Memanfaatkan Sampah Jadi Segudang Manfaat dengan Membuat Eco-Enzyme
Membuat eco-enzyme untuk bersih-bersih di rumah
21 Februari 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mungkin kita sudah sering mendengar sampah organik sebagai sampah yang bisa dengan mudah terurai di alam. Sampah organik ini sehari-hari kita produksi di rumah sebagai hasil limbah dapur.
Sampah dapur ternyata tidak hanya sekadar sampah. Sampah ini masih memiliki kebermanfaatan apabila diolah kembali menjadi hal lain. Hal yang paling sering dilakukan untuk memanfaat sampah dapur ini adalah dengan menjadikan sampah dapur menjadi pupuk organik.
Biasanya diperlukan waktu hanya sekitar seminggu hingga sampah dapur bisa digunakan sebagai pupuk. Pupuk yang dihasilkan dari sampah organik pun ada dalam bentuk pupuk padat dan pupuk cair.
Namun, selain dijadikan pupuk, sampah dapur juga bisa dijadikan eco-enzyme. Eco-enzyme masih belum terlalu familiar di kalangan masyarakat umum. Jadi wajar jika Mama masih terasa asing dengan istilah ini. Padahal, eco-enzyme sendiri memiliki manfaat yang luar biasa untuk keperluan bersih-bersih di rumah.
Untuk lebih jelasnya tentang eco-enzyme, terkait dengan Hari Sampah Nasional yang diperingati setiap 21 Februari, yuk simak penjelasan Popmama.com berikut ini mengenai pembuatan eco-enzyme sendiri di rumah.
Mari Mengenal Apa yang Dimaksud dengan Eco-Enzyme
Eco-enzyme adalah cairan hasil fermentasi antara limbah dapur, seperti kulit buah atau sayur-sayuran dengan air dan gula. Proses fermentasi ini memanfaatkan enzim dari sampah dapur agar dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan.
Eco-enzyme sendiri ditemukan dan dikembangkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong, pendiri dari Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Beliau aktif melakukan penelitian mengenai enzim selama lebih dari 30 tahun.
Biasanya, sampah dapur yang digunakan untuk eco-enzyme adalah kulit buah yang memiliki aroma segar, seperti kulit jeruk, jeruk nipis, lemon, serai, pandan, atau jahe. Setelah difermentasi selama beberapa minggu, air eco-enzyme akan berwarna kecoklatan dan memiliki aroma yang cukup kuat.
Hasil fermentasi eco-enzyme ini bisa digunakan untuk pembersih serbaguna, pembasmi hama, memberikan nutrisi pada tanah, hingga melestarikan lingkungan sekitar.
Cara Membuat Eco-Enzyme
Membuat eco-enzyme sangat mudah dan bisa dilakukan di rumah. Bahan yang diperlukan untuk membuat eco-enzyme adalah kulit buah atau sayur, gula, air, dan wadah tertutup.
Perbandingan untuk membuat eco-enzyme dari kulit buah, air, dan gula adalah 10:1:3. Namun apabila ingin menggunakan sayur maka perbandingan antara buah dan sayur adalah 80:20. Penggunaan sayur yang terlalu banyak akan membuat aroma eco-enzyme menjadi kurang segar.
Berikut cara membuat eco-enzyme untuk takaran botol 1 liter.
1. Siapkan bahan dan alat
Untuk membuat eco-enzyme, yang pertama dilakukan adalah menyiapkan semua kebutuhan bahan dan peralatannya.
Bahan:
500 ml air
50 gram gula
150 gram kulit buah
Alat:
Botol plastik bekas 1 liter atau wadah tertutup lainnya
Timbangan digital
Corong
Editors' Pick
2. Tuangkan semua bahan ke dalam botol
Masukkan kulit buah, gula, dan air ke dalam botol. Lalu kocok perlahan hingga gula larut di dalam air.
3. Simpan di tempat kering dan suhu dalam ruang
Menyimpan cairan yang difermentasi menjadi eco-enzyme harus di tempat yang kering dan berada di suhu ruang.
4. Biarkan cairan terfermentasi selama 3 bulan
Biarkan cairan terfermentasi selama tiga bulan. Buang gas di dalam botol setelah fermentasi 2 minggu pertama dengan membuka tutup botol plastik. Setelah itu 2-3 hari berikutnya buka kembali tutup botolnya. Kemudian lakukan hal yang sama setiap seminggu sekali.
5. Jika muncul cacing, tambahkan gula ke dalam cairan
Saat proses fermentasi berlangsung, akan ada lapisan putih yang mengapung di bagian atas. Jika ditemukan cacing di dalamnya, tambahkan gula dan aduk sebentar dan tutup rapat kembali.
6. Setelah 3 bulan, eco-enzyme siap panen
Setelah proses fermentasi selama 3 bulan maka eco-enzyme siap dipanen. Saring terlebih dahulu untuk memisahkan cairan dengan residu. Residu hasil dari fermentasi bisa kembali digunakan dengan menambahkan kulit buah yang akan digunakan.
Selamat bereksperimen di rumah ya, Ma. Semoga hasil eksperimennya berhasil!
Baca juga:
- Cara Membuat Pupuk Organik dari Sampah Dapur
- Suburkan Tamanan dengan Pupuk Alami di Rumah
- Kimchi Sebagai Makanan Fermentasi, Amankah Dikonsumsi untuk Ibu Hamil?