Dalam kehidupan nyata, pernikahan bukan hanya perihal bersatunya dua insan yang saling cinta dan sayang. Melainkan juga menyatukan dua keluarga besar dari pihak perempuan dan laki-laki.
Terkadang hal tersebut menjadi tantang tersendiri, ketika pasangan yang akan menikah harus memperkenalkan karakteristik keluarga masing-masing.Tak hanya keluarga besar, jika nantinya pernikahan sudah terselenggara, masing-masing pasangan pun akan memiliki orangtua baru yang disebut dengan mertua.
Ketika menikah, sering sekali kita melihat orangtua kandung atau mertua yang ikut campur dalam urusan rumah tangga. Hal ini wajar terjadi, apalagi pada dasarnya mereka merasa lebih berpengalaman dalam hidup, tetapi sayangnya cara yang digunakan tidak tepat.
Menjalin hubungan dengan mertua adalah hal yang tidak mudah. Risiko dari ketidakharmonisan dengan orangtua pasangan sangat beragam, mulai dari dibenci, tidak dipercaya, hingga terkena fitnah.
Tentu hal tersebut menjadi mimpi buruk dari para calon pasangan yang ingin menikah.
Kondisi ini tentunya juga diatur dalam agama, berikut ini Popmama.comtelah merangkum informasi mengenai hukum mertua fitnah menantu menurut Islam.
Mari kita simak informasinya!
Haram, Islam Melarang Seluruh Umatnya untuk Melakukan Fitnah
Pexels/Pavel Danilyuk
Dalam ajaran agama Islam, fitnah merupakan suatu kebohongan besar dan dusta yang sangat merugikan, hingga termasuk dalam dosa tak akan terampuni oleh Allah SWT. Itulah mengapa fitnah hukumnya haram, apalagi dilakukan oleh seorang mertua kepada menantunya.
Allah SWT pernah berfirman pada QS. Asy-Syuraa Ayat 221-223 yang berbunyi:
“Maukah Aku beritakan kepadamu, kepada siapakah syaitan-syaitan itu selalu turun? Mereka turun ke tiap-tiap pendusta yang berdosa, yang mendengar sungguh-sungguh (apa yang disampaikan oleh syaitan-syaitan itu) sedangkan kebanyakan beritanya adalah dusta.” - (QS. Asy-Syuraa Ayat 221-223)
Perlakuan ini sering sekali kita lihat terjadi di berbagai sinetron tentang keluarga, yang di mana terdapat kisah seorang mertua membenci mantunya hingga ia berbuat fitnah. Perlu dipahami bahwa kisah tersebut menceritakan suatu perbuatan yang tak boleh dicontoh, karena hanya akan menimbulkan berbagai risiko.
Sebagai umat muslim yang baik, pihak menantu atau mertua harus bisa menjalin hubungan yang harmonis. Jika sudah sah menikah di mata agama dan negara, mereka seolah sudah seperti orangtua dan anak sendiri.
Hal ini dikarenakan hubungannya sudah terikat dalam akad pernikahan yang sifatnya suci.
Editors' Pick
Fitnah Itu Perilaku yang Lebih Kejam daripada Pembunuhan
"Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." - (QS. Al-Baqarah Ayat 217).
Dalam penggalan surat tersebut disebutkan bahwa "Berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh". Seperti itulah haramnya sebuah perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT.
Mungkin dalam kehidupan sehari-hari Mama pernah mendengar pernyataan kalau "Fitnah lebih kejam dari pembunuhan". Hal tersebut memang benar adanya karena telah tercantum dalam QS. Al-Baqarah Ayat 217.
Pernyataan ini juga dipertegas dari hadis Hudzaifah RA, Rasulullah SAW pernah bersabda:
"Tidak akan masuk surga orang yang suka menebar fitnah."
Orangtua Harus Bisa Mengenali Calon Istri atau Suami dari Anaknya untuk Terhindar dari Risiko Konflik
Pexels/Werner Pfennig
Langkah preventif yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik antara mertua dan menantu ialah dengan mengenalnya lebih dalam. Setiap orangtua pasti akan menginginkan anaknya menjatuhkan hati pada seseorang yang tepat.
Sebelum anak memutuskan untuk menikah, orangtua perlu mengenali dan dekati pasangan tersebut. Kita tidak pernah tahu bagaimana karakter dan sifat seseorang, apalagi jika bukan kita sendiri yang menggalinya.
Hubungan orangtua dengan calon menantunya yang harmonis akan menjadi faktor pendorong dalam menciptakan keluarga bahagia. Bagaimana tidak? Melihat kedua orang yang dicintai saling akrab, bahkan mampu menyayangi satu sama lain tentu memberikan kebahagiaan tersendiri.
Bahaya dan Dampak Buruk dari Fitnah dalam Keluarga
Pexels/Anastasia Shuraeva
Mertua yang nekat melakukan fitnah kepada menantu, sesungguhnya ia telah mencemarkan nama baik anaknya sendiri. Kondisi ini menjadi salah satu dampak buruk dari fitnah yang terjadi di dalam keluarga.
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa dalam Islam, fitnah merupakan suatu hal yang masih banyak dilakukan bahkan oleh seseorang yang terdekat. Fitnah biasanya mempunyai tujuan untuk menjatuhkan seseorang.
Berikut ini dampak fitnah yang bisa menimpa korban, antara lain:
Menimbulkan kesengsaraan dan keresahan
Memecah keharmonisan dan kebersamaan
Berisiko terjadinya celaka
Pelakunya menjadi orang yang munafik
Masuk ke dalam neraka
Adab Mertua kepada Menantu
Freepik/prostooleh
Ketidakharmonisan hubungan mertua dengan menantu dapat memicu konflik antara suami dan istri. Bahkan fatalnya hal ini akan berdampak pada perceraian.
Dalam Islam disarankan pasangan yang sudah menjadi suami istri untuk tinggal terpisah dari kedua orangtuanya. Langkah ini dilakukan untuk menghindari terjadinya konflik antara anak atau menantu dengan orangtua.
Tak hanya itu, Islam telah mengatur tentang adab mertua kepada menantu agar hubungan keluarga terjaga kehamonisannya. Berikut adab yang perlu diketahui, antara lain:
Menyayangi menantu sebagaimana dengan anak sendiri
Jika seorang menantu harus menghormati mertua seperti pada kedua orangtuanya sendiri, maka tidak ada bedanya dengan mertua kepada menantunya sendiri. Ia pun harus menyayangi menantu layaknya anak sendiri dengan sepenuh hati.
Menghargai menantunya
Salah satu kunci dari terjalinnya hubungan antara mertua dengan menantu yang harmonis adalah komunikasi yang baik. Jadi, apabila terjadi suatu masalah dalam keluarga, maka mertua harus menghargai pendapat menantunya.
Jangan pernah menjadi mertua yang paling tinggi kedudukannya, sampai sang menantu pun harus tunduk dan nurut dengan semua kemauan orangtua pasangannya.
Memberikan ruang kepada anak dan menantunya
Mertua yang ikut campur dalam rumah tangga anaknya, sama halnya dengan tidak memberikan ruang gerak agar anaknya bisa mandiri. Hal ini sudah tidak sewajarnya terjadi karena akibatnya hanya akan memperkeruh suasana rumah tangga anak.
Dalam buku Pernikahan Jariyah karangan Shofia Usmam dijelaskan bahwa mertua yang cerdas ialah mertua yang tidak ikut campur pada urusan rumah tangga anaknya.
Menjalin silaturahmi dengan keluarga dari menantu
Saling mengenal dan bersilaturahmi kepada keluarga menantu, atau yang sering disebut dengan besan akan membuat hubungan rumah tangga lebih harmonis. Anak beserta pasangannya pun akan turut bahagia melihat kedua orangtua beserta keluarga saling akrab.
Mencari tahu apa kesukaan menantunya
Sesungguhnya menantu adalah seseorang yang menemani anak kita hingga hari tua. Maka dari itu, sebagai orangtua kita harus bisa menjaga hubungan dengan menantu, agar anak kita dijaga dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab.
Salah satu cara mendekatkan diri dengan menantu yaitu dengan mencari tahu apa hal yang ia sukai. Tak ada salahnya sebagai mertua mengajak bicara menantunya, dan mencari tahu apa yang ia suka. Tujuannya untuk membuat hatinya senang karena merasa diperhatikan oleh orangtua pasangannya.
Tidak membicarakan aib menantu kepada orang lain
Membuka aib menantu, yang sudah menjadi bagian dari keluarga kepada orang lain adalah salah satu perbuatan dosa. Walau perilaku dari menantunya itu buruk, namun mertua seharusnya menjaga dan menutupi aib tersebut dari pihak luar.
Apabila ada seorang mertua yang berani membongkar aib menantunya kepada orang lain, maka sama saja seperti ia menyakiti hati anaknya sendiri.
Selalu mengingatkan kebaikan apapun dalam hal agama
Layaknya orangtua pada anak, sebagai mertua juga harus bisa mengingatkan kebaikan pada menantunya. Khususnya dalam hal agama, Mama memiliki hak mengingatkan menantu untuk menjalani kewajibannya beribadah.
Pada dasarnya sebagai mertua, Mama seperti memiliki anggota keluarga baru dari pasangan anakmu. Maka dari itu, bersikaplah sebaik mungkin agar menantu dapat nyaman berada di sisi keluarga mama.
Itulah hukum mertua fitnah menantu menurut Islam. Semoga informasi ini bisa bermanfaat, ya.