Kondisi Memprihatinkan, Sampah Plastik Meningkat di Masa Pandemi
Sampah plastik meningkat pesat, kenapa?
30 Juni 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semenjak mewabahnya Covid-19 di Indonesia, banyak hal yang berubah. Mulai dari tempat bekerja, waktu bekerja, belajar, hobi baru, kebiasaan berbelanja, cara bersosialisasi, dan banyak hal lainnya.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa mewabahnya Covid-19 ini juga memberikan dampak yang tidak diharapkan, seperti merosotnya ekonomi negara hingga persoalan sampah.
Lagi-lagi sampah menjadi persoalan yang belum juga tuntas. Apalagi, semenjak mewabahnya Covid-19 penggunaan plastik semakin meningkat.
Walaupun mall tidak beroperasi dan pertokoan lainnya juga tutup, permasalahan sampah plastik masih menjadi persoalan.
Di kesempatan kali ini, Popmama.com akan memberikan kabar tentang isu sampah plastik yang sangat memprihatinkan. Agar kita menjadi lebih aktif dalam mengurangi sampah plastik.
Editors' Pick
Kebutuhan Perlengkapan Medis Meningkat Drastis Membuat Isi Laut Lebih Banyak Sampah Medis daripada Ubur-ubur
Ketika Covid-19 mewabah dan mulai maraknya protokol pencegahan penularan, para aktivis dari berbagai lembaga peduli lingkungan sudah mulai memberikan peringatan akan potensi meledaknya sampah plastik.
Bahkan, sebelum masa pandemi pun mereka juga sudah memberikan peringatan akan permasalahan ini. Jumlah sampah plastik selalu meningkat tiap tahunnya dan banyak ditemukan di perairan.
World Widelife Fund for Nature (WWF) menggambarkan fenomena membludaknya sampah plastik di laut Mediterania ibaratkan membuang 33.800 botol plastik setiap menitnya ke laut. Angka tersebut menjadi meningkat pesat seiring mewabahnya Covid-19.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa potensi membludaknya sampah plastik akan terjadi di era pandemi, terutama perlengkapan medis seperti masker, sarung tangan, APD, botol sanitizer, dan lainnya. Bahkan, pemerintah Perancis sendiri sudah memesan hampir 2 miliar masker untuk negaranya.
Konservasionis pun telah menemukan sampah masker dan sarung tangan mengambang di laut dalam jumlah besar seperti ubur-ubur. Dikhawatirkan, sampah-sampah tersebut dianggap makanan oleh hewan laut lainnya dan mengancam populasi hewan yang ada di laut.
Sampah Plastik Meningkat Seiring Meningkatnya Kebiasaan Masyarakat Belanja secara Online
Tidak hanya persoalan sampah medis yang menjadi kekhawatiran para pemerhati lingkungan tapi juga kemasan plastik yang kini jumlahnya semakin meningkat.
Adanya pandemi Covid-19 membuat sebagian besar masyarakat merubah cara belanjanya secara online. Penggunaan plastik pun otomatis meningkat.
Hal itu dikarenakan, penggunaan plastik dinilai lebih mudah, mudah, dan relatif aman untuk digunakan sebagai kemasan pengiriman barang.
Penggunaan plastik dalam mengemas suatu barang pun biasanya tidak hanya satu jenis plastik. Mulai dari tempat kemasan barang itu sendiri, selotip, bubble wrap, hingga plastik lapisan terluar kemasan.
Tak cukup sampai di situ, biasanya pihak ekspedisi juga menambahkan lapisan plastik lagi.
Dalam satu kali pengiriman satu paket saja sudah membutuhkan begitu banyak plastik.
Apalagi, selaku konsumen juga tidak mau mengambil risiko tertular Covid-19. Begitu paket tiba di rumah, paket akan langsung disterilkan, dibuka, dan kemasannya pun langsung dibuang. Sehingga tidak heran kalau sampah plastik kian bertambah.