Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) mencatat bahwa Facebook menjadi salah satu tempat penyaluran berita hoaks terbanyak selama tahun 2022. Hal ini pun dilakukan dan menjadi sebuah pertanyaan, media sosial selain Facebook sebagai sarang penyebaran hoaks.
Salah satunya media sosial lainnya adalah WhatsApp. Berdasarkan data Kominfo per tahun 2029, ada sekitar 431.065 aduan konten negatif yang telah diterima. Konten yang paling banyak diadukan adalah bersifat pornografi. Konten aduan terbanyak kedua adalah fitnah dengan jumlah total sebanyak 57.984.
Kominfo juga menerima aduan masyarakat yang masuk ke dalam kategori meresahkan dan jumlahnya mencapai 53.455. Bahkan, beberapa konten lainnya seperti penipuan sebanyak 18.845 dan konten hoaks 15.361.
Aduan lain yang diterima Kominfo adalah berkaitan dengan SARA, kekerasan terhadap anak, terorisme, dan penyalahgunaan obat terlarang.
Maka dari itu, sebagai generasi yang sudah semakin melek akan teknologi, sebaiknya berhati-hati dengan informasi palsu. Caranya adalah dengan bersikap skeptis dan tidak mudah percaya.
Berikut Popmama.com telah merangkum informasi dari Mafindo seputar penyebaran hoaks.
1. Facebook, Twitter, dan WhatsApp menjadi kanal hoaks yang banyak disebarkan
Freepik/Pikisuperstar
Tidak hanya Facebook saja, tetapi posisi kedua ditempati oleh Twitter, dan ketiga oleh WhatsApp sebagai kanal di mana hoaks banyak disebarkan.
Bahkan, Mafindo merincikan di Facebook ditemukan 627 kasus hoaks atau 36,9 persen, Twitter dengan 416 temuan atau 24,5 persen, dan WhatsApp dengan 226 temuan atau 13,3 persen.
Posisi Facebook tidak berubah selama beberapa tahun terakhir dan selalu menjadi peringkat pertama. Namun, untuk Twitter dan WhatsApp ini kadang bergantian posisinya.
Editors' Pick
2. Temuan baru hoaks di media sosial TikTok
Seiring berjalannya popularitas TikTok yang semakin meroket, temuan hoaks di media sosial ini pun semakin tinggi. Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, TikTok ditemukan ada 133 hoaks atau 7,8 persen.
Mafindo mengaku sudah mengamati ada peningkatan penggunaan TikTok sebagai saluran penyebaran hoaks, terlebih lagi di tahun 2022.
3. Dark social dan Word of mouth (WOM)
Freepik
Meski demikian, komposisi yang ada tidak merepresentasikan ekosistem hoaks secara keseluruhan. Hal ini disebabkan masih ada wilayah yang belum terpantau, seperti dark social dan word of mouth (WOM).
Di sisi lain, Mafindo mengaplikasikan tipe narasi dalam hoaks menjadi beberapa bagian. Selama tahun 2022 lalu, tipe narasi hoaks yang paling dominan adalah tipe wedge driver, sekitar 651 hoaks atau 38,3 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa narasi hoaks 2022 cenderung menyimpan motif tersembunyi guna membangkitkan sentimen negatif terhadap suatu isu tertentu.
4. Gambar dan video digunakan sebagai penguat hoaks
Freepik
Gambar dan video paling banyak digunakan sebagai penguat atau klaim hoaks dan ditemukan sebanyak 1.137 hoaks atau 67 persen. Selain itu, klaim hoaks terkadang disampaikan dalam caption atau berbentuk tulisan.
Untuk menyebarkan aksi hoaks, biasanya mereka mencantum nama pemerintah pusat maupun daerah dengan temuan sebanyak 417 hoaks atau 24,6 persen.
Dominasi penyebaran hoaks ini harus diwaspadai. Hal ini dilakukan oleh penyebar hoaks sebagai upaya menurunkan kepercayaan publik terhadap pemerintah.
5. Cara cerdas mencegah penyebaran hoaks di Medsos
Freepik
Beberapa cara untuk mencegah penyebaran hoaks di medsos, sebagai berikut.
hati-hati dengan judul provokatif. Biasanya, penyebar berita hoaks mengubah atau menambahkan sesuatu agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoaks.
Cermati alamat situs. Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43 ribu situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang terverifikasi sebagai situs berita resmi tak mencapai 300. Artinya, terdapat puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu.
Periksa fakta. Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, hal ini dapat menjadi sebuah pertanyaan. Selain itu, kamu harus tau dan bedakan antara fakta dan opini.
Cek keaslian foto. Di era teknologi digital saat ini, bukan hanya konten berupa teks saja yang dapat dimanipulasi, tetapi juga konten berupa video dan foto. Cara mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag and drop ke kolom pencarian Google Images.
Jadi, untuk kamu yang melek akan teknologi digital, kamu harus jauh lebih berhati-hati memilih informasi yang akan kamu konsumsi. Bahkan, edukasikan kepada keluarga atau kerabat terdekat yang mudah percaya dengan berita hoaks.