Hindari Dulu! Beberapa Kegiatan Silaturahmi yang Berisiko Covid-19
Jika di lingkungan rumah mengadakan acara ini, lebih baik Mama menolaknya secara halus
7 Oktober 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Berdasarkan data yang dirilis Pemprov DKI Jakarta dalam situs corona.jakarta.go.id hingga Selasa (6/10/2020), jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 311.176 kasus. Jumlah ini muncul setelah terjadi penambahan 4.056 kasus baru.
Sementara untuk pasien sembuh, terdapat 236.437 orang dan untuk pasien yang meninggal ada 11.374 jiwa.
Salah satu klaster yang menyumbang kasus cukup banyak adalah klaster keluarga. Klaster ini merupakan penyebaran virus Covid-19 di antara sesama anggota keluarga.
Klaster ini bisa menyebar dengan cepat jika seseorang yang terinfeksi melakukan kegiatan berkumpul bahkan tanpa protokol kesehatan, terutama di lingkungan sekitar rumah.
Ada beberapa kegiatan silaturahmi di lingkungan rumah yang dapat berisiko menyebarkan dan menularkan Covid-19. Berikut Popmama.com paparkan selengkapnya.
1. Menjenguk bayi yang baru lahir atau orang yang sedang sakit
Kegiatan silaturahmi berisiko Covid-19 yang pertama adalah menjenguk bayi yang baru lahir atau orang yang sedang sakit. Kita tidak tahu apakah diri sendiri atau orang yang kita jenguk sudah terinfeksi virus atau belum.
Mungkin Mama merasa tidak enak dengan tetangga jika tidak menjenguknya. Atau bahkan khawatir dibicarakan yang tidak baik oleh tetangga lain jika tidak datang menjenguk. Tapi, di tengah pandemi saat ini, lebih baik Mama secara tegas hilangkan perasaan itu.
Baru-baru ini ada kasus positif Covid-19 di Ponorogo, Jawa Timur yang disebabkan oleh klaster jenguk bayi.
Kasus ini terjadi setelah para tetangga dan kerabat dekat dari Mama yang baru melahirkan berusaha menjenguk bayi baru lahir tersebut. Saat itu, belum ada yang mengetahui bahwa keluarga yang mereka kunjungi ternyata positif Covid-19.
Sang Mama beserta keluarganya terkonfirmasi positif setelah melakukan tes. Bahkan bidan yang membantu persalinan juga turut dinyatakan positif.
Menjenguk bayi saja sudah berisiko, apalagi jika menengok orang yang sedang sakit. Kondisi orang tersebut bisa bertambah buruk jika ternyata Mama membawa virus. Begitu pula sebaliknya, Mama bisa tertulari virus darinya.
Editors' Pick
2. Melayat orang meninggal sambil menyalami keluarga penyelenggara takziah
Ini mungkin cukup sulit, terutama jika teman atau kerabat dekat yang meninggal. Namun, melayat merupakan salah satu acara yang dikerumuni orang-orang ini sangat berisiko penyebaran Covid-19. Jadi, Mama harus bijaksana dalam membuat keputusan kehadiran.
Beberapa kasus Covid-19 terjadi usai menghadiri acara tersebut. Di Provinsi Riau, seorang bayi berusia 10 bulan di Kota Pekanbaru dinyatakan positif Covid-19 karena diduga tertular dari acara melayat atau takziah.
Sementara di Kabupaten Bintan, seorang dokter terkonfirmasi positif usai melayat ibunya yang meninggal. Dan di Semarang, kasus Covid-19 akibat klaster takziah terjadi karena saling bersalaman dan cium pipi kanan serta pipi kiri dengan keluarga penyelenggara.
3. Menghadiri acara pernikahan yang membuat kita ada dikerumunan dengan tamu lain
Meskipun pandemi masih berlangsung, tapi sudah banyak masyarakat yang mengadakan acara pernikahan dengan mengundang teman atau kerabat dekat. Acara ini melibatkan banyak orang sehingga risiko penyebaran virus cukup tinggi.
Sudah ada beberapa kasus Covid-19 di Indonesia yang diakibatkan klaster resepsi pernikahan, salah satunya yang sempat heboh di Semarang, di mana keluarga pengantin akhirnya meninggal akibat Covid-19.
Ditambah, jika acara tersebut tidak patuh protokol kesehatan, yaitu mengundang tamu lebih dari yang seharusnya serta masih dijalankannya tradisi menyalami pengantin. Kedua pengantin maupun orangtua keduanya bisa berisiko tertulari Covid-19 dari kontak tersebut.
Selain itu, perias pengantin juga berisiko akibat kontak dengan mempelai perempuan ketika meriasnya.
Mama yang datang sebagai tamu pun sudah pasti berisiko karena berada dikerumunan tamu undangan lainnya.
4. Arisan Mama dengan para tetangga di lingkungan rumah
Arisan tentu termasuk salah satu kegiatan silaturahmi yang berisiko Covid-19. Hampir semua Mama pasti mengikuti arisan di lingkungan rumah.
Jika dulu arisan dilakukan dengan berkumpul bersama di rumah setiap anggota secara bergantian, kini harusnya mulai berbeda. Apabila masih sama, tentu meningkatkan risiko penyebaran Covid-19. Ditambah, jika ada yang tidak menjalankan protokol kesehatan.
Ketika para Mama sudah berkumpul, perbincangan sudah pasti tak terelakkan. Dan virus bisa tersebar melalui droplet ketika Mama dan anggota arisan lainnya sedang berbincang.
Arisan pun biasanya tersedia beragam camilan atau makanan. Penggunaan alat makan bersama juga bisa menjadi media penyebaran Covid-19.
Kasus klaster arisan yang baru-baru ini terjadi ada di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
5. Rapat masyarakat, seperti pemilihan ketua RT atau perayaan hari besar
Rapat masyarakat di lingkungan rumah, seperti pemilihan ketua RT atau RW, perayaan hari besar, atau mungkin terkait penanganan Covid-19 di area perumahan pasti ada saja.
Meski hanya dihadiri beberapa orang, acara ini juga tetap berisiko penyebaran Covid-19. Ada baiknya, jika acara rapat bersama warga dilakukan melalui media elektronik untuk mengurangi risiko penyebaran virus.
Walaupun Mama tidak bisa menghadiri acara-acara tersebut secara langsung, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghargai orang yang mengundang.
Contohnya, melakukan panggilan video, menelepon, atau mengirimkan hadiah sehingga Mama tetap bisa berpartisipasi dalam acara tersebut tanpa harus mendapat risiko tertulari Covid-19.
Baca juga:
- 211 Anak Bekasi Kena Covid-19, Ayo Cegah Penularan di Kluster Keluarga
- Tips Aman Berenang di Kolam Renang Umum saat Pandemi Covid-19
- Bersiap New Normal, Ini Daftar Barang yang Wajib Dibawa dan Digunakan