gaya hidup berperan besar sebagai salah satu penyebab sakit kepala secara umum dan untuk jenis sakit kepala tertentu di zaman serba modern.
Hal ini diakibatkan karena kebiasaan gaya hidup bisa menjadi strategi pencegahan utama untuk sakit kepala.
Ada lima faktor gaya hidup menjadi picu sakit kepala dan migrain. Apa sajakah itu? Simak penjelasan Popmama.com berikut ini!
1. Penggunaan smartphone yang berlebihan dapat memicu sakit kepala
Pexels.com/George Dolgikh
Melansir Verywell, penggunaan smartphone dapat menyebabkan beberapa gejala, seperti migrain, sakit kepala, pusing, sakit leher, mata tegang, dan lainnya.
Para peneliti meyakini durasi penggunaan smartphone berhubungan langsung terhadap frekuensi sakit kepala. Hal ini disebabkan karena gejala sakit kepala sering terjadi setelah menggunakan smartphone.
Para peneliti juga menemukan fakta bayi dalam kandungan yang terpapar penggunaan smartphone sebelum lahir cenderung menderita sakit kepala selama periode tahun pertama masa kanak-kanak.
Namun, penggunaan smartphone sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, maka diperlukan strategi dalam penggunaanya, agar gejala sakit, migrain, dan gejala lainnya dapat dihindari.
Jadwalkan waktu-waktu tertentu, dimana kamu jauh dari gadget, khususnya saat makan malam dan kumpul bersama keluarga maupun teman.
Setting pesan yang masuk di gadget dengan mode senyap dan periksa pesan pada interval terjadwal.
Jangan simpan smartphone di kamar pada malam hari.
Mencari hobi yang disukai agar jauh dari gadget
Editors' Pick
2. Penggunaan AC yang berlebihan
Pexels.com/Helena Lopes
Penggunaan AC yang berlebihan tanpa minum air bisa menyebabkan dehidrasi. Dilansir laman MedicalNewsToday, hal ini bisa menyebabkan sakit kepala. Hasil penelitian yang dipublikasikan jurnal National Library of Medicine tahun 2021 dengan judul “Dehydration and Headache” juga mengungkapkan hal yang sama.
Berdasarkan laporan Harvard Health Publishing, beberapa orang lebih rentan terhadap dehidrasi yang bisa menyebabkan sakit kepala. Sakit kepala tersebut terjadi akibat dehidrasi dan bisa terjadi di seluruh kepala, kepala bagian belakang ataupun depan. Bahkan, bisa saja terjadi pada satu sisi kepala, tetapi hal ini jarang terjadi.
3. Kualitas tidur yang buruk atau kurang tidur
Pexels.com/Karolina Grabowska
Dilansir laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, berdasarkan penelitian University of California dan King’s College London, bahwa gadget dipakai dekat dengan waktu tidur dapat mengganggu pola tidur alias memengaruhi secara negatif kualitas tidur dan tidur lebih sebentar.
Kualitas tidur yang buruk bisa berdampak terhadap kesehatan fisik, termasuk resiko sakit kepala. Pasalnya, saat tidur tubuh berproses memperbaiki sel-sel tubuh, sehingga membantu tubuh dan otak berfungsi optimal.
Dilansir pula berdasarkan laman MedicalNewsToday, bahwa kualitas tidur yang baik dapat mencegah dan mengobati sakit kepala.
4. Gaya hidup sedentary bisa buat sakit kepala
Pexels.com/Ivan Samkov
Pekerjaan kantor ataupun kegiatan mencari hiburan bisa dengan mudahnya diakses dengan gadget. Lalu, bagaimana kehidupan modern seperti saat ini membuat individu modern bergaya hidup sedentary?
Gaya hidup sedentary membuat seseorang jadi kurang bergerak dalam keseharian, apalagi latihan. Kurang latihan dapat memicu sejumlah masalah kesehatan, termasuk memicu sakit kepala.
Jadi, dengan latihan teratur, seperti berjalan kaki, bersepeda, beraktivitas lainnya dapat membantu mencegah sakit kepala. Hal ini dilansir dari NY Neurology Associates.
5. Terlalu banyak mengonsumsi MSG
Pexels.com/RDNE stock project
Food and Drug Administration (FDA) telah mengeluarkan label bahwa MSG aman dikonsumsi. Meski demikian, dilansir Healthline, beberapa konsumen dilaporkan sakit kepala atau migrain setelah mengkonsumsi MSG.
Namun demikian, migrain dapat terjadi ketika ada faktor pemicunya. Dilansir Harvard Health Publishing, faktor pemicu migrain adalah MSG di samping kafein, peningkatan kelembaban atau panas, tidur berlebihan, kelelahan, tekanan emosi, cahaya lampu yang terang atau berkedip-kedip, suara keras, bau menyengat, telat makan, alkohol, cokelat, nitrat dalam daging dan ikan yang diawetkan, hingga aged cheese.
Terlepas dari hal tersebut, relasi antara sakit kepala atau migrain dengan konsumsi MSG masih pro kontra di kalangan para peneliti.
Berdasarkan penelitian tahun 1969 dengan menggunakan tikus sebagai objek percobaan, hasilnya menunjukkan dosis tinggi MSG menyebabkan kerusakan syarat dan mengganggu pertumbuhan serta perkembangan tikus yang baru lahir.
Sementara itu, penelitian lainnya menunjukkan hal sebaliknya bahwa MSG tidak berdampak sama sekali terhadap kesehatan otak karena tidak dapat melewati darah otak atau blood-brain barrier.
Namun, beberapa orang dilaporkan sensitif terhadap MSG dan mengalami gejala sakit kepala, otot tegang, kesemutan, mati rasa, hingga lemas. Sementara itu, penelitian lainnya tak menemukan bukti dampak mengkonsumsi MSG. Jadi, karena hal ini masih bersifat kontroversial, maka langkah terbaiknya adalah hindari konsumsi MSG yang berlebihan.
Untuk menghindari sakit kepala dan migrain akibat gaya hidup modern, tetaplah berolahraga secara teratur dan menjaga pola makan yang sehat.