Seluruh umat Muslim pada dasarnya diajarkan untuk tidak memiliki emosi marah yang berlebihan. Walau marah termasuk salah satu bentuk emosi yang wajar dirasakan, tetapi harus sesuai pada aturannya.
Terlebih apabila hal ini terjadi dalam hubungan rumah tangga, sebaiknya kita sebagai istri bisa mengatur emosi marah. Hal ini dikarenakan emosi akan membawa kita untuk mengikuti hawa nafsu, yang pada akhirnya tidak memiliki manfaat apa pun.
Bahkan rasa marah bisa menimbulkan berbagai dampak buruk, baik untuk orang lain dan diri sendiri.
Salah satu penyebab terjadinya seorang suami marah karena istri menolak ajakan untuk melakukan hubungan intim. Jika hal ini membuat sudah suami kecewa dan marah sampai ia tertidur, maka berdosalah istri.
Hal ini diterangkan dalam hadis dari Abu Hurairah- radiyallahu'anhu bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
عن أبي هريرة رضي الله عنه ، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «إذا دعا الرجل امرأته إلى فراشه فَأَبَتْ فَبَاتَ غَضْبَانَ عليها لَعَنَتْهَا الملائكة حتى تصبح».
Artinya:
"Jika seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya, lalu istrinya menolak sehingga si suami melalui malam itu dalam keadaan marah kepadanya, maka malaikat melaknat istrinya itu hingga pagi." - (Hadis sahih-Muttafaq'alaih)
Untuk memahami lebih dalam mengenai kemarahan dalam rumah tangga, berikut ini Popmama.com telah merangkum informasinya dalam hukum suami tidur dengan keadaan marah dalam Islam.
Mari kita simak penjelasan detailnya, ya!
Istri Berdosa dan Dilaknat oleh Para Malaikat
Pexels/Pixabay
Nasib seorang istri yang membuat suaminya marah karena ia menolak ajakan untuk berhubungan intim telah dijelaskan pada hadis. Penjelasan hadis mengenai hal ini berasal dari Abu Hurairah-radiyahallahu'anu.
Hadis tersebut mengandung dalil bahwa apabila istri yang dipanggil suami untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, maka istri wajib untuk merespons. Apabila tidak, maka dirinya akan dilaknat oleh para malaikat karena berdosa.
Sesungguhnya perlu dipahami bahwa pernikahan dalam Islam merupakan ibadah. Salah satu tujuannya agar manusia bisa menyalurkan nalurinya (bersetubuh) secara halal.
Maka dari itu, apabila istri menolak atau membantah suami ajakan suaminya, maka ia termasuk dalam golongan istri yang durhaka.
Editors' Pick
Saat Suami Marah, Istri Tidak Boleh Menghindari Tempat Tidurnya
Pexels/Jack Sparrow
Pada dasarnya Islam mengajarkan umatnya untuk bisa menghendaki hubungan suami dan istri menjadi harmonis.
Nabi SAW pun menjelaskan kepada para umat Muslim, terkait masalah yang bisa menyusupkan kelemahan dan keretakan dalam hubungan rumah tangga.
Penyebab lain dari marahnya suami terhadap istri umumnya beragam. Bisa jadi karena perlakuan yang tak senonoh, ucapan yang menyakitkan, atau keputusan yang mengecewakan. Apabila Mama mengetahui suami sedang marah sampai memutuskan untuk tidur, sebaiknya jangan menjauh atau menghindar dari tempat tidur kalian berdua.
Meskipun menjauhi seseorang yang sedang berselisih paham bisa menjadi cara untuk mencari ketenangan, tetap saja hal ini tidak diperbolehkan. Bicarakanlah baik-baik dengan kepala dingin, apabila memang di antara suami dan istri sedang ada permasalahan.
Dibandingkan dengan mengambil sikap saling menjauhi satu sama lain, hal tersebut bahkan tak memberikan keuntungan apa pun karena hanya memperkeruh keadaan.
Perlu diingat kalau keberlangsungan hidup antara suami istri perlu melibatkan kasih sayang dari masing-masing pihak.
Nasib Istri Berada pada Ridanya Suami
Pexels/Alex Green
Berdasarkan dalam riwayat Al-Bukhari, suami yang marah atau kecewa pada istrinya akan berkaitan pada ridanya juga.
Dalam hal ini, apabila penyebab marahnya suami karena ia ditolak untuk berhubungan intim oleh istri dan laki-laki ini rida akan hal tersebut, maka tak ada dosa untuk pasangannya.
Rida suami dalam kehidupan istri sangatlah penting, seperti yang kita ketahui bahwa "rida suami adalah rida Allah SWT." Maka dari itu, sebagai istri yang saliha hendaklah berbakti kepada suami, dengan tidak mengecewakannya.
Sesungguhnya suami yang marah hingga di titik kecewa, maka nasib istri pun akan terancam. Perlakuan baik apa pun yang berkaitan pada ibadah kepada Allah SWT, tidak akan ternilai jika suami tak meridainya.
Hal ini diterangkan dalam hadis dari Al Mawaarid bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
Seorang wanita tidak akan bisa menunaikan hak Allah sebelum ia menunaikan hak suaminya,” (Al Mawaarid no. 1290).
Apabila Terdapat Alasan Syar'i dari Istri, Maka Suami Patut Memakluminya
Pexels/Ketut Subiyanto
Dalam konteks bersetubuh pada hubungan suami istri. Apabila terdapat alasan syari'i sebagaimana jika istri sedang sakit atau memiliki uzur yang menghalangi untuk datang ke tempat tidur suaminya, maka ia pun tidak berdosa. Dalam kondisi ini, suami patut memakluminya.
Istri dalam hubungan rumah tangga memiliki hak menolak ajakan suami untuk bersetubuh, apabila dirinya sedang haid. Suami pun haram untuk memaksa istri. Hal ini dijelaskan dalam QS. Al- Baqarah ayat 22 yang berbunyi:
"Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri," (QS. Al-Baqarah ayat 222).
Maka dari itu, jika istri sedang dalam keadaan haid yang merupakan salah satu alasan syar'i dalam Islam, maka suami pun harus memahami dan memakluminya.
Adab yang Harus Dilakukan Istri saat Suami Marah
Pexels/cottonbro
Dinamika hubungan rumah tangga memang tak selalu manis dan berjalan mulus. Ada kalanya suami marah kepada istri, begitu juga sebaliknya.
Semua pasangan memiliki kesulitannya masing-masing untuk bisa berkompromi dalam hidup berumah tangga. Marah memang menjadi salah satu perasaan yang bisa dirasakan oleh semua manusia.
Namun, dalam Islam terdapat beberapa adab yang harus istri lakukan ketika suaminya marah, yaitu:
Hindari kata-kata kasar berserta ancaman
Adab istri ketika suaminya sedang marah yang perlu diperhatikan ialah menghindari kata-kata kasar. Apalagi yang bisa menyakitkan hati ataupun menciptakan sebuah ancaman. Marah dengan nada yang tinggi memang terkadang tak bisa dihindari oleh suami. Maka dari itu, hendaknya istri juga bisa menahan emosi agar tak membalasnya dengan kata-kata kasar.
Jangan katakan "cerai' atau menalak
Melontarkan kata cerai ketika sedang marah dapat dianggap sah. Oleh karena itu, kata tersebut tidak boleh diucapkan secara sembarangan.
Sekecewa apa pun istri pada saat suaminya marah, janganlah sebut kata cerai. Rasulullah SAW bahkan pernah mengingatkan bahwa:
Tiga perkara yang serius dan bercandanya sama-sama dianggap serius, yakni nikah, talak, dan rujuk,” (HR. Abu Daud).
Jangan mengungkit-ungkit masa lalu
Mengungkit masa lalu adalah hal yang sering terjadi ketika pasangan sedang berselisih paham. Dalam adab istri ketika suaminya marah, Rasulullah SAW pernah bersabda dalam hadis shahih yang berbunyi:
Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur pada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Maka dari itu, berhati-hatilah mejaga ucapan ketika suami sedang marah kepada istri. Janganlah membahas suatu hal yang sudah terjadi di masa lampau, sesungguhnya hal tersebut tiada manfaatnya.
Jangan ikuti hawa nafsu
Menahan hawa nafsu dalam keadaan sedang berselisih paham memang sulit. Namun, hal tersebut tetap harus dikendalikan, karena pada dasarnya hanya diri sendirilah yang bisa mengatur emosi tersebut.
Dalam adab istri ketika suami marah, tahanlah nafsu untuk melampiaskan emosi secara berlebihan. Berdasarkan hadis dari HR. Bukhari dan Muslim Rasulullah SAW pernah bersabda yang bunyinya:
Orang kuat bukan diukur dengan bertarung. Orang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Curhatlah kepada Allah SWT
Salah satu adab istri ketika suami sedang marah, yakni dianjurkan untuk merendamkan emosi dirinya dengan berwudhu dan salat sunnah. Setelah melaksanakan salat, curhatlah mengenai masalah yang terjadi kepada Allah SWT.
Sesungguhnya tak ada tempat berkeluh kesan yang terbaik selain kepada Sang Pencipta. Hal ini tertuang dalam Q.S Al- Baqarah Ayat 153 yang berbunyi:
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar," (Q.S Al- Baqarah Ayat 153).
Saling membersi nasihat dengan berdiskusi
Apabila Mama bisa melihat emosi dari suami sudah mereda, kamu bisa kembali membuka pintu komunikasi dengan suami. Diskusikanlah hal yang menjadi penyebab masalah dengan kepala dingin dan mengesampingkan ego.
Jelaskan kepada suami hal apa yang tidak berkenan ia lakukan ketika sedang marah. Pada dasarnya komunikasi memang menjadi hal terpenting dalam hubungan. Maka dari itu, cobalah berbicara kembali saat suasananya telah mereda,
Nah Ma, itulah hukum suami tidur dengan keadaan marah dalam Islam. Semoga informasi ini bisa menjadi pengetahuan untuk hubungan rumah tangga mama, ya.