Dalam setiap hubungan rumah tangga, pertengkaran pasti akan ada, Ma. Namun yang terpenting adalah menjaga agar pertengkaran yang ada tidak merusak kualitas hubungan antara suami dan istri.
Terlebih jika suami memiliki temperamen tinggi dan mudah marah, jika Mama tidak bisa bersikap tenang, situasi ini justru bisa membuat pertengkaran menjadi besar.
Oleh sebab itu, Mama perlu memiliki tips jitu untuk menghadapi suami yang mudah marah dan emosi. Apa saja, ya? Berikut Popmama.com berikan tahapan cara-cara menghadapinya:
1. Tunggu sampai suami tenang
Freepik/Yanalya
Saat pertengkaran sedang terjadi dan suami mulai emosi, jangan biarkan Mama ikut terbawa emosi. Berikan waktu dan jeda untuk suami menyampaikan amarahnya.
Tubuh memiliki sistem metabolisme sendiri, termasuk saat mengendalikan emosi. Biasanya dibutuhkan waktu sekitar 15-20 menit bagi tubuh agar efek adrenalinnya bisa mereda.
Nah, setelah itu biasanya emosi akan mulai mereda dan tak lagi meletup-letup, Ma. Inilah waktu yang tepat bagi Mama untuk angkat bicara dan berupaya menenangkan suami.
Apabila Mama ikut emosi dan marah-marah saat adrenalin suami masih tinggi, bukan tidak mungkin hal ini justru membuatnya akan menjadi semakin emosi. Pertengkaran pun tak kunjung akan menemukan solusinya.
2. Hindari ikut marah saat bertengkar
Freepik/Yanalya
Jika sejak awal Mama memang sudah memahami bahwa Papa punya sifat yang mudah marah dan emosi saat bertengkar, maka ada baiknya untuk mengalah sesaat. Tidak bijaksana jika Mama justru ikut marah dan menanggapi sikap suami dengan emosi.
Jika Mama menghadapi serangan verbal dengan tetap rileks dan tenang, suami kemungkinan akan malu dengan perilakunya, merenung untuk memperbaikinya, dan lebih menghargai Mama.
Sebaliknya, jika Mama justru ikut berapi-api dan tidak mampu bersikap tenang, pertengkaran justru akan terjadi semakin besar. Bukan tidak mungkin juga Mama akan menjadi pelampiasan emosi Papa yang sedang menggebu-gebu.
Editors' Pick
3. Tahu kapan harus mencari bantuan
Freepik/Yanalya
Meski ada baiknya Mama bersikap tenang, namun Mama tetap harus tahu kapan waktunya mencari bantuan. Dalam hal ini, bisa saja bantuan dari anggota keluarga lain, maupun bantuan dari tenaga profesional.
Jika sikap emosi yang ditunjukkan Papa sudah membuat Mama tidak bahagia, kaji ulang situasi yang ada dan pikirkan apakah Mama memerlukan bantuan atau masukan dari orang lain.
JIka Papa tak bisa kunjung mengendalikan emosi, mungkin juga ia memerlukan bantuan dari psikiater untuk membantunya. Ingat, saat ada banyak kemarahan di rumah, semua orang di dalamnya akan turut merasakan, lho. Mulai dari Papa, Mama, dan bahkan anak-anak.
4. Dengarkan keluhan suami
Pexels/Freestocks.org
Tanpa disadari, emosi seseorang bisa memuncak saat ada penumpukan rasa kecewa. Misalnya karena merasa tidak didengar, tidak dianggap serius, atau tidak dihargai. Nah, bisa jadi saat emosi Papa sedang merasa kecewa dan diabaikan.
Untuk menghindari kemarahan suami, ada baiknya Mama secara aktif mendengarkan dan meyakinkan Papa bahwa ia didengar dan dipahami. Pahami kebutuhan terdalam Papa, dan dengarkan keluhannya.
Ini adalah salah satu cara berkomunikasi yang baik dan mempertimbangkan perspektif dari pasangan.
Di bawah amarah biasanya terletak emosi yang lebih dalam dan lebih rentan seperti ketakutan, kesedihan, atau rasa sakit, yang mungkin kurang dapat diakses oleh suami.
Untuk waktu yang singkat, kemarahan pun dimanfaatkan sebagai perisai pelindung dan membuatnya merasa kuat serta mengendalikan segala sesuatu. Namun seringkali dalma jangka panjang situasi ini juga menyakitkan bagi para suami.
Inilah sebabnya mengapa penting juga bagi Mama untuk tetap bersabar dan coba mendengarkan apa penyebab rasa emosi itu ada.
Kesabaran dapat berfungsi sebagai penangkal kemarahan di dalam diri Mama dan juga Papa. Salah satu wujud dari sikap sabar adalah dengan menunggu, tidak berbicara atau melakukan apa pun yang mungkin bisa reaktif atau menyulut emosi Papa.
6. Hargai dan hindari menyalahkannya
Freepik/Rawpixel.com
Salah satu penyebab mengapa suami sering emosi saat bertengkar adalah perasaan tidak dihargai. Termasuk dalam urusan pekerjaannya.
Cobalah untuk mencari tahu apakah ia sedang memiliki masalah di kantor. Ya, mungkin sebagian besar dari kemarahan suami muncul dari rasa kurangnya kontrol dalam pekerjaannya.
Misalnya kemudian di waktu yang bersamaan Mama sedang mengeluh tentang gajinya yang tidak cukup untuk kebutuhan hidup, maka bisa jadi hal ini akan memicu amarahnya.
Rasa bersalah juga akan memperdalam frustrasinya, sehingga Papa mudah lebih mudah terpancing emosi dan mudah marah. Jadi, cobalah melihat situasi saat berbicara tentang keuangan, perhatikan apakah sedang ada masalah yang dimiliki oleh Papa di tempat kerja.
7. Jangan ragu meminta maaf
Freepik/BearFotos
Jika memang Mama tahu penyebab kemarahan dari Papa adalah sikap atau ucapan Mama, jangan ragu untuk meminta maaf terlebih dahulu.
Tidak ada yang bisa meluluhkan emosi selain ucapan maaf yang tulus, Ma. Ingat, sampaikan kata maaf dengan tulus dan terutama saat Mama benar-benar merasa bersalah.
Hindari mengelak dari kesalahan dan justru terus menyalahkan suami. Hal ini justru bisa menyulut emosi dan memperburuk keadaan. Selamat mencoba, Ma!