Bahaya Mikroplastik Bagi Manusia Banyak Ditemukan di Seafood?
Mikroplastik menjadi polutan di laut yang merusak ekosistem
1 Mei 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sampah plastik semakin lama semakin terus bertambah. Masalahnya, sampah plastik ini sangat sulit untuk dapat terurai di alam. Sehingga, setiap plastik yang digunakan akan menjadi beban sampah plastik yang akan terus menumpuk.
Permasalahan sampah plastik ini tidak hanya sampai disitu. Sampah plastik yang dihasilkan dari botol minum, kantong plastik, tas, bahkan pakaian hingga berbagai kebutuhan rumah tangga seperti deterjen, sabun, pasta gigi, dan sebagainya menghasilkan mikroplastik yang mencemari lingkungan.
Mikroplastik merupakan potongan plastik yang sangat kecil yang mencemari lingkungan. Bisa dikategorikan mikroplastik ketika diameternya kurang lebih 5 mm kebawah. Ukuran yang sangat kecil namun menyebabkan dampak yang cukup bahaya.
Permasalahan mikroplastik belakangan ini sudah mulai ramai diperbincangkan. Sebab, selain mencemari lingkungan, dampak bahayanya juga berimbas pada manusia.
Popmama.com ingin mengajak Mama untuk mengetahui bahaya mikroplastik bagi manusia. Agar kita sama-sama lebih bijak dalam membeli barang dan menggunakannya.
Permasalahan Sampah Plastik yang Mengganggu Ekosistem Biota Laut
Pada awalnya, permasalahan sampah plastik sering menjadi masalah karena mengganggu estetika. Sebab, sampah plastik yang terkumpul sulit untuk terurai maupun diolah kembali sehingga sampah plastik itu terus bertambah.
Kini, masalah sampah plastik menjadi lebih serius. Sebab, sampah plastik dapat mencemari lingkungan, terutama laut. Banyak sampah yang mengapung di laut. Bisa dikarenakan sampah plastik yang terbawa oleh air sungai hingga bermuara ke laut maupun manusia yang sengaja membuang sampah plastik ke laut.
Sampah plastik yang mengapung di laut mengganggu ekosistem biota di laut. Banyak kasus yang menemukan isi perut ikan berisi sampah-sampah plastik. Ikan-ikan tersebut mengira bahwa sampah plastik yang mengapung di laut adalah mangsanya.
Bahkan, beberapa waktu yang lalu sempat viral seekor penyu yang hidungnya terluka akibat tersumbat oleh sedotan plastik. Hal ini menunjukkan bahwa sampah plastik ini sangat mengganggu ekosistem biota laut.
Editors' Pick
Sampah Plastik yang Terlihat Kemungkinan Hanya 1% dari Jumlah Sampah Plastik yang Ada di Laut
Beberapa waktu lalu, beberapa pantai di Bali mendapatkan kiriman sampah dengan berat mencapai 200 ton. Beberapa pantai tersebut antara lain pantai Seminyak, Legian, dan Kuta. Sampah-sampah itu kemungkinan adalah kiriman dari pulau lain.
Kejadian tersebut tidak hanya terjadi di Bali atau Indonesia saja. Beberapa daerah di negara lain juga pernah mengalami hal yang serupa.
Hal ini seharusnya menjadi teguran bagi manusia untuk lebih bijak dalam menggunakan barang, terutama plastik. Sebab, dampaknya sangat merusak kondisi alam.
Melansir dari BBC News, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari University of Manchester, kemungkinan sampah-sampah plastik yang terlihat di permukaan itu jumlahnya hanya 1% dari total keseluruhan. 99% sisanya tidak diketahui keberadaannya.
Bisa jadi, 99% sampah plastik yang tidak terlihat itu terpecah menjadi sedimen di bawah laut atau juga termakan oleh hewan laut. Para peneliti menunjukkan bahwa sedimen yang terkumpul di bawah laut mengandung banyak mikroplastik.