Hukum Istri Tidak Percaya dengan Suami dalam Islam
Pupuklah kepercayaan dalam rumah tangga dengan perlahan
16 Desember 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kepercayaan menjadi salah satu pilar terpenting dalam membina rumah tangga agar bisa bertahan lama. Tanpa adanya kepercayaan satu sama lain antara suami dan istri, maka risiko terjadinya masalah pun sangat besar.
Perlu kita pahami bahwa pada dasarnya kepercayaan adalah hal yang tidak bisa timbul dengan begitu saja, melainkan harus dibangun secara perlahan. Begitu juga dalam membangun rumah tangga. Biasanya sebelum memutuskan untuk menikah masing-masing pasangan harus memiliki rasa kepercayaan yang kuat dahulu.
Apabila dirasa kepercayaan tersebut tak bisa sepenuhnya tumbuh dalam hubungan, lebih baik pikirkan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menikah. Kondisi tersebut sering sekali berakhir pada cerita yang buruk, yaitu perceraian karena tidak adanya kepercayaan antar suami dan istri.
Dalam Islam, kepercayaan adalah suatu hal yang paling berharga. Maka dari itu, perihal hubungan rumah tangga, kita diharuskan untuk tunduk pada suami dan salah satunya dengan percaya kepadanya.
Namun, nyatanya masih sering ditemukan fenomena ketidakpercayaan istri kepada suami, hingga berakhir pada perpisahan. Kira-kira Mama penasaran nggak sih bagaimana pandangan Islam terhadap hal tersebut?
Nah, kali ini Popmama.com telah merangkum informasinya dalam hukum istri tidak percaya dengan suami dalam Islam.
Yuk, diperhatikan dengan baik!
Editors' Pick
Hukumnya Haram, Berisiko Memunculkan Rasa Curiga dan Cemburu Buta
Perlu dipahami bahwa rasa ketidakpercayaan pada suami menjadi pangkal dari timbulnya beragam masalah, seperti curiga dan cemburu yang berlebihan. Meskipun dalam Islam, cemburu ditandai sebagai bentuk kasih sayang. Namun, jika sudah menjadi cemburu buta atau terlalu berlebihan tentu tidak diperbolehkan.
Apabila hal tersebut terjadi dalam rumah tangga, maka hubungan tidak akan sehat. Tak ada satu pun manusia yang nyaman hidup berdampingan dengan rasa curiga dan cemburu.
Sebagai istri yang baik, kita harus tunduk kepada suami dengan cara memercayainya. Dalam segala situasi, kita harus tunduk karena suami adalah sosok yang bertanggung jawab pada kehidupan istri di dunia dan akhirat.
Anjuran tersebut berdasarkan pada sabda Rasulullah SAW bahwa:
لوكنت أمرا أحدا أن ينجد لأحد لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها
من عظم حقه عليها.
Artinya:
"Jika aku harus memerintahkan seorang manusia untuk tunduk pada manusia lain, maka aku harus memerintahkan seorang istri untuk tunduk pada suaminya (sebagai tanda) karena keunggulan hak-hak suami (karunia) atas istrinya."
Memiliki rasa tidak percaya sampai mencurigai suami dengan rasa cemburu, merupakan salah satu ciri istri yang durhaka terhadap suaminya. Hal ini pernah diterangkan oleh Ali bin Abi Thalib bahwa:
Janganlah kalian terlalu sering cemburu terhadap pasanganmu karena justru keburukan akan mendatangimu.”
Sebagai istri yang salihah, kita harus mampu mengendalikan emosi dan rasa cemburu serta curiga terhadap suami. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menanamkan rasa saling percaya, jujur, dan terbuka untuk menghindari timbulnya konflik.
Rusaknya Kepercayaan Istri Disebabkan oleh Suatu Hal
Untuk memudahkan pemahaman tentang kepercayaan dalam hubungan, mari kita gunakan kiasan dari sebuah tembok. Kepercayaan bagaikan tembok yang dibangun dengan segala upaya dan kesulitannya, apabila tembok tersebut berhasil berdiri hingga kokoh, begitu juga dengan rasa kepercayaan.
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa rasa kepercayaan timbul karena perilaku dan sifat yang dibangun dengan rasa kejujuran, keterbukaan serta komunikasi. Namun, apabila suatu hari tembok tersebut dihancurkan, maka ia tak akan kembali berdiri kokoh seperti semula.
Sama halnya dengan kepercayaan, apabila suami melakukan suatu hal yang mengecewakan hati istri, maka rasa kepercayaan tersebut pun akan runtuh. Merasa kecewa hingga di titik hilangnya percaya adalah rasa yang sangat membekas di perasaan manusia.
Dalam rumah tangga, kita percaya bahwa masalah dapat diselesaikan bersama-sama, tetapi ketika kepercayaan istri sudah hilang, maka membutuhkan proses dan waktu yang panjang untuk memulihkannya. Oleh karena itu, tak hanya istri saja, tetapi suami harus menjaga perilaku dan perkataan agar tidak menimbulkan masalah dalam rumah tangga.