Dalam agama Islam, seluruh umat Muslim wajib menaati, mencintai, dan meyakini Nabi serta Rasul Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah pada QS.An-Nisa Ayat 64 yang berbunyi:
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul melainkan untuk ditaati dengan izin Allah,"(QS. An-Nisa Ayat 64).
Terdapat salah satu Nabi yang mendapatkan gelar Ulul Azmi, yaitu Nabi Ibrahim AS. Ia merupakan Nabi keenam yang memiliki rasa kesabaran, ketaatan, dan cinta yang luar biasa.
Kisah cintanya dengan sang istri, Siti Hajar pun dapat menginspirasi umat Muslim yang berumah tangga. Banyak ilmu dan nilai berharga yang bisa kita dipetik dari kisahnya.
Penasaran seperti apa kisahnya? Nah, kali ini Popmama.comtelah merangkum informasinya dalam kisah cinta Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar.
Mari kita simak ceritanya!
1. Siti Hajar merupakan istri kedua dari Nabi Ibrahim AS
Pexels/cottonbro studio
Diketahui bahwa Siti Hajar bukanlah cinta pertama Nabi Ibrahim AS, melainkan ia adalah istri yang kedua. Sebelumnya Nabi Ibrahim AS menikahi Sarah, perempuan yang memiliki paras paling memesona setelah Hawa.
Setelah itu, sosok Siti Hajar hadir dalam hidup Nabi Ibrahim AS setelah Sarah.
Siti Hajar memiliki paras yang sama memesonanya dengan Sarah, lalu sifatnya pun mulia, penyabar, taat dalam beribadah, tidak pernah mengeluh serta pantang menyerah.
Editors' Pick
2. Pertemuan dan pernikahan Siti Hajar dengan Nabi Ibrahim AS
Pexels/Trung Nguyen
Pada kala itu, Siti hajar didatangkan dari tanah Kan'an untuk bertugas menemani Nabi Ibrahim AS melakukan perjalanan dari Mesir menuju Mekkah.
Ketika Siti Hajar hadir di hidup Nabi Ibrahim AS, sang istri pertama belum juga dikaruniai keturunan padahal usianya sudah semakin tua.
Sarah selalu berpikir untuk memberikan suaminya seorang anak laki-laki. Ia berharap anaknya kelak dapat meneruskan perjuangan dahwah Nabi Ibrahim AS. Atas kekhawatiran tersebut, akhirnya Sarah yang juga dekat dengan Siti Hajar, meminta suaminya menikahi perempuan tersebut agar mereka bisa memiliki keturunan.
Pada akhirnya, Nabi Ibrahim AS mengabulkan permintaan Sarah untuk menikahi Siti Hajar. Tak lama dari pernikahan tersebut, Siti Hajar langsung dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Ismail.
3. Timbul rasa cemburu dari istri pertama, akhirnya Siti Hajar dipindahkan ke Mekkah
Pexels/Darya Sannikova from Pexels
Setelah akhirnya diberkahi anak keturunan, Sarah dan Siti Hajar merasa sangat senang dengan kehadiran anak tersebut. Namun, sayangnya tak berselang berapa lama, timbul rasa cemburu dari Sarah saat melihat Ismail bertumbuh dengan mamanya.
Perasaan tersebut membuat Sarah berjanji untuk tidak tinggal dalam satu rumah bersama Siti Hajar. Mengetahui istri pertamanya cemburu, Nabi Ibrahim AS pun didatangkan perintah dari Allah SWT. Ia diminta untuk memindahkan Siti Hajar dan anaknya ke Mekkah.
Untuk memenuhi perintah tersebut, mereka berangkat ke Mekkah yang saat itu masih merupakan lahan tandus dan sangat panas. Dalam perjalanan, Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar saling bergantian menggendong bayi mereka.
4. Kepergian Nabi Ibrahim AS meninggalkan Siti Hajar dan Ismail
Pexels/Taryn Elliott
Sesampainya di Mekkah, pasangan suami dan istri ini menemukan rumah tua di bukit berwarna merah. Rumah tersebut terbuat dari dahan-dahan kayu yang sudang mengering. Di tempat itulah Nabi Ibrahim AS meninggalkan Siti Hajar dan Ismail.
Hal ini diriwayatkan oleh dua sejarawan yaitu, At-Tabari (838-923 M) dan Ibnu al Atsir (1160-1233 M). Dalam riwayat tersebut diceritakan bahwa saat Nabi Ibrahim AS meninggalkan istri kedua beserta anaknya, ia tidak menoleh sekali pun pada Siti Hajar, meskipun sang istri telah menangis dan memanggil suaminya.
Semakin jauh Nabi Ibrahim AS pergi, Siti Hajar mengejarnya dengan mengatakan sebuah pertanyaan.
"Ke mana engkau akan pergi dan meninggalkan kami padang pasir yang tidak ada manusia, dan bahkan kehidupan ini? Apakah Allah SWT memerintahkan kamu wahai suamiku?"
"Ya," jawab Nabi Ibrahim AS.
"Kalau begitu, Allah SWT pasti tidak akan membiarkan kami," ucap Siti Hajar.
5. Perjuangan Siti Hajar mencari air untuk anaknya dari bukit ke bukit seorang diri
Pexels/Saddam Umar Husain
Setelah menjawab pertanyaan terakhir istri keduanya tersebut, Nabi Ibrahim AS pun terus pergi sampai di tsaniyah yang tak bisa dilihat orang-orang. Di tempat itu beliau menghadapkan wajahnya ke Baitullah dan berdoa.
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur,"
Sementara itu, di tempat yang tandus Siti Hajar terus menyusui Ismail hingga tak terasa perbekalan air dan kurmanya habis. Hal tersebut membuat Siti Hajar tidak bisa menyusui anaknya.
Ketika air susunya kering, Ismail mulai kehausan dan terus menangis dengan keras. Siti Hajar langsung kebingungan dan berlari kecil ke bukti Shafa, dan ke bukit Marwah untuk mencari pertolongan. Namun, sayangnya tak ada seroang pun yang ia temui di tanah tandus itu.
Pasrah dengan keadaan, akhirnya Siti Hajar berdoa agar pertolongan dari Allah SWT segera datang untuk menyelamatkan bayinya. Tiba-tiba ia mendengar ada suara dan munculah sebuah mata air, Siti Hajar pun mendekatinya dan membuat gundukan di sekitar air agar tak mengalir ke mana-mana.
Air tersebut langsung diberikan kepada Ismail yang dari tadi menangis kehausan. Mereka berdua berhasil melewai ujian tersebut dengan selamat, dan faktanya mata air yang muncul tersebut ialah air zamzam.
Itulah, kisah cinta Nabi Ibrahim AS dengan Siti Hajar. Dengan berbagai lika-liku cobaan yang terjadi keluarga tersebut, banyak nilai kehidupan yang dapat dipetik.