Ini Dia Tradisi Makan Bersama di Medan saat Perayaan Imlek
Tradisi makan bersama keluarga dengan penuh rasa syukur
11 Februari 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Berbicara tentang Imlek tidak lepas dari tradisi yang ikut serta di dalamnya, berbagai tradisi yang ikut meramaikan perayaan Imlek orang Tionghoa di berbagai daerah.
Bagi masyarakat Tionghoa, tradisi kumpul keluarga dan makan bersama lazim dilakukan saat Imlek. Bahkan tradisi mengunjungi sesama keluarga dan kerabat dilakukan sampai hari ke-15 Imlek atau masuk cap go meh.
Di Kota Medan, Sumatera Utara, sendiri makan besar bersama keluarga menjadi salah satu tradisi yang wajib dilaksanakan.
Meskipun kumpul keluarga dan makan bersama disesuaikan dengan kemampuannya masing-masing.
Tidak ada keharusan menyediakan makanan secara berlebihan. Kalau pun ada yang menyebut makan besar, jangan diartikan makan secara besar-besaran.
1. Chuxi menghapus hal-hal buruk di tahun lalu
Chuxi adalah malam terakhir pada tiap tahun penanggalan Imlek.
Chuxi bersambungan dengan hari pertama di tahun yang baru. Kata “chu” dalam “chuxi” berarti “menghilangkan, bertukar”. Makna chuxi adalah “bulan dan tahun berakhir”.
Orang menghapuskan yang lama dan menyambut yang baru, tahun yang lama telah hilang, tahun yang baru telah datang.
Maka aktivitas saat chuxi berpusat pada meninggalkan yang lama, menyambut yang baru, menghilangkan bencana dan membangun harapan kebahagiaan.
Pada dinasti Zhou dan Qin, saat satu tahun akan berakhir, istana akan mengadakan seremoni “tarian Zhongkui”, “danuo“, serta membunyikan tabuhan genderang untuk mengusir roh jahat, yang disebut “zhu chu“.
Malam Tahun Baru Imlek disebut dengan chuxi, artinya menghapus yang lama dan hal-hal jelek. Pada malam tanggal 30 atau malam terakhir sebelum Imlek, biasanya diisi dengan berdoa untuk menyongsong kedatangan Tahun Baru Imlek yang disebut Da Nian Ye.
Tradisi lain biasanya biasanya seluruh anggota keluarga kembali ke rumah orangtuanya untuk makan bersama.
Kembali ke rumah orangtua merupakan ungkapan kebersamaan dan keutuhan keluarga dalam menyambut Tahun Baru Imlek bersama-sama, sembari mensyukuri kehidupan yang telah dijalani.
Editors' Pick
2. Makanan khas imlek memiliki filosofi
Makan bersama memang identik dengan perayaan Imlek. Makna makan bersama ialah sebagai ungkapan kebersamaan dan keutuhan keluarga sehingga makan malam adalah bagian yang paling penting dari perayaan Tahun Baru Imlek.
Setiap makanan yang disajikan pada acara makan bersama saat perayaan Imlek memiliki makna dan filosofi masing-masing.
Untuk mi, bermakna panjang umur. Ayam dan ikan bermakna kebahagiaan serta keberuntungan sehingga diharapkan setiap tahun memiliki rezeki. Kemudian daging, bermakna kemapanan dan diharapkan dapat terus makan enak.
Makanan wajib lain yang tidak boleh ketinggalan saat perayaan Imlek, yakni kue keranjang atau nian gao. Makan kue keranjang diharapkan rezeki seseorang setiap tahun bertambah tinggi.
Makanan tambahan lainnya yang bisa dihidangkan dan memiliki makna yaitu Ca Rebung atau Bu Bu Gao Sheng. Hidangan ini merupakan salah satu makanan yang khas saat perayaan Imlek karena melambangkan hidup dengan semangat yang baru sesuai dengan filosofi tunas bambu yang semakin lama semakin tinggi dan besar.
Selanjutnya, Haisom atau timun laut ini mempunyai makna sebuah harapan berlimpahnya rezeki yang banyak dan mendoakan keuletan yang memang jarang disajikan di hari biasa.
Lalu, Nuomi Fan atau kue ketan ala Kanton, menyiratkan kebersamaan dan kekompakan dalam keluarga. Oleh karena itu, orang Tionghoa memakan beras ketan yang lengket.
Makanan yang disajikan di malam Tahun Baru Imlek memang biasanya sedikit berbeda dengan hari biasa dan lebih spesial karena untuk menyambut pergantian tahun.
3. Merayakan Imlek dengan pesta kembang api
Dikutip dari buku Tiongkok, sejak zaman Dinasti Tang, malam Tahun Baru Imlek dirayakan dengan pesta kembang api atau petasan. Kebanyakan keluarga Tionghoa tidak tidur sampai pagi untuk menyambut hari spesial itu.
Konon, menyalakan kembang api atau petasan pada saat perayaan Imlek dipercaya dapet mengusir Nian atau makhluk jahat yang menurut legenda suka memakan manusia.
Suara keras dari petasan atau kembang api dipercaya dapat mengusir dan menakuti si Nian tersebut.
Baca juga: Kenali 5 Fakta Pemberian Angpao Saat Perayaan Imlek
4. Memaknai perayaan Imlek
Beberapa warga Tionghoa saat ini memang mulai menghilangkan tradisi perayaan Imlek.
Pandita Narapati Widyanata (Bambang ES) menuturkan, dalam agama Buddha yang berakulturasi terhadap budaya setempat, tidak melarang adanya perayaan Tahun Baru Imlek.
Tahun Baru Imlek dipercaya sebagai wujud rasa bakti dan memiliki makna tersendiri.
Ritual Tahun Baru Imlek itu sendiri biasanya dilakukan oleh orang keturunan Tionghoa dengan melakukan aktivitas sembayang tutup tahun dan menyalakan pelita. Selain itu, mereka juga mendoakan semua keluarga supaya memiliki kesehatan, kesejahteraan, dan keharmonisan.
Perayaan Imlek bisa juga dimaknai sebagi ungkapan rasa syukur dan permohonan maaf atas semua kesalahan kepada orangtua dengan bersujud sebagai bentuk bakti.
Harapannya adat dan tradisi perayaan Imlek seperti ini harus tetap dijalankan oleh generasi muda saat ini agar budaya tidak luntur tergerus oleh zaman.
Baca juga: 7 Makna Dibalik Hiasan Rumah yang Serba Merah pada Perayaan Imlek